Pendidikan

[featured_image]
Download
Download is available until [expire_date]
  • Version
  • Download 0
  • File Size 4.00 KB
  • File Count 1
  • Create Date Juni 23, 2024
  • Last Updated Juni 23, 2024

Pendidikan

EKSISTENSI SEKOLAH PESISIR

Oleh : Muhammad Nurdin, S.Pd

                         “…Dalam perjalanan sebelum sampai kesekolah, matahari masihlah bercahaya redup karena terhalang oleh gumpalan awan, kicau burung masih terdengar riuh melintasi hamparan tambak, terlihat didepan saya masih ada beberapa anak asyik bermain di pagi hari itu ditemani oleh ibunya, “ ngapai natenapa namae ajjenne anakta ibu,[1]” tanyaku dalam bahasa mereka, iya hanya menjawab, “ tena namae sikkola rolo pak guru ka tena anjagai kodong andiqna.[2]” Dia pun lanjut, “ nampa tenato kodong na gappa bantuan doe na aganna maraengnga anggappa ji.[3]” Curhatnya ke saya...”

Penggalan cerita di atas, di kutip dari salah satu cerpen , “ Dari Tanah Yang Tersembunyi.” Yang ditulis oleh Muhammad Nurdin, S.Pd ( Tidak diterbitkan). Secuil percakapan tersebut hanyalah gambaran kecil dari sekian banyak problematika yang terjadi di pelosok pesisir. UPT SDN 26 Jollo berada di ujung barat  Desa Bulu Cindea [4]sebuah kampung kecil, sepi dan terpencil, yang diapit oleh dua buah sungai yang cukup lebar dan bermuara di perairan Selat Makassar[5], bangunan sekolah itu berdiri di tepian sungai serta hamparan tambak di sebelah selatannya pun berada diantara rumah penduduk yang padat.

Bangunan sekolah itu tidaklah istemewa dibandingkan dengan bangunan lain yang ada di wilayah kecamatan Bungoro, letaknya yang membujur ke arah utara  berbentuk huruf I terdiri dari tiga ruangan saja yang dihuni oleh 62 siswa dan 10 guru, sehingga untuk menjadikannya kelas dibuat sekat menjadi dua bagian, maka terbentuklah enam bilik atau ruang belajar. Sekolah ini tanpa pekarangan ataupun halaman, dan tanah sekolah pun masih berstatus Hak Guna Pakai belum sepenuhnya  milik pemerintah setempat.

Lantai bangunan sekolah itu adalah tegel putih yang sudah mulai kabur termakan usia, tembok bangunan sudah mulai terkelupas sehingga terlihat lusuh , besi yang menjadi tengkorak bangunan sudah rapuh dan berkarat sehingga agak kelelahan menopang atap yang agak berat. Saat mendapatkan bantuan tahun 2016 sebagai awal diamanahi sebagai kepalas sekolah saya mengusulkan agar setiap sudut bangunan diberikan tiang penyanggah, tiang penyangga itu menjadi titik tumpuh beratnya beban atap.

Dalam beberapa kesempatan saya selalu menyampaikan kepada pengambil kebijakan agar desain sekolah yang berada di wilayah pesisir, idealnya adalah berbentuk rumah panggung dengan materialnya didominasi oleh bahan dari kayu jika desainnya dari semen dan batu bata akan cepat rapuh karena proses pelapukan baik secara fisika maupun kimiawi, suatu hal yang mencengankan jika musim kemarau dalam posisi puncak maka terlihat butiran garam yang halus bertebaran pada permukaan lantai di tiap-tiap kelas. Sejak berdiri tahun 1975 sekolah ini hanya dua kali mendapat bantuan renovasi berat yang lainnya hanya perbaikan ringan.

Selain infarstruktur hal lainnya yang menjadi kendala adalah guru-guru harus berjalan kaki ke sekolah kurang lebih 4 kilometer  setiap hari melewati pematang tambak yang terkadang licin dan berlumpur, jika musim hujan akan lebih parah lagi disertai angin dan juga kadang diselingi suara guntur dan petir, dengan mantel (jas hujan) ditambah sebuah helm maka tampaklah kami ini seperti astronot tapi bukan mau mendarat di bulan tapi akan mendarat di ruang kelas. Namun patut di syukuri sebagian dari mereka sudah menjadi ASN PPPK.

Pernah beberapa kali akan dibuka akses untuk kendaraan namun terkendala hal-hal tehnis termasuk pembebasan lahan karena beberapa petak sawah harus direlakan oleh pemiliknya di  gunakan sebagai jalanan, namun program itu sampai saat ini tidak berjalan, sesekali yang saya membuka ruang komunikasi namun sepertinya harus didukung oleh pemerintah setempat untuk meyakinkan masyarakat, sebagian dari mereka paham jika akses jalan dibangun maka ekonomi akan mengalami perubahan termasuk pada aspek kebutuhan masyarakat lainnya.

Namun sudah menjadi dedikasi dan sebuah tekad dari sekolah pesisir kami akan wujudkan mimpi para siswa, seperti kata Paulo Coelho, “ketika kamu menginginkan sesuatu, seluruh alam semesta akan berkonspirasi untuk membantumu meraihnya “. Karena sekolah ini milik kita semua dan menjadi jembatan menuju masa depan bagi generasi pesisir yang lebih baik.

[1] Kalimat itu adalah ungkapan dalam bahasa Makassar ( salah satu suku terbesar di Jazirah Sulawesi Selatan ) artinya kenapa anak ibu belum mandi

[2] Artinya tidak ke sekolah pak guru karena kasihan tidak ada yang jaga

[3] Artinya Dia juga tidak dapat bantuan uang sekolah pada hal temannya yang lain dapat semua.

[4] Dulu Bulu Cindea hanyalah sebuah dusun dari pemerintah Desa Bowong Cindea, namun atas aspirasi masyarakat Dusun Bulu Cindea di resemikan menjadi sebuah Desa pada tahun 2004.

[5] Merupakan salah satu selat yang menjadi pemisah antara Pulau Kalimantan dan Pulau Sulawesi dan salah satu selat tersibuk di wilayah Indonesia Timur

Muhammad Nurdin

Related post

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *