“Berteman” dengan AI untuk Menggali Ide

 “Berteman” dengan AI untuk Menggali Ide

Dalam dunia ideasi, proses kreatif sering digambarkan seperti sebuah perjalanan: kita mulai dari mendefinisikan masalah, lalu menghasilkan ide sebanyak mungkin, sebelum akhirnya memilih dan mengimplementasikan gagasan terbaik.

Namun, perjalanan dari ide ke implementasi bukan perkara sederhana. Urun daya (crowdsourcing), selama ini, dianggap cara efektif untuk menjaring ide. Tapi, pendekatan ini mahal dan memakan waktu, sebab harus memberi insentif kepada peserta, menunggu masukan, dan memilah ribuan ide untuk menemukan yang benar-benar berharga.

Di sisi lain, hadir model bahasa besar seperti ChatGPT — alat yang tersedia gratis atau murah, mampu menghasilkan ribuan ide dalam hitungan detik. Tapi muncul pertanyaan penting: apakah ide-ide itu cukup bagus?

Penelitian

Untuk mencari jawabannya, Jacqueline Ng, Lane, Karim Lakhani, dan Miaomiao Zhang, sekelompok peneliti dari Harvard Business School melakukan eksperimen unik.

Mereka mengundang orang-orang dari berbagai latar belakang untuk mengajukan ide bisnis tentang ekonomi sirkular — konsep yang memproses ulang produk untuk digunakan kembali, diperbaiki, atau didaur ulang untuk menciptakan nilai baru. Para peserta yang bergabung berkesempatan memenangkan hadiah $10 untuk partisipasi dan $1.000 untuk ide terbaik.

Permintaan mereka sederhana, tetapi menantang: “Berikan ide ekonomi sirkular Anda. Bisa ide baru yang orisinal, atau adaptasi dari praktik yang sudah ada. Contohnya, berbagi kendaraan untuk mengurangi jejak karbon.”

Sebanyak 125 orang menanggapi tantangan ini. Ide-ide yang masuk bervariasi: mulai dari algoritma penetapan harga dinamis untuk mengurangi limbah makanan di supermarket, hingga aplikasi digital yang membantu konsumen menyimpan bukti pembayaran untuk mengurangi penggunaan kertas.

Di sisi lain, tim peneliti mengoptimalkan penggunaan ChatGPT. Dengan teknik prompt engineering yang cerdas, mereka mendorong model ini untuk menghasilkan ratusan ide tambahan. Mereka mengubah sudut pandang prompt, menambahkan variabel industri atau lokasi tertentu, agar ide-ide yang keluar semakin bervariasi dan relevan.

Hasilnya

Sebanyak 300 evaluator — ahli di bidang ekonomi sirkular — ditugaskan untuk menilai ide-ide berdasarkan keunikan, manfaat lingkungan, potensi keuntungan, dan kelayakan implementasi.

Hasilnya mengejutkan: ide-ide manusia cenderung lebih unik, penuh dengan pemikiran kreatif yang melampaui batas konvensional. Sedankan, ide-ide AI justru lebih layak diterapkan dan lebih praktis dalam konteks bisnis nyata.

Sebagai contoh, seorang peserta dari Afrika mengusulkan pembuatan bata interlocking dari limbah pengecoran dan plastik — gagasan yang brilian namun sulit diwujudkan secara massal. Sementara itu, ChatGPT menghasilkan ide klasik namun kuat: mengubah limbah makanan menjadi biogas, yang walaupun tidak baru, sangat realistis untuk diterapkan.

Dari penelitian ini, muncul pelajaran penting:  kolaborasi antara manusia dan AI menghasilkan kombinasi ide yang lebih unggul dibandingkan jika keduanya berjalan sendiri-sendiri.

Memodifikasi prompt, mengubah cara bertanya, dan mengkombinasikan intuisi manusia dengan kreativitas mesin terbukti menghasilkan ide-ide luar biasa.

Misalnya, ketika model AI diarahkan lebih jauh, muncullah ide-ide aneh tapi menarik seperti menggunakan lalat Afrika untuk mengurai limbah organik, atau wadah minuman cerdas yang otomatis memberikan insentif daur ulang kepada konsumen.

Kuncinya adalah keseimbangan

Organisasi perlu membangun budaya yang memahami kapan menggunakan AI sebagai alat bantu, dan kapan mengandalkan kreativitas alami manusia. Menggunakan AI tanpa berpikir kritis justru bisa menumpulkan inovasi. Tetapi ketika manusia memimpin, dan AI memperkaya, hasilnya bisa melampaui batasan.

Seperti yang disimpulkan para peneliti: “Cara paling produktif menggunakan AI generatif adalah dengan menggabungkan keunikan manusia dan kepraktisan mesin.”

Sebuah pelajaran penting, bukan hanya untuk masa depan inovasi, tetapi juga untuk memahami bahwa teknologi terbaik tetap membutuhkan sentuhan manusia. (isn)

Spread the love

Related post

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *