Buku Elektronik Sebagai Materi Bacaan Terhadap Kemampuan Reading skill Siswa Menengah Kejuruan

*Fani Yufita Lentini

Sumber : http://library.northsouth.edu/library-collections/ebooks/

Kemampuan bahasa inggris diukur dengan dapat menguasai empat skill yaitu Reading, speaking, listening, dan writing. Empat skill ini harus dimiliki siswa dalam pembelajaran Bahasa inggris, penguasaan ini disebut four language skills dengan skill pertama adalah listening, kedua speaking, kemudian reading, speaking, dan terakhir writing. Reading sebagai skill kedua yang harus dikuasai menjadi skill yang sangat penting, karena keterampilan membaca tampaknya menjadi penting karena kebanyakan pembelajar keterampilan umum sering mengikuti kursus dalam proses pembelajaran. Namun membaca bukan hanya sekedar membaca teks, tetapi lebih dari itu ialah menyiratkan sikap dan reaksi tertentu terhadap teks saat membaca teks. Richards dan Schmidt (2002) mendefinisikan keterampilan membaca sebagai kemampuan yang diperlukan untuk membaca terampil, seperti mencermati gagasan utama, memahami urutan, memperhatikan detail spesifik, membuat kesimpulan, membuat perbandingan, dan membuat prediksi dalam pengajaran bahasa kedua dan asing, terutama dengan orang dewasa.

Dalam pembelajarannya, keterampilan membaca menjadi sangat penting. Siswa membaca teks yang terdapat pada buku yang kemudian dapat menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan teks tersebut. Namun pada kenyataanya banyak siswa yang memiliki tingkat motivasi membaca yang rendah, sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi pengetahuan pembelajaran siswa tersebut. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Program for International Student Assesment (PISA), dirilis oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) pada tahun 2019 (kemendagri.go.id, 23/3/2021), Indonesia menempati posisi 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah. Indonesia menempati ranking ke 62 dari 70 negara. Berorientasi pada proses yang dibutuhkan untuk meningkatkan keterampilan membaca ini, dalam pembelajarannya siswa perlu disajikan materi bacaan yang bisa terkait dengan kebutuhan mereka sekaligus kesesuaian dengan latar belakang mereka sehingga dapat memberikan integrasi pengetahuan baru. Namun Dalam pembelajaran kelas tradisional, terdapat pilihan sumber daya yang tersedia. Sehingga sistem pembelajaran yang digunakan untuk mengajar siswa agar aktif di dalam kelas juga terbatas.

Proses pembelajaran dikelas tidak dapat dipisahkan dengan materi, karena hal ini menjadi penting sebagai alat dalam proses belajar dan pengajar. Perangkat pengajaran seperti silabus, RPP, buku teks, dan media perlu disiapkan dalam proses pelaksanaan belajar mengajar. Meteri yang harus disesuaikan berdasarkan keburuhan siswa untuk mencapai peningkatan pembelajaran. Untuk mengidentifikasi kebutuhan siswa akan bahan bacaan perlu dikalukan analisis kebutuhan. Guru adalah peran penting untuk memberikan materi yang tepat bagi siswa (Spelleri dalam Sarapli, 2011 dalam Wulaningtyas, 2015)

Buku bacaan sebagai alat mengajar perlu dipilih berdasarkan kebutuhan siswa. Richard (2001) menyarankan bahwa materi harus memberikan dasar isi pelajaran, jenis latihan Bahasa yang digunakan oleh siswa, dan pelengkap instruksi. Buku bacaan juga dapat disebut “agent of change” dalam pelaksanaanya, yang pertama sebagai kendaraan bagi pengajar dan siswa, dan yang kedua sebgai pemberi gambaran pendukung komponen pembelajaran.

Penulis dalam hal ini menyikapi keadaan yang terjadi dengan melihat kondisi siswa yang sering mengikuti zaman, apa yang sedang ramai dibicarakan menjadi hal penting sebagai ketertarikan siswa kepada topik tersebut. Penggunaan sosial media dan smartphone pada kalangan muda secara massive dapat digunakan sebagai alat untuk belajar. Maka dengan hal ini penulis mencoba merancang pembelajaran dengan menggunakan buku bacaan elektronik yang dapat diakses dengan mudah oleh siswa melalui smartphone masing-masing, namun topik buku tersebut akan disesuaikan dengan kebutuhan dan minat siswa.

