Pantun Biologi, Literasi Asyik dan Menyenangkan
Oleh: Indah Yulianti, S.Pd.
Peran literasi sebagai komponen penting dalam konsep merdeka belajar, selalu menghadirkan nuansa baru dalam pembelajaran. Literasi yang bukan sekedar membaca, tetapi juga memahami hal yang dibaca. Beragam kegiatan yang dapat dilakukan guru untuk menumbuhkan budaya literasi dalam proses pembelajaran, sehingga dapat membebaskan peserta didik menemukan gaya belajarnya. Merdeka berliterasi akan memerdekakan pola pikir dalam memahami proses pendidikan dan menjadikan literasi sebagai bagian yang menyenangkan dari proses pembelajaran.
Sebenarnya sejak awal dalam dunia pendidikan, guru sudah berkewajiban membuat proses pembelajaran di kelas menjadi menyenangkan dan bermakna bagi peserta didik. Sehingga, merdeka dalam ber-literasi ini membuat semangat guru makin bergelora untuk menemukan berbagai metode pembelajaran yang selaras dengan pencapaian kompetensi peserta didik.
Setidaknya itu yang terjadi dan saya rasakan sebagai guru Biologi. Ketika badai pandemi datang, guru dan peserta didik dituntut beradaptasi agar pembelajaran tetap berlangsung secara efektif dan menyenangkan. Butuh kreativitas dan inovasi untuk tetap membuat peserta didik merasakan manfaat Biologi dalam kehidupan sehari-hari, termasuk berliterasi dalam praktikum virtual dari rumah masing-masing.
Merdeka dalam penerapan literasi dapat menjadi solusi dalam mengatasi berbagai kejenuhan belajar dan menurunnya hasil belajar peserta didik. Apalagi dengan berbagai media belajar di internet, mereka sangat berkesempatan menggunakan berbagai macam sumber untuk satu kompetensi. Saya membebaskan siswa untuk menyerap seluruh pembelajaran di rumah masing-masing dengan kerangka tugas yang sama. Kemampuan mereka dalam menyerap pembelajaran dan berliterasi ternyata menghasilkan pola pikir, pola pandang, dan hasil belajar yang berbeda. Salah satu bentuk evaluasi kegiatan dan hasil belajar, peserta didik wajib membuat sebuah karya tulis bebas sederhana.
Karya tulis yang dimaksud, dapat berupa puisi, pantun, quote, dan pentigraf. Harapan saya adalah mengajak peserta didik menulis hal-hal kecil yang telah diamati dalam pembelajaran Biologi secara menyenangkan. Pembuatan karya tulis bebas sederhana ini memiliki beberapa tujuan, yaitu membuat mereka berlatih menuangkan ide dan gagasan dengan cara menarik dan ekspresif. Selain itu, memberikan kesempatan mereka untuk menulis secara bebas dan kreatif, setelah mengamati obyek belajar mereka. Harapan utama pemberian tugas ini adalah membuat mereka mencintai menulis sekaligus membaca, karena syarat menulis haruslah membaca. Menurut saya, itulah merdeka dalam berliterasi, memberi kebebasan dan ruang untuk membaca, sekaligus mengasah kreativitas dalam menulis.
Sebenarnya dalam mata pelajaran Biologi, setiap selesai pengamatan dan praktikum, ada sebuah “keharusan” membuat laporan. Terkadang hal ini hanya dijadikan ajang copy paste bagi sebagian peserta didik, karena data hasil pengamatan yang sama. Apalagi jika tanpa ulasan, analisa dan pemikiran yang seharusnya menjadi salah satu tujuan dari pembuatan laporan tersebut. Data berbeda saja, ulasan dan analisanya terkadang juga sama, karena hasil copy paste. Itulah mengapa, akhirnya saya coba memerdekakan hasil karya tulis mereka. Laporan praktikum harus tetap ada, karena laporan praktikum merupakan salah satu penilaian proses sains yang dilakukan. Namun, bukan hanya sebatas itu saja hasil karya tulis ilmiah mereka. Peserta didik bebas berliterasi, membaca dan menulis konsep pembelajaran Biologi dalam bentuk karya sastra.
