Pelangi di Sekolah
(Mirnawati Mongilong, S. Pd)
Saya adalah guru di SD IT An-Nahl Kotamobagu salah satu sekolah swasta yang ada di Kota Kotamobagu yang sangat bersyukur bisa menjadi seorang guru SD,karena bisa mengenal berbagai karakter teman teman kecilku dapat merasakan bagaimana menjadi ibu bagi mereka.ada banyak kisah yang kami lewati bersama teman teman kecil kami rasanya tidak berlebihan jika saya katakan bahwa mereka adalah guru kehidupan bagi kami, setiap pagi kami menjemput anak anak di depan gerbang sekolah ada salah satu anak yang manis nan sholeha yang biasanya datang dengan wajah yang ceria tapi pagi ini dia datang dengan wajah yang murung setelah memberi salam dia mencium punggung tangan .
“ Kenapa wajahmu murung nak?” kamu sakit?” tanyaku penasaran
Sambil menggeleng kepala anak manis yang baru duduk di kelas 2 itu langsung masuk,saya pun lanjut menjemput anak anak yang lain sampai jam menunjukkan pukul 7.10 menit,semua anak anak berbaris di depan kelas masing masing setelah selesai baca doa pagi hari semuanya siap untuk berwudhu dan sholat duha setelah selesai sholat duha anak anak akan sarapan disaat sarapan mata saya tertuju pada Madinah nama anak sholeha yang berwajah murung pagi ini masih dengan wajah yang sama akhirnya saya memanggil Madinah untuk mendekati meja saya dia pun datang, saya mengelus bahunya dan bertanya “Kamu kenapa wajah cantiknya kok hilang pagi ini?”. ”saya sedih karena mama sama papa bertengkar dan mama menangis ustadza” oh…ya Allah…,kamu tidak usah sedih berdoa saja kepada Allah swt, karena allah maha pengasih dan maha penyayang .semoga papa dan mama akan baikan dan tidak bertengkar lagi “ kataku sambil tersenyum” sekarang kamu makan ya…mama dan papa akan lebih sedih lagi kalo kamu tidak makan” kataku sambil tersenyum memberi dia kekuatan dan alhamdulillah dia tersenyum dan kembali ke tempat duduk kemudian makan .setelah selesai makan semua anak anak merapihkan tempat makan dan melanjutkan pembelajaran pagi ini yaitu pelajaran Tahsin dan Tahfidz
Setelah beberapa hari berlalu Madinah kembali ceria seperti sebelumnya dan pagi ini dia menarik tangan saya” ustadza mama dan papa saya sudah baikan, ustadza benar setelah saya berdoa di dalam sholat Allah mendengarkan doa saya ustadza” kata Madinah dengan wajah yang berbinar…
“Alhamdulillah…” ucapku dengan wajah yang bahagia. Ini adalah sepenggal kisah dari Madinah seorang anak yang sedih ketika melihat orang tuanya bertengkar.ayah bunda anak adalah harta yang sangat mahal harganya dibanding dengan apapun, bertengkar di dalam rumah tangga itu adalah hal yang biasa yang menjadi luar biasa adalah pertengkaran yang menjadi tontonan anak anak untuk itu marilah kita saling mengingatkan lebih sabar dalam memecahkan masalah dan mohon kepada sang pencipta dan pemilik hati agar di lembutkan hati dan lisan kita terutama di depan anak anak kita.
