GURU HARUS MENULIS

Oleh : Anina Manaha S.Pd,Gr

     Guru menulis ? Wah…. Harus itu !!! Secara terperinci saya sendiri sulit menyampaikan nya secara tertulis ,meskipun saya sadar tanpa ada unsur paksaan dari pihak manapun ,bahwa guru memang harus menulis .Guru merupakan sebuah profesi yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan ketrampilan. Di sekolah guru mengajarkan kepada siswa tentang ilmu pengetahuan dan ketranmpilan yang diampu. Berbagai model dan metode yang harus digunakan untuk memudahkan siswa untuk menerima dan memahamai apa yang disampaikannya.

Kadang apa yang disampaikan guru di sebuah kelas berbeda dengan penyampaian di kelas lain,karena kondisi kelas juga berbeda.Ide –ide cemerlang yang disampaikan di salah satu kelas terkadang ada yang terlewat  tidak disampaikan di kelas lain, Sangat disayangkan jika ide itu tidak diketahui oleh  siswa –siswa yang lain. Lain halnya jika guru menuliskannya dalam bentuk media ,modul atau buku. Konsep yang disampaikan lebih terarah ,sistematis dan bisa dipelajari ulang. Ini merupakan salah satu alasan’ Mengapa guru harus menulis ‘.

Sebagai pendidik , sudah sepantasnya  jika guru harus menggerahkan seluruh kemampuan nya demi memberikan ilmu terbaik bagi siswa. Berbicara mengenai peran guru di masa sebercanggih seperti sekarang ini, guru tidak hanya dituntut dapat mengajar dengan baik,tetapi guru juga diharapkan untuk memiliki ketrampilan  lain yang dapat menggembangkan potensi dirinya sebagai pendidik. Salah satunya adalah menjadi guru pencinta literasi,yaitu seorang guru yang tidak pernah lelah untuk menggali informasi dan menggembangkan diri dalam berbagai tantangan zaman.

Guru yang mengajar dengan memberikan keteladanan akan lebih mudah dalam mendidik siswa. Sejalan  dengan Gerakan Literasi Sekolah untuk mendukung Gerakan Literasi bangsa ,kita mengharapkan anak didik kita untuk gemar membaca setelah itu mereka diminta untuk membuat reviuw atas apa yang dibacanya . Dan dengan memberikan keteladanan menulis, tentu tanggapan siswa akan berbeda dibandingkan bila kita hanya menyuruh namun tidak memberikan keteladanan. Mereka akan tentu lebih termotivasi.

Demi menjadi guru pecinta literasi, salah satu kegiatan yang dilakukan adalah membiasakan diri untuk menulis.   Namun ,bagi sebagian guru menulis adalah aktivitas atau bahkan hobi yang mengasyikan , namun bagi sebagian guru lainnya , menulis adalah sebuah  beban berat dan masih menjadi momok yang menakutkan. Banyak bukti untuk menerangkan tentang rendahnya  budaya menulis di kalangan guru. Kita tidak perlu membuat indicator terlalu banyak.  Cobalah amati saja buku-buku yang ada di perpusatakaan,  yang ada di toko buku ,atau bahkan surat kabar yang berisi artikel dari seorang guru. Jangankan menulis di media massa,jurnal atau lainnya, untuk membuat karya tulis yang diajukan dalam pengurusan kenaikan pangkat  saja, banyak yang tidak  bisa. Padahal guru harus membuat karya tulis kalau mau cepat naik pangkat. Ketidakmampuan inilah yang telah melahirkan sebuah kebohongan  baru di dalam diri sebagian  guru yang ingin cepat naik pangkat. Caranya banyak guru era sekarang saja, meminta tenaga orang lain atau dengan cara membayar,ketimbang mau  berusaha semaximal mungkin. Dan inilah salah satu tindakan  memalukan dan merendahkan  kredebilitas seorang guru.

Apakah kemampuan  menulis itu bakat ? Atau sesuatu yang harus dilatih ? Sebagai seorang pendidik atau guru ,kita harus percaya bahwa yang menentukkan seseorang  disebut penulis  ialah kemampuannya untuk menulis . Selama seseorang bersedia memupuk kemauan untuk menulis, kemampuannya akan semakin terasah. Menulis adalah kemampuan untuk mengungkapkan gagasan dalam bentuk tulisan sehingga menjadi sebuah sumber informasi bagi masyarakat. Dan jika guru tidak mampu  melakukannya, guru tidak dapat melakukan pembelajaran dengan baik. Karna sebuah bangsa akan menjadi besar ,jika sumber daya manusianya mempunyai kemampuan yang besar.

Peradaban suatu bangsa  dapat dilihat  dari seberapa banyak karya –karya  tulis berkualitas yang dihasilkan . Semakin banyak karya tulis berkualitas apalagi dalam bentuk buku, maka semakin maju peradaban negera tersebut.  Oleh karna itu banyak mengkritik profesi guru yang tidak melaksanakan tugas dan kewajibannya secara professional.

Untuk menghadapi kondisi yang sangat dinamis  dalam kehidupan bermasyarakat,mau tidak mau setiap guru harus mengembangkan ketrampilan menulisnya. Semakin banyak guru yang mau menulis, semakin banyak juga informasi  dan bahan kajian yang harus dibahas dalam dunia pendidikan ,setiap kali pendidikan menghadapi permasalahan,guru segera melakukan analisis dan menuliskan hasilnya dalam bentuk karya tulis.

Namun ada beberapa kendala yang sering  dikeluhkan ialah :kurangnya pengalaman,gampang putus asa, dan juga  karna malas membaca. Padahal membaca merupakan jantungnya literasi . Orang sering menyimpulkan  bahwa membaca  merupakan hal yang membosankan  ,dan jika kebisaaan membaca tidak ditumbuhkan, sulit bagi seorang guru untuk menulis. Padahal  dengan membaca, akan memberi kesempatan  bagi guru untuk mendapatkan  berbagai ilmu atau informasi baru.  Pada prinsipnya kita menulis untuk dibaca oleh orang lain. Begitu pula kita membutuhkan bacaan pada saat menulis.Hubungan menulis dan membaca sangatlah erat, karena terkadang ide –ide tulisan lahir dari bahan bacaan .

Lalu apa solusinya dari kendala diatas ? Perlu diketahui oleh seorang guru bahwa   menulis bukan merupakan sebuah beban.  Menulis juga merupakan sebuah kegiatan ibadah. Yha… karena dengan membaca tulisan kita,orang lain akan bertambah ilmunya, setidaknya mendapatkan sesuatu yang baru dari yang kita tulis ,atau setidaknya sesuatu yang bisa dinikmati oleh orang lain.

Beberapa hal yang yang dapat dilakukan untuk memulai kegiatan menulis  bagi seorang guru yaitu : pertama , guru harus yakin bahwa ia bisa menulis . Yang hanya ia perlukan adalah kemauan yang kuat dan bulat. Jujur saja , saya juga tidak merasa punya bakat untuk menulis . Orang tua saya juga bukan seorang penulis. Tapi saya ingin bisa menulis. Saya tidak berharap jadi penulis hebat. Sebab ,dari pembicaraan yang saya simak di acara  seminar –seminar atau pelatihan menulis,sebetulnya tidak ada penulis yang hebat.  Yang ada hanya penulis pemula dan penulis lanjut. Artinya penulis pemula pun bisa menjadi hebat jika terus menulis. Ternyata untuk menjadi penulis tidak perlu bakat hanya saja harus yakin dan punya motivasi   dan kemauan untuk terus berlatih .

Ibarat kita ingin bisa naik sepeda ,harus berlatih naik sepeda .Kita tidak bisa naik sepeda dengan hanya memimpikannya saja , Mimpi itu harus direalisasikan dengan kesungguhan untuk mau berlatih dan terus berlatih.Kedua, Membuat tema atau target yang akan dibahas dan ditulis,seperti membuat catatan –catatan kecil,kemudian dengan memulai menulis ringan seiring kata hati,dan jangan lupa juga memperbanyak referensi agar tulisan lebih terarah,.Bila perlu  lakukan diskusi secara khusus dengan orang yang paham di bidang /topic tersebut. Ketiga ,jika rasa bosan mulai menghampiri ,berhenti sejenak dan mencoba mencari inspirasi baru dengan melakukan kegiatan ringan. Keempat . buatlah komitmen  untuk tetap menulis. Meskipun tidak ada apresiasi dari siapapun. Sangat penting bagi seorang guru untuk menikmati proses menulis sebagai bagian keseharian.

Menulis akan menghasilkan santapan ilmu yang bisa berguna bagi siapapun yang membacanya. Wah.. alangkah bermakna dan berharagnya kalau guru mau berlatih dan berlatih menulis. Betapa terangkatnya martabat guru ,kalu bisa dan mau menulis. Dan kalau guru mau menulis ,pasti akan banyak anak didki yang bisa jadi penulis andalan. Juga dengan banyak menulis  ,guru sesungguhnya menjangkau dan mendidik lebih banyak anak bangsa. Kiranya ,tidak ada kata terlambat bagi para guru untuk bisa  menulis . Yang ada mari kita mencoba,membangun diri dengan menulis , Yakinlah pasti kita bisa !!!.

                                                                        s.id/kanalsatuguru

Spread the love

Yudhi Kurnia

redaksi@satuguru.id

Related post

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *