MENINGKATKAN PENGETAHUAN AKAN PERANAN TOKOH BPUPKI MELALUI MATA UANG RESMI NEGARA
s.id/kanalsatuguru
Belajar tentang sejarah bagi peserta didik merupakan aktivitas yang membosankan. Belajar tentang masa lalu tidak memberikan tantangan kepada akal pikiran peserta didik untuk melakukan inovasi. Belajar tentang masa lalu hanya akan melahirkan kebijaksanaan dalam perilaku sehari-hari. Padahal bagi peserta didik, kebijaksanaan dapat diperoleh dari pengalaman hidup secara langsung. Oleh karena itu, membangkitkan semangat belajar kepada peserta didik untuk menyukai sejarah bukan persoalan yang mudah, perlu upaya keras dari guru untuk mendorong dan membangkitkan semangat peserta didik.
Upaya untuk mendorong semangat peserta didik untuk belajarpun harus disesuaikan dengan usia mereka. Pada usia SMP yang memasuki masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dapat dilakukan dengan menampilkan penokohan dari Guru. Guru harus menjadi model yang baik bagi peserta didik. Sehingga guru dapat di percaya dan menjadi contoh baik bagi peserta didik. Selain itu, peserta didik mulai dapat di ajak bicara secara terbuka tentang suatu persoalan. Masa puberitas, membuat siswa SMP mulai berpikir kritis terhadap keadaan. Peserta didik mulai menyukai hal-hal yang riil sifatnya. Usia SMP mulai gelisah terhadap hal-hal yang dianggap tidak logis. Oleh karena itu jiwa berontak peserta didik akan nampak dalam kehidupan sehari-hari. Ketidak sukaan mereka terhadap sesuatu mulai ditunjukan oleh mereka dengan cara malas belajar, malas berbicara, suka protes dan mempertanyakan hal yang diluar logika mereka.
Peserta didik pada SMP Negeri 1 Kota Bogor mengalami hal yang serupa. Sebagian peserta didik terlihat kurang tertarik untuk belajar sejarah masa lalu. Peserta didik lebih menyukai hal-hal yang bersifat logis dan matematis. Penyebab dari kondisi tersebut disebabkan oleh karena model pembelajaran yang digunakan guru dalam memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang sejarah dengan menggunakan metode yang biasa. Seperti ceramah, presentasi dan simulasi.
Selain metode, hal lain yang menjadi penyebab kebosanan peserta didik adalah karena lingkungan belajar yang kurang mendukung seperti kurangnya sumber belajar, kurang pandainya guru dalam menampilkan media pembelajaran, tidak siapnya materi dan sebagainya. Selain itu, materi yang berbau sejarah sudah dipelajari peserta didik sejak Sekolah Dasar (SD) dan tidak terlalu memberikan perubahan yang besar terhadap sejarah.
Kondisi di atas memberikan tantangan tersendiri kepada guru untuk melakukan terobosan baru atau inovasi dalam memberikan pembelajaran. Salah satunya adalah dengan menggunakan collaboration project dengan sekolah Byrla Public School, India. Kami bersepakat untuk melakukan sebuah kelas kolaborasi antara SMP Negeri 1 Kota Bogor dengan kelas di Byrla Public School. Setelah kami berdiskusi kami bersepakat untuk mengangkat tema mata uang negara masing-masing.
Uang sangat umum berada ditangan anak-anak, akan tetapi mengertikah mereka bahwa di dalam mata uang ada simbol-simbol sejarah dan budaya bangsa yang menjadi ikon untuk mata uang tersebut. Untuk itu, kami membawa peserta didik untuk mempelajari tokoh bangsa yang potonya dijadikan sebagai lambang dalam mata uang tertentu. Peserta didik diminta untuk mencari informasi menggenai tokoh tersebut dan mencari keunikan tokoh tersebut. Hasilnya, dibuat dalam bentuk Powerpoint.
Selain itu, melalui collaboration project, mereka di ajak untuk berpetualang dengan dunia baru yang belum pernah mereka temukan. Mereka di ajak untuk bertukar informasi, bercerita, bercanda bahkan bisa saling bertukar mata uang sebagai kenangan. Dengan collaboration project juga mereka bisa bersosialisasi lebih luas dengan rekan se-usia mereka di negara lain.