Ada kisah lain lagi sebut saja namanya Rian siswa kelas 4 SDIT An-Nahl anaknya pendiam suka menyendiri dan agak susah bersosialisasi suatu ketika Rian di bulli oleh teman sekelasnya dan Rian melapor kepada orang tuanya bahwa di sekolah dia di bulli. Bayangkan bagaimana kaget dan marahnya orang tua Rian begitu mendapatkan laporan dari anak kesayangannya sang bunda langsung datang ke sekolah dan mencari siswa yang membulli anaknya kemudian marah dan membentak anak tersebut, sebagai wali kelas tentu saja ustadzanya kaget dan mendekati sang bunda dan bertanya “maaf bunda ada apa ya?”tanya ustadza yanti dengan ramah, dengan wajah yang masih marah ia pun bicara dengan suara yang agak keras “oh,iya kebetulan ustadza saya mo kasi tahu kalo anak ku ini di bulli oleh Edo saya tidak terima dia membulli anak saya “ . saya berusaha menenangkan bundanya dan mengajak Bundanya Rian masuk kedalam ruang guru kita bicara baik baik baik ya Bunda” Bundanya Rian mengikuti langkah wali kelas 4 menuju ke ruang guru sesampainya di sana ustadza yanti meminta bunda untuk duduk dan , Bunda menceritakan apa yang terjadi sesungguhnya Bunda pun menceritakan apa yang di laporkan oleh Rian bahwa Rian di hajar oleh Edo dan di ledek oleh Raihan dan temannya “Baik Bunda sebelumnya saya mohon maaf kejadiannya jam berapa ya?” saya sangat sedih karena tidak mengetahui kejadian tersebut padahal saya tidak pernah meninggalkan kelas saat pembelajaran berlangsung dan ternyata kejadian itu terjadi saat jam pulang sekolah jadi anak anak pulang sekolah jam 14.00 dan mereka terlambat di jemput ,dan sungguh saya mohon maaf karena di luar pantauan saya. Dengan perasaan yang masih berkecamuk antara sedih dan kecewa saya memanggil Edo, Raihan dan ilham mereka memang tiga serangkai yang selalu bersama, mereka pun datang dengan wajah yang takut karena sudah di marahi oleh Bundanya Rian,saya mendekati mereka bertiga dan bertanya apakah benar kalian bertiga kemarin membulli Rian? Mereka bertiga saling tatap tidak ada yang berani bicara saya mendekati mereka dan bicara “ Katakan saja ustadza tidak akan marah kalau kalian tidak salah “ ucapku lembut merekapun akhirnya bicara, Raihan yang duluan bicara “kemarin ustadza saat kami sedang bermain di samping Musholah Rian datang dan ilham taanya kepada kepada Edo apakah Edo berani menyentuh kepalanya Rian?”, lalu Edo mendekati Rian dan menjambak rambutnya dan bertanya kepada Rian apakah kamu berani sama aku?” …begitu ceritanya ustadza Raihan langsung melerai karena Rian sudah menangis.” Astagfirullah … itu kezholiman Edo,Raihan dan Ilham ustadza kecewa sama kalian kenapa kalian menyakiti teman kalian sendiri, bukankah selama ini ustadza selalu mengingatkan untuk berkawan bukan mencari lawan, kita semua bersaudara tidak boleh menyakiti sebagaimana hadits Rasulullah nabi Muhammad saw Takutlah kamu berbuat zholim,sesungguhnya berbuat zholim mendapat kegelapan di hari kiamat,“. Apakah kalian mau mendapat kegelapan di hari kiamat?” Tidak ustadza jawab mereka serempak “…apakah akan kalian ulangi lagi ? “ tidak ustadza … ustadza berharap ini yang pertama dan yang terakhir kalian berbuat zholim terhadap teman kalian,silahkan minta maaf kepada bunda Rian” mereka bertiga saling tatap dan dengan wajah yang penuh ketakutan mendekati bunda dan Rian “maafkan saya Bunda maafkan saya Rian “sambil bergantian mereka bertiga mencium punggung tangannya bunda Rian dan kemudian meminta maaf juga kepada Rian . setelah selesai mereka meminta maaf saya minta mereka istigfar sebanyak banyaknya sambil mendengar apa yang disampaikan oleh Bunda Rian” Bunda memaafkan perbuatan kalian hari ini akan tetapi jika terulang lagi bunda tidak akan memaafkannya dan bunda akan minta orang tua kalian untuk hadir di sekolah” kata bunda Rian dengan suara yang lirih tidak lagi seperti semula,setelah selesai Bunda Rian pun pamit pulang, sekali lagi saya meminta maaf kepada Bunda Rian atas kelalaian saya, sungguh saya sangat menyesal,pada dasarnya semua anak anak itu baik mereka terlahir dalam keadaan fitrah, apa yang menyebabkan mereka suka usil terhadap teman mereka ?,apakah perlakuan mereka hari ini mereka sadari atau tidak? Banyak sekali pertanyaan yang menari di kepala ini,Ayah bunda mari kita sama sama berdoa untuk putra putri kita agar senantiasa tetap dalam kasih sayang dalam perlindungannya serta dalam bimbingannya…
1 Comment
Alhamdulillah….. Dengan membaca cerita ini, mengingat kan masa indah sebelum pandemi covid-19. Akibat dari covid sangat terasa bagi guru.
Dulu tiap pagi dan siang selalu jabat tangan dengan siswa. Guru sangat dekat dan mengenal siswa dengan baik. Tapi sekarang sudah semester 8, 2 tahun mengajar suatu kelas belum pernah melihat wajah anak sampai begitu mengenal dengan baik, apalagi jabat tangan.
Tulisan yang bagus.