AI Itu Hanyalah ‘Seorang Pembantu’
Hingar bingar artificial intelligence (AI), khususnya yang diwakili oleh kehadiran ChatGPT, membuat para guru gagap menyikapinya dalam konteks menempatkannya dalam proses belajar mengajar. Lantas harus bagaimana
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Satuguru mengajak diskusi Sabrang MDP. Sabrang Mowo Damar Panuluh lebih dikenal sebagai Noe (lahir 10 Juni 1979) adalah vokalis dan keyboardis band Letto. Noe merupakan anak pertama budayawan Emha Ainun Nadjib. yang lebih dikenal dengan Cak Nun.
Diskusi berlangsung hari Sabtu (15/07) malam di sebuah ruangan di Studio C, tempat Dedy Coubuzer menayangkan podcast Close The Door di bilangan Bintaro Jakarta Selatan.
Dari Satuguru hadir Isnawan Aslam (Ketua Umum), Bambang ‘Mr. Bams’ Purwanto (Sekretaris Jenderal), Agus ‘Kyai’ Sugianto (Bendahara Umum), dan Mas Widi (Wakil Sekretaris Jenderal).
Menurut Sabrang, kehadiran AI adalah sebuah keniscayaan yang suka tidak suka akan memasuki kehidupan kita.
Yang paling terlihat nyata adalah kehadiran ChatGPT yang bisa menjawab apa saja pertanyaan kita. Meski jawabannya tidak selalu tepat.
Chat GPT (Generative Pre-training Transformer) adalah kecerdasan buatan yang cara kerjanya memakai format percakapan. Teknis sederhananya adalah seperti kita bertanya kepada guru di kelas. Di Chat GPT kita akan mendapat jawaban secara otomatis dalam waktu yang amat singkat.
Dalam diskusi tersebut, Sabrang mengibaratkan AI adalah angin kencang, bahkan dalam beberapa hal bisa disebut sebagai badai. Yang bisa kita lakukan adalah mengarahkam layar perahu agar laju kapal kita mengarah ke tujuan yang kita maksud.
Salah mengarahkan layar, perahu bisa pergi entah kemana. Bahkan perahu bisa karam.
Sabrang menambahkan, yang paling gampang menghadapI AI adalah dengan memperlakukannya sebagai seorang pembantu. Hanya saja, pembantu ini mempunyai kualifikasi seorang profesor yang mempunyai segudang ilmu.
Meskipun dia seorang profesor, dia tetaplah seorang pembantu yang bisa kita suruh-suruh semau kita. AI akan menghasilkan output tergantung inisiatif dan kecerdasan tuannya.
Untuk itu, kemampuan ‘ngobrol’ dengan AI menjadi kunci utama agar dapat memanfaatkan AI secara optimal. Kemampuan ini disebut sebagai prompting. Agar kemampuan ini maksimal maka kita harus senantiasa meningkatkan wawasan, kompetensi, dan pengetahuan. Jika tidak, kita akan terlindas oleh jaman. (isn)
2 Comments
terima kasih atas informasinya
Terima kasih bermanfaat sekali 👍🏻