Ada beberapa manfaat yang bisa diraih siswa dengan melakukan collaboration project ini, diantaranya adalah :
- Meningkatkan Kepercayaan diri siswa
Setiap siswa memiliki kepercayaan diri yang berbeda. Ada yang sudah terbiasa dari SD melakukan kolaborasi dengan rekannya ada juga yang belum. Melalui projek ini siswa diminta untuk mengenali satu sama lain karakteristik rekannya yang berbeda-beda. Dengan karakteristik yang berbeda peserta didik belajar untuk menghadapi berbagai persoalan yang timbul, sehingga terbiasa untuk menghadapinya. tumbuhlah kepercayaan diri peserta didik untuk bekerjasama dengan temennya yang berbeda dan menghargai karakteristik yang berbeda tersebut.
- Meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris
Kemampuan setiap anak dalam berbicara dengan menggunakan Bahasa Inggris berbeda-beda. Ada yang sudah lancar dalam berbicara bahasa Inggris, tapi banyak pula yang belum lancar. Mereka diminta untuk berbicara bahasa Inggris karena Bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi adalah Bahasa Inggris. Hal ini mendorong peserta didik untuk mempelajari Bahasa Inggris lebih dalam dan belajar cara pengucapan yang benar. Peserta didik juga dilatih untuk menimpali permasalahan yang dipertanyakan dengan menggunakan Bahasa Inggris. Secara tidak langsung kemampuan Bahasa Inggris peserta didik meningkat.
- Meningkatkan kreatifitas
Dalam projek kolaborasi ini, kelas akan di bagi kedalam beberapa grup kecil yang terdiri dari 5-6 orang. setiap grup diminta untuk membuat kreatifitas dalam bentuk presentasi power point yang bagus. Peserta didik diminta untuk menamplkan program power point yang menarik, bermakna dan mudah dipelajari. Peserta didik dapat mempelajari materi tersebut melalui browsing internet, sehingga kemampuan dan kreatifitas peserta didik meningkat
- Meningkatkan pengetahuan
Melalui kolaborasi ini peserta didik diminta menggali informasi tambahan berkaitan dengan biografi dari tokoh-tokoh pahlawan yang tercantum dalam mata uang. Sehingga secara tidak langsung peserta didik mempelajari materi yang lebih baik dari temannya yang lain yang mempelajari materi yang sama. Peserta didik akan melakukan browsing internet mencari pengetahuan yang berhubungan dengan tokoh pahlawan yang ada dalam mata uang tersebut.
- Meningkatkan jiwa leadership
Melalui projek ini, peserta didik dituntut untuk bertanggung jawab dengan tugasnya masing-masing. Apabila ada anggota grup yang tidak mengerjakan maka hal tersebut akan berdampak kepada anggota kelompok lainya. Melalui tanggung jawab tersebut peserta didik akan berusaha untuk melaksanakanya. Artinya ada satu jiwa kepemimpinan yang tertanam dalam diri mereka yaitu bertangggungjawab dengan tugas sendiri untuk membantu rekannya dalam kelompok.
Melalui program kolaborasi Projek ini, niat penulis ingin memberikan pengalaman yang baru bagi peserta didik akhirnya terpenuhi. Peserta didik menjadi semangat belajar, bertanggung jawab dengan dirinya sendiri dan mampu memahami materi dengan baik. Peserta didik memiliki pengetahuan lebih jauh tentang materi peranan tokoh-tokoh pahlawan yang dijadikan sebagi ikon mata uang pada masing-masing mata uang yang dipelajari. Hasilnya bahkan lebih dari yang diharapkan. Peserta didik memperoleh informasi berkaitan dengan tokoh pahlawan yang dijadikan sebagai ikon mata uang negara lain.
Harapan penulis, Semoga model ini dapat menjadi salah satu cara kita untuk mengatasi masalah semangat peserta didik belajar sejarah sehingga mereka menjadi pribadi-pribadi yang diharapkan bangsa di masa mendatang. Generasi milenial yang cinta akan bangsanya karena memahami dan menghormati jasa-jasa pahlawannya.
Penulis,
Asep Saepudin, S.Pd
SMP Negeri 1 Kota Bogor
8 Comments
Tulisannya menginspirasi..
Terimakasih bu susan
Mantab tulisannya. Semoga bermanfaat
Aamiiin . Makasih pak
Semangat terus berbagi kebaikan pak, keren👍🏻
makasih miss sell
Wah ..keren Pak Asep👍🏻
makasih bu venice