Salah satu karya sastra yang paling diminati peserta didik ternyata adalah pantun. Mereka menyebutnya “Pantun Biologi”. Mekanisme penulisan pantun dan penentuan tema juga sederhana. Tema diambil dari hasil pengamatan di luar kelas atau membaca materi di dalam kelas. Peserta didik boleh memilih memahami materi pelajaran dengan cara: a. Membaca materi satu atau dua lembar, b. Membaca dari situs materi terkait, atau c. Mendengar penjelasan materi dari youtube. Literasi membaca, menonton dan mendengarkan ini dilakukan sekitar 10 menit, dilanjutkan presentasi dan diskusi dalam kelompok, juga 10 menit. Sisa waktu, sekitar 10-15 menit, digunakan untuk menulis pantun, quote, puisi, atau pentigraf, sesuai tema yang dipelajari. Sebagian besar peserta didik memilih menulis pantun, dengan alasan lebih asyik, mudah, dan lucu. Walau ada juga beberapa anak yang memilih membuat quote dan puisi singkat.
Secara teknis pembuatan pantun ini sebenarnya tidak membutuhkan waktu lama. Namun, seperti kebiasaan peserta didik pada umumnya, mereka ingin membuat hasil yang terbaik, sehingga rata-rata waktu yang dipergunakan untuk menyelesaikan proses pembuatan pantun seringkali lebih dari 30 menit. Suasana menyenangkan membuat mereka sukarela dan sukacita membaca dan mencari referensi pantun atau materi, tanpa paksaan dan ketertekanan kewajiban belajar. Sehingga, tanpa disadari hal ini akan melatih kemampuan dan efektivitas membaca dan menulis mereka.
Awalnya beberapa peserta didik yang belum terbiasa menulis karya, membutuhkan waktu lebih lama dan merasa kesulitan menemukan ide. Akan tetapi, seiring waktu dan latihan berliterasi terus menerus, akhirnya mereka menikmati proses belajar dan berliterasi ini. Rencananya, seluruh karya tulis pilihan nantinya akan dikumpulkan dan dicetak sebagai buku karya literasi mereka, hal ini membuat antusiasme makin terlihat nyata.
Menulis bagi sebagian anak, mungkin memang tidak selalu mudah, setidaknya butuh niat tulus dan latihan terus menerus, agar terasa menyenangkan. Salah satu persyaratan hasil karya tulis sederhana ini adalah originalitas atau keaslian karya. Ide boleh mencari dari internet atau buku perpustakaan, belajar dan meniru, tapi dilarang plagiat atau sama persis. Hal ini dimaksudkan agar proses belajar bukan sekedar melatih ketrampilan menulis dan berliterasi, tetapi mengasah juga kemampuan mereka untuk disiplin karya, kejujuran, dan kerendahan hati.
Proses belajar berbasis literasi sederhana ini membuat peserta didik termotivasi untuk menulis walaupun berupa karya sederhana. Apalagi ketika karya pantun mereka dibacakan di depan sebagai penutup diskusi dan presentasi, terasa makin asyik dan menyenangkan.
Sebagai proses pembelajaran di sekolah, salah satu tolok ukur keberhasilan belajar adalah nilai ulangan harian. Ternyata, penulisan “Pantun Biologi” ini berhasil meningkatkan nilai mata pelajaran Biologi secara signifikan. Terbukti hanya kurang dari sepuluh persen peserta didik yang nilainya dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), dari sebelumnya lebih dari lima puluh persen yang belum mencapai KKM. Sementara, sebagai evaluasi minat terhadap pembelajaran Biologi berbasis literasi sederhana ini, peserta didik diminta mengisi angket minat. Angket tersebut menunjukkan, bahwa minat siswa terhadap pembelajaran Biologi dengan literasi sederhana membuat pantun ini, adalah sebesar 90% persen minat dan suka, walaupun bukan pelajaran bahasa.
Ternyata, untuk membuat literasi penuh sukacita, hanya butuh sedikit upaya memadupadankan beberapa dasar pelajaran dan pengembangan kompetensi secara tulus dan terbuka, agar terbentuk kebiasaan belajar yang baik dan kondusif. Belajar dengan pantun sederhana bukan hanya melatih peserta didik untuk berliterasi, tetapi juga melatih kejujuran dan tanggungjawab lebih baik. Asyiknya bermain pantun bersama rekan, membuat belajar Biologi pun terasa asyik dan menyenangkan.
—————————————————————-
s.id/kanalsatuguru : www.satuguru.id