EMPATI SEORANG GURU
Penulis : Afifah Hidayati, S.Pd
Profesi guru merupakan profesi mulia, karena mendidik anak yang potensi dan karakter berbeda-beda, sehingga menghadapinya dengan sabar dan kebesaran hati. Guru mengajar/ menyampaikan ilmunya dan perhatian yang tulus insyaallah peserta didik dapat memahaminya, apabila ada murid yang belum paham hendaknya guru bersedia mengulang kembali pelajaran yang sudah diterangkan tadi, karena walau bagaimana kemampuan peserta didik berbeda-beda dan ini harus dipahamai seorang guru tanpa harus merendahkan anak-anak tersebut, pada dasarnya tidak ada anak yang bodoh, tapi mungkin ada yang kurang rajin baca/latihan. Guru dalam mengajar bukan hanya menyampaikan materi tapi juga diiringi nilai-nilai karakter positif/akhlak mulia agar peserta didik juga mempunyai akhlak yang baik, jadi selain anak-anak kita pintar tapi juga mempunyai akhlak/sikap yang baik pula harus seimbang keduanya. Misalkan ada murid yang sudah berhasil tapi dia tetap ingat dan mau silaturahmi ke gurunya yang sudah sepuh, ini juga menandakan keberhasilan guru dalam menanamkan karakter yang baik terhadap muridnya.
Oleh karena kemampuan anak yang berbeda-beda maka guru dalam penyampaian materi menggunakan metode yang sesuai dengan kebutuhan mereka dan bisa juga menggunakan tutor sebaya, teman yang lebih cepat pemahamannya bisa membantu gurunya dengan ikut mengajarkan teman yang belum paham, biasanya mereka kalau dengan teman lebih mudah komunikasinya karena ada anak-anak yang agak malu kalau sama gurunya dan dengan temannya lebih bebas. Hal ini semata-mata untuk memperlancar pembelajaran.
Guru dan murid bisa saling menyesuaikan secara bersama bahwa belajar/pendidikan itu suatu kebutuhan bukan hanya kewajiban. Guru dan murid tidak bisa dipisahkan mereka saling membutuhkan satu sama lain. Hak seorang siswa adalah mendapatkan bimbingan dan pelayanan prima dari guru. Sedangkan kewajiban siswa yang utama adalah belajar, berusaha memahami ilmu pengetahuan yang disampaikan oleh gurunya. Di sinilah terjadi proses interaksi guru dan siswa. Siswa dan guru sama-sama belajar. Mereka melakukan apa yang disebut proses pembelajaran. Dari proses pembelajaran inilah didapatkan potensi unik siswa dan hasil belajar yang diharapkan. Guru mengajar, siswa diajar. Guru mengawasi, siswa mengerjakan kegiatan yang diperintahkan guru. Apa yang akan diajarkan guru itu tertulis dalam apa yang disebut rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Guru dan siswa sebenarnya sama-sama belajar. Di sanalah terjadi proses pembelajaran yang ideal. Sebuah proses yang membawa guru dan siswa saling berinteraksi dalam memahami materi pelajaran. Guru dan siswa sama-sama mencari kebenaran yang terjadi dalam khasanah ilmu pengetahuan yang beragam. Maka terjadi proses yang disebut saling memberi informasi dan saling berkomunikasi. Dimana siswa bertanya, guru menjawab. Guru bertugas sebagai fasilitator, dan bukan sebagai orang yang terlalu dominan di kelas. Begitupun sebaliknya, bila guru ingin menguji sampai dimana pemahaman siswa tentang materi yang diberikannya, ia bisa langsung mewawancarainya, atau melakukan ulangan atau tes sebagai alat evaluasi dalam pembelajaran.
Menurut Munif Chatib, dengan menjadikan gurunya manusia, guru sebagai ujung tombak pendidikan di sekolahnya manusia akan menghasilkan generasi yang berkualitas, diantaranya mengajar dengan menyenangkan, managemen waktu, profesionalitas guru, memandang setiap peserta didik sebagai juara, menjadikan wali murid sahabat guru dan sekolah dsb.
Guru yang baik terhadap muridnya dia akan memberikan teladan/contoh baik dari segi bicara dan sikap, memberikan motivasi, semangat, dorongan untuk maju, peka dan peduli terhadap sekitarnya dsb. Guru juga manusia biasa yang punya kelemahan dan keterbatasan, harus ada komunikasi dan kerjasama yang baik antara pimpinan, guru dan orang tua, sehingga pembelajaran bisa berjalan lancar. Seorang guru juga harus mempunyai sifat sabar, welas asih terhadap semua peserta didiknya, tidak boleh pilih kasih, bersikap adil sesuai porsinya. Setiap anak punya kemampuan, bakat, karakter berbeda-beda, sehingga guru juga harus bijak dalam menghadapi keragaman mereka. Guru juga harus berjiwa besar dalam memberi apresiasi untuk murid yang memang bagus dalam belajarnya dan tidak boleh merendahkan murid yang mungkin belum mengerti dalam belajarnya, tetap kita kasih semangat, katakan kamu pasti bisa, jika berusaha dengan sungguh-sungguh. Seperti yang telah dicontohkan Ki Hajar Dewantoro tentang pendidikan Ing Ngarso Sung Tulodo (di depan mampu memberi teladan), Ing Madyo Mbangun Karso (di tengah kesibukan harus bisa membangkitkan semangat), Tut Wuri Handayani (memberi dorongan moral dan semangat kerja dari belakang).
Jika guru mau terus belajar maka keahlian guru tersebut akan bertambah, hal ini menguntungkan guru tersebut sehingga dia semakin lancar, kreatif, dinamis dalam menyajikan materi belajar yang beragam sehingga membuat anak-anak semakin tertarik belajar bersama kita. Dalam hal ini kita tidak perlu malu untuk tetap belajar seperti murid juga belajar, maka gurupun sebaiknya tetap belajar untuk meningkatkan kualitas diri.
Ada pepatah pemberi semangat bagi kita terutama para guru yaitu Never StopLearning, kita diminta untuk tidak berhenti dalam belajar artinya meskipun kita tidak meneruskan pendidikan ke jenjang formal atau mungkin usia kita tidak muda lagi bukan merupakan hambatan untuk terus belajar, belajar tidak mengenal usia dan tempat dimanapun kita bisa belajar, yang penting ada kemauan dan kesempatan, semakin kita mau mengasah dan mengupgrade diri kita maka akan semakin luas wawasan pengetahuan dan keterampilan yang kita dapatkan. Seperti hadits Nabi yang berbunyi, “uthlubul ‘ilma minal mahdi ilallahdi”, yang merupakan anjuran menuntut ilmu dimulai dari buaian hingga liang lahat. Semua manusia harus mau belajar dan berkembang karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa mendatang dan memaksa kita untuk ikut berubah mengikuti perkembangan zaman dan kondisi, artinya kita harus jadi pribadi yg luwes yang mau terus belajar dan mau terus mengembangkan diri mengikuti perkembangan di masa depan yang terus berubah. Saat ini guru harus jadi pribadi yang mudah beradaptasi dalam mengikuti perkembangan zaman, untuk itu kita tetap punya semangat belajar dimanapun dan kapanpun, agar kita tidak tertinggal dengan generasi sekarang. Ada sebuah ungkapan Ali bin Abi Thalib tentang mendidik anak yaitu “Ajarilah/didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu”. (لا تربوا أولادكم كما رباكم آباؤكم، فقد خلقوا لزمان غير زمانكم ) “Janganlah kalian mendidik anak-anak kalian sebagaimana bapak-bapak kalian mendidik kalian, karena mereka (anak kalian) diciptakan bukan di zaman kalian”.
Akhirul kalam penulis sebagai guru ingin terus belajar (walau bukan pendidikan formal), meningkatkan kualitas diri agar bisa lebih baik lagi dalam mengajar, tetap terbuka menerima kritik-kritik membangun, sehingga kita maju bersama, insyaallah pasti bisa. Manusia tak ada yang sempurna, tak ada gading yang tak retak, kesempurnaan hanya milik Allah. Wallahua’alam bi showwab.