Menurut Lestari, Adi, & Soepriyanto (2018), buku elektronik adalah buku dalam bentuk elektronik yang berisikan informasi yang dapat berwujud teks dan gambar. Buku elektronik adalah sumber belajar bagi siswa yang merangsang siswa untuk berpikir kreatif dengan bantuan teknologi informasi dan komunikasi, memberi peluang kebebasan untuk menggunakan dimana saja dan kapan saja. Menurut Wu (2016) menunjukkan bahwa belajar bahasa Inggris dengan membaca artikel pada perangkat buku elektronik multimedia dapat membantu siswa dalam meningkatkan kosa kata mereka dan memahami asosiasi antara kata-kata, makna tekstual, dan struktur organisasi teks. Selain itu, menurut Lestari, Adi, & Soepriyanto, (2018) menambahkan bahwa buku elektronik interaktif didapatkan bahwa penggunaan buku elektronik dapat meningkatkan interaksi antara pendidik dan siswa dalam pembelajaran serta siswa lebih tertarik menggunakan buku elektronik dalam pembelajaran. Proses pembelajaran yang diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Lalu, banyak penelitian dalam literatur telah menunjukkan bahwa buku elektronik melibatkan siswa secara ekstensif membaca dalam bahasa Inggris sebagai bahasa asing kelas. Di Taiwan, siswa sekolah menengah pertama berpartisipasi dalam program membaca ekstensif selama 10 minggu menggunakan buku elektronik dengan dukungan multimedia, di mana mereka berada diperkenalkan ke daftar 140 buku elektronik. Setiap siswa membaca buku elektronik sepulang sekolah, dengan target membaca 4 buku elektronik seminggu. Membaca buku elektronik memiliki efek positif pada sikap siswa terhadap membaca secara umum, dan kognitif, afektif dan aspek membaca

Dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas, penulis merencanakan untuk mengimplentasikan penggunaan buku elektronik sebagai media pembelajaran siswa pada mata pelajaran bahasa Inggris dikelas XI SMK. Penerapan ini difokuskan pada bagaimana buku elektronik menjadi media baru yang bisa digunakan siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris. Uji keefektifan ditunjukkan dengan kemampuan siswa mengerjakan soal pemahaman bahasa Inggris. Metode yang digunakan adalah collaborative learning.

Collaborative Learning adalah pendekatan pendidikan untuk belajar mengajar di mana kelompok kecil peserta didik bekerja sama untuk memecahkan masalah, menyelesaikan tugas atau membuat produk. Liang (2002) menyelidiki efek dari pembelajaran kolaboratif pada pembelajaran bahasa pelajar EFL sekolah menengah pertama, motivasi mereka untuk belajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing, dan prestasi akademik berprestasi tinggi dan rendah dalam kelompok kemahiran bahasa yang heterogen. Menurut Tinzmann et al. (1990) dikutip dari Momtaz, E., & Garner, M. (2010), kelas kolaboratif khas ditandai dengan empat fitur. Dua fitur pertama menyangkut hubungan antara guru dan siswa; yang ketiga menyangkut pendekatan guru terhadap pengajaran; dan yang keempat menyangkut komposisi ruang kelas. Pada hal ini penulis menggunakan buku elektronik sebagai media dan menggunakan metode collaborative learning pada pembelajaran bahasa Inggris dikelas.

Siswa diintruksikan untuk menjadi kelompok-kelompok kecil dan diberikan e-book untuk dipelajari sekaligus dibaca untuk membahas dalam satu buku yang sama teks berjudul Bullying: A cancer that must be eradicated (Buku Mata Pelajaran di SMK) dengan kegiatan membaca sebagai berikut:

1. Pra-Reading: Koneksi Pribadi, Koneksi Genre.

2. Main Reading: Bullying: A cancer that must be eradicated.

3. Post-Reading: Collaborative, Dissusion, Questions.

Rencananya, selain pemahaman terhadap materi Bahasa inggris, dengan menggunakan media buku elektronik nantinya siswa dapat melatih siswa untuk lebih bisa berkreatifitas dan mandiri menemukan bahan bacaan Bahasa inggris yang tidak hanya terpaku pada bacaan buku konvensional dikelas saja.

* Guru Bahasa Inggris SMKN 1 Cilengkrang

References:

Al-Jarf, R. (2021). Collaborative mobile ebook reading for struggling EFL college readers. IOSR Journal of Research & Method in Education (IOSR-JRME)11(06), 32-42.

https://jurnalpost.com/miris-rendahnya-tingkat-literasi-indonesia/28233/

Lestari, R. T., Adi, E. P., & Soepriyanto, Y. (2018). E-BOOK INTERAKTIF. Jurnal Kajian Teknologi Pendidikan, 1(1), 71-76.

Momtaz, E., & Garner, M. (2010). Does collaborative learning improve EFL students’ reading comprehension. Journal of linguistics and language teaching1(1), 15-36.

Richards, J. C. (2001). Curriculum Development in Language Teaching. Cambridge: Cambridge University Press.
http://dx.doi.org/10.1017/CBO9780511667220

Richards, J.C. & Richard, S. (2002). Longman Dictionary of Language Teaching & Applied Linguistic, 3rd Edition. Longman: person education.

Tinzmann, M., Jones, B., Fennimore, T., Bakker, J., Fine, C. & Pierce, J. 1990, “What is the collaborative classroom”, North Central Regional Educational Laboratory, Oak Brook, IL, USA, , pp. 1-35.

Wu T. A learning log analysis of an English-reading e-book system combined with a guidance mechanism. Interactive Learning Environments. 2016; 24(8): 1938-1956.

Wulaningtyas, F. P. A. (2015). Praktik bullying mahasiswa jurusan pendidikan sejarah pada masa PKKMB mahasiswa angkatan 2012. Paradigma3(2).

Spread the love

Yudhi Kurnia

redaksi@satuguru.id

Related post

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *