Senandung guru: suport system dan healing di era merdeka belajar.
Oleh : Nia Megahwita, S.Pd
Irama jantung saya tiba-tiba menjadi tidak beraturan. Detaknya menjadi lebih cepat dan kuat. Mirip sensasi jum scare di film horor yang memacu adrenalin. Tapi yang saya hadapi ini berbeda. Saya merasa keget, bingung, sedih, kecewa. Sungguh saya tidak paham seberapa panjang jarak antara dunia saya dan dunia anak-anak didik saya.
Terbersit dalam pikiran saya, seharusnya merdeka belajar juga terimplementasi dalam praktik keseharian. Merdeka belajar tidak terbatas hanya pada penyampaian materi di kelas saja, apa yang guru dan anak didik alami di dalam dan di luar kelas juga adalah proses pembelajaran.
Saya menarik nafas panjang, mencoba menetralkan kembali irama jantung saya. Saya teringat suatu siang anak lelaki saya yang berusia 10 tahun bertanya, ‘’ bu, mengapa ibu mengatakan informasi ini hoaks padahal ini sedang viral ?’’. Pertanyaan ini cukup sulit dijawab. Internet pada saat ini memiliki peran yang sangat besar dalam kehidupan manusia di seluruh dunia. Hasil survei oleh Hootsuite, seperti dikutip Tekno Liputan 6.com Kamis 28/1/2021 menyatakan pengguna internet ada 4,66 miliar. Untuk memantau dan mengelolanya diperlukan aturan matematika yang menentukan perilaku data, aturan ini dikenal dengan istilah algoritma.
Ada banyak macam algoritma di internet tetapi secara umum algoritma internet mempertemukan orang-orang yang memiliki kegemaran yang sama. Bila hari ini saya mengakses informasi tentang resep masakan maka esoknya saya akan diberikan tawaran informasi yang sama. Algoritma seperti ini akan memberikan kesempatan untuk informasi menjadi viral berdasarkan jumlah penggemarnya. Sayangnya informasi yang banyak disukai tidak selalu bisa dipertanggungjawabkan manfaat serta maknanya. Sebaliknya informasi yang bermakna justru seringkali tersembunyi karena kurang penggemarnya.
Kaitannya dengan merdeka belajar, sejarah menjelaskan bahwa pada masa itu pandangan Ki hajar Dewantara juga tidaklah viral. Bahkan sebelum Mendikbudristek, bapak Nadiem Makarim mencanangkannya, sebagian besar sekolah-sekolah di Indonesia memilih untuk mengadopsi kurikulum dari luar negeri. Maka ketika di era digital ini merdeka belajar digaungkan, perlu kehati-hatian, komitmen dan konsistenitas agar penerapannya tidak meleset dari esensinya.
Menggaungkan merdeka belajar harus disertai jaminan bahwa guru yang adalah ujung tombak tidak hanya sekedar menjadi ‘’sasaran’’ program. Guru membutuhkan support system, komunitas pendidik yang saling mendukung dalam memberikan semangat, menggali potensi, meningkatkan kompetensi untuk menghadapi tantangan dan kesulitan di era digitalasi pendidikan ini.
Dalam merdeka belajar, fokus adaptasi teknologi ke dalam dunia pendidikan bukan bertujuan untuk meninggalkan atau bahkan menggantikan kompetensi pedagogi guru dalam menghasilkan pengalaman belajar yang semakin beragam dan bermakna. Bukan hanya masalah seberapa banyak aplikasi yang harus dikuasai oleh guru. Bukan hanya masalah seberapa canggih dan otomatis aplikasi yang harus diterapkan di sekolah.
Support system dalam pengalaman saya, memungkinkan pendidik dari berbagai jenjang, bidang studi, status sekolah dan latar belakang bisa berkolaborasi bersama untuk menghasilkan perubahan praktik pembelajaran seperti yang disampaikan mas Bukik Setiawan, ketua komunitas Guru Belajar pada Temu Pendidik Nusantara VIII.
Support system memberikan kesempatan untuk guru menjadi pembicara dengan segudang pengamalan yang signifikan terhadap permasalahan di ruang kelas seperti pada Webminar Teachership bersama bapak Yohanes Moeljadi Pranata.
Bagi saya pribadi, support system melalui keberadaan berbagai komunitas guru di Indonesia sedang menegaskan posisi guru sebagai mitra pendidikan bukan hanya sebatas alat produksi jasa saja. Memberikan pelajaran tersembunyi. Seperti sebuah kutipan di buku Kurikulum Ngumpet yang ditulis bunda Capri Anjani, salah satu founder AISEI, komunitas pendidik Indonesia, ‘’ guru adalah pendidik yang bukan hanya menyampaikan pelajaran, tetapi menjadi pelajaran itu sendiri’’.
Salah satu dari berbagai komunitas guru di Indonesia itu adalah komunitas SatuGuru. Bapak Wijaya Kusumah yang akrab disapa Om Jay, seperti dikutip Bandungside.com Minggu 5/12/2021 sebagai penasehat memberikan dorongan agar para guru terus menggali potensi kecakapan digital yang berlandaskan 4 pilar utama yakni budaya bermedia digital, aman bermedia, etis bermedia dan cakap bermedia. Sejalan dengan itu, diadakan Webminar Nguping Satu Gruru 31/12/2021 pada s.id/kanalsatuguru yang menginspirasi para guru untuk cakap berliterasi sebagai bagian dari peningkatan kompetensi guru di era merdeka belajar.
Merdeka belajar memberikan ruang bagi guru untuk bebas berpendapat yang bertanggungjawab sebagai konsekuensi logis atas perannya dalam mengasah nalar dan sikap kritis anak didik menuju kecakapan global abad 21. Kemampuan mengevaluasi dan merefleksi berada pada level literasi yang tertinggi, peserta didik mampu menyampaikan pendapat terhadap apa yang dibaca dikaitkan dengan pengalaman diri dan kehidupan sekitarnya.
Saya menarik nafas panjang, mensyukuri nikmatnya berkomunitas sebagai anugerah Sang Pencipta yang memberikan healing pada kelelahan batin saya. Saya merasakan hawa sejuk menembus batin saya sambil bersenandung lirih…….
Memang benar untuk mewujudkan ekosistem sekolah yang merdeka belajar di era digital,
dibutuhkan kesadaran dari semua pemangku kepentingan pendidikan
untuk memanifestasikannya lewat praktik dalam keseharian
dan keteladanannya dalam membuat kebijakan-kebijakan di sekolah.
Namun demikian, jika saya, guru, diijinkanNya pada satu kondisi yang tidak ideal,
saya bisa memilih untuk berdamai dengan hal-hal diluar kapasitas saya yang tidak bisa saya ubah.
Saya bisa memilih untuk terus berkarya dan memberi dampak positif,
di lorong-lorong gelap yang tidak terlihat.
Doa dan mimpi saya,
kelak akan bangkit dari anak-anak didik,
pembangun jembatan penghubung dunia guru dan dunia anak didik,
berpondasikan literasi yang minim subyektifitas dan preferensi.
6 Comments
Keren bu!
Mantap
Berharap guru betul² memanfaatkan kemerdekaan yg sesungguhnya.
terus menulis dan mjd berkat yahhhh bu guru Nia
Super sekali Ibu👍
Sangat menginspirasi, semangatttt! 🤗