Amanat Pendidikan bagi Presiden Baru
Tanggal 16 Februari 2024, tepat dua hari setelah kegiatan “pencoblosan” Pemilu 2024 di Indonesia, Satuguru Indonesia menyelenggarakan kegiatan Obrolan Satuguru yang bertajuk “Amanat Pendidikan Bagi Presiden Baru” dengan menghadirkan Narasumber Iwan Kurniawan beliau adalah Kepala SD Muhammadiyah 7 Bandung sekaligus sebagai Wakil Ketua Satuguru Indonesia, Iriany Hasan S.Pd., M.Pd Pimpinan Wilayah Satuguru dari Provinsi Maluku Utara, Hery Setyawan, M.Pd selaku Pimpinan Wilayah Satuguru dari Provinsi DKI Jakarta, Repoliawan, S.Pd, M.Pd juga Pimpinan Wilayah dari Provinsi Sumatera Selatan, dan Dr. (C) Drajat MM yang merupakan Pimpinan Wilayah dari Provinsi Jawa Barat.
Momentum obrolan ini dirancang dan dibuat untuk menyuarakan harapan terkait dengan pendidikan Indonesia yang akan diamanatkan kepada presiden Indonesia terpilih nantinya. Pendidikan Indonesia dari perjalanannya melewati dinamika yang panjang dan tentu saja tidak mulus. Kurikulum sebagai bagian dari pendidikan Indonesia melewati fase yang tidak mudah. Pada setiap perjalanan kurikulum tentu saja menghadirkan beragam cerita. Akan tetapi, secara positif bahwa hadirnya dinamika perubahan kurikulum menjadi sebuah harapan memperbaiki kekurangan dari kurikulum sebelumnya.
Saat ini sebelum memasuki perubahan pemerintahan di Oktober 2024 yang akan datang kita masih menggunakan kurikulum merdeka. Kurikulum yang senantiasa menjadi perbincangan yang hangat di kalangan para pendidik ataupun sekolah. Dinamika pendidikan di Indonesia tidak akan pernah ada habisnya begitu ungkapan para guru. Pendidikan dipandang sebagai hal yang penting untuk terus dipikirkan, dikembangkan dan dimajukan.
Seperti harapan yang disampaikan oleh Iwan Kurniawan, bahwa ke depan pemimpin baru harus mempunyai gagasan bahwa pendidikan tidak hanya berbicara terkait dengan anggaran saja, akan tetapi lebih jauh memahami dan mendalami amanat UUD terkait dengan pendidikan untuk terus dengan sesadarnya berupaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Harapannya para generasi bangsa menjadi insan-insan yang cerdas dan beradab.
Iriany mengungkapkan bahwa “Matahari itu terbit dari timur” akan tetapi kemajuan tidak berpihak di sana. Pendidikan adalah menjadi satu harapan untuk bisa menjadi corong “perubahan” meratanya kemampuan yang dimiliki para generasi muda dari timur. Saat ini, meski daerah timur kaya dengan sumber alamnya, akan tetapi pengelolaan tidak menjadi bagian dari orang-orang timur. Perbedaan kemampuan yang dimiliki antara barat dan timur berimbas kepada kesempatan mendapatkan pekerjaan di daerah sendiri. Untuk itu besar harapannya Pemerintah bisa betul-betul memajukan pendidikan untuk generasi muda yang berada di bagian Indonesia Timur.
Pendapat yang senada namun berbeda daerah adalah yang disampaikan oleh Repoliawan, bahwa pemerataan pendidikan belum dirasakan betul untuk daerah-daerah yang jauh dari pusat kemajuan Indonesia. Tidak sedikit para guru yang berada di pelosok belum mendapatkan kesempatan merata dari adanya kemajuan teknologi saat ini. Hingga, tidak sedikit guru-guru di daerah yang kesulitan akses internet demi memenuhi kewajiban yang diberikan oleh Pemerintah salah satunya pada aspek Program Merdeka Mengajar dengan konsep pengerjaan secara daring. Banyak guru-guru di daerah yang tidak bisa akses internet sehingga tidak mampu menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik.
Berbeda dengan Hery Setyawan yang merupakan guru dari pusat kemajuan Indonesia yang sekaligus ibukota Negara Indonesia tidak merasakan beberapa kekurangan akses internet seperti yang dirasakan oleh rekan guru-guru di daerah. Namun demikian, mudahnya akses internet dan dekatnya teknologi tidak serta merta membuat Pendidikan itu menjadi sangat mudah dilaksanakan dan tanpa kekurangan. Ada saja hal yang memang menjadi dinamika khas dari sebuah daerah yang dikenal lebih maju, salah satunya adalah tentang bagaimana guru mampu diberikan kenyamanan dalam menjalani aktifitas sebagai guru. Tidak hanya itu, ada hal di perkotaan terkait dengan pendidikan adalah kurangnya perhatian kepada pendidikan kebutuhan khusus, hal ini bersifat kepada SDM yang mumpuni dalam menangani pendidikan khusus, juga penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung pada penyelenggaraan pendidikan khusus. Selain kedua hal tadi, Hery juga mengungkapkan bahwa pendidikan karakter menjadi harapan lebih diperhatikan kembali untuk kemajuan di masa yang akan.
Di sisi lain, harapan yang disampaikan drajad adalah terkait dengan bagaimana Pemerintah ke depan bisa kembali menyadari untuk betul-betul menjalankan komitmen pendidikan seperti yang diamanahkan pada UUD 1945. Menjalankan komitmen pendidikan tidak hanya jargon semata, akan tetapi harus bisa diimplementasikan dengan sebaiknya. Tiga hal yang diingatkan untuk bisa dijalankan adalah terkait komitmen pembiayaan pendidikan sebesar 20% dari anggaran negara, menghadirkan Kembali program Gerakan Literasi agar generasi muda senantia melek dengan bacaan dan juga buku. Serta yang sangat penting adalah bagaimana menghadirkan potensi Ilahiah yang ada pada jiwa-jiwa generasi muda.
Harapan guru yang terungkap pada obrolan satuguru ini wajib untuk bisa sampai ke Presiden baru nantinya. Saluran-saluran saran demi kemajuan pendidikan harus dibuka selebarnya. Masyarakat harus mampu memonitor besaran anggaran yang digunakan pada bidang pendidikan, apakah sudah sesuai dengan rencana strategis kemajuan pendidikan Indonesia atau belum. Semoga diskusi yang hangat pada malam tersebut mampu membangkitkan semangat-semangat yang masih tertidur pulas.
Pandangan politik di hati pendidikan bisa jadi berbeda, akan tetapi pandangan terkait dengan kemajuan pendidikan harus sama, hal ini diharapkan mampu membawa Indonesia lompat lebih jauh lagi, mari kita bersama meluruskan jalan peradaban. [yk]
*) Kumpulkan NFTs ekslusif Satuguru pada setiap artikel yang tayang di Satuguru.id, dimana dapat memberikan pemiliknya akses atau manfaat tertentu di kemudian hari. Mulai kumpulkan NFTs nya sekarang, dengan Klik Ikon LITE dibawah.
1 Comment
Semoga terpilih presiden yang fokus kepada guru dan dunia pendidikan