Filosofi Pendidikan Ahmad Dahlan Dalam Perspektif Peradaban Digital
Sore ini Kamis tanggal 10 Februari 2022 terdapat kegiatan Nguping SATUGURU tentang Literasi Spiritual Guru yang bertemakan Filosofi Pendidikan K.H. Ahmad Dahlan dalam Perspektif Peradaban Digital. Materi tersebut disampaikan oleh Dr. Fahruddin Faiz, S.Ag., M.Ag. seorang pakar filsafat Islam dan Dosen UIN Yogyakarta dengan Ir. Budi Rahardjo, Msc, Ph.D. seorang praktisi IT dan technopreneur sekaligus Dosen Institut Teknologi Bandung.
Visi Pendidikan
K.H. Ahmad Dahlan yang memiliki nama asli Muhammad Darwis adalah seorang pahlawan nasional yang intens bergerak di bidang pendidikan. Beliau adalah pendiri Muhammadiyah.
Visi pendidikan menurut K.H. Ahmad Dahlan yaitu “Dadiho kijahi sing kemadjoean, adja kesel anggonmu njamboet gawe kanggo moehammadijah”.
Ada 3 keyword pendidikan menurut beliau ada 3, yaitu :
1. Kijahi simbolnya kesholihan (Salih) yaitu karakternya baik
2. Kemadjoean simbolnya keilmuan (‘Alim) yaitu profesionalitas dan mendalam dalam keilmuannya
3. Njamboet gawe simbolnya karya kontribusi kemaslahatan (‘Amil) yaitu pekerja, bagaimana ilmu bisa diterapkan dan menghasilkan kontribusi positif serta manfaat bagi kehidupan.
Beliau mengidealkan seorang manusia itu memiliki karakter yang baik, profesional, dan produktif untuk berkarya serta bermanfaat bagi masyarakat. Pendidikan pada saat ini meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan tentunya sejalan dengan visi pendidikan yang diungkapka oleh beliau.
Tujuan Pendidikan
K.H. Ahmad Dahlan menginginkan suatu pendidikan integral yang akan melahirkan ulama intelek atau intelek ulama karena pendidikan agama itu penting dan pendidikan ilmu pengetahuan juga penting. Hal ini dilakukan dengan cara memberikan pelajaran agama pada sekolah-sekolah yang dikelola oleh Belanda dan mendirikan sekolah sendiri mengajarkan ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum secara bersama-sama.
Prinsip Pentingnya Mendayagunakan Akal
Pada saat itu masyarakat Indonesia cara berfikirnya lebih mengarah pada mistik klenik atau hal yang ghoib sehingga meninggalkan cara berpikir rasional yang bisa menghambat kemajuan. Beliau menganjurkan pada setiap lembaga pendidikan untuk mengajarkan ilmu mantiq atau logika. Akal merupakan sumber ilmu pengetahuan dan instrumen penting untuk memahami dan mendalami agama. Sangat penting mendayagunakan akal kita agar tidak berpikir taklid atau fanatik.
Kalimat yang diungkapkan oleh K.H. Ahmad Dahlan tentang pentingnya akal, yaitu “pengajaran yang berguna dalam mengisi akal itu lebih dibutuhkan manusia daripada makanan yang mengisi perutnya, dan mencari harta benda dunia itu tidak lebih payah dari mencari pengetahuan yang berguna dalam memperbaiki perbuatan dan kelakuan.â
Materi Pendidikan
Materi pendidikan yang penting untuk disampaikan kepada anak didik, yaitu :
1. Pendidikan moral dan akhlaq untuk menanamkan karakter yang baik.
2. Pendidikan Individu untuk menambahkan kesadaran individu yang utuh dan seimbang baik secara mental dan jasmani, antara keyakinan dan intelek, antara perasaan dengan akal pikiran, antara dunia dan akhirat sehingga ada keseimbangan antara IQ, EQ dan SQ.
3. Pendidikan kemasyarakatan untuk menumbuhkan kesadaran bahwa individu merupakan bagian dari masyarakat sehingga menumbuhkan keinginan dan kesediaan untuk hidup bermasyarakat.
Strategi Mengajar
Strategi yang digunakan oleh KH. Ahmad Dahlan antara lain :
1. Kontekstual yaitu berusaha mengkorelasikan antara ilmu pengetahuan yang disampaikan di sekolah dengan pengalaman nyata anak didik di masyarakat.
2. Amal-Ilmiah yaitu menjalankan ilmu yang kita miliki sesuai dengan kondisi yang kita hadapi. Menunjukkan aktifitas konkrit yang berkaitan dengan ilmu yang diajarkan kepada peserta didik.
Sebagai contoh menjalankan Surat Al-Ma’un dengan memberikan sedekah dari rejeki yang dimiliki kepada fakir miskin.
3. Dialogis yaitu cara mengajar dengan membaca kepentingan murid. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada murid pada saat sebelum menyampaikan ilmu pengetahuan : kalian ingin mengerti apa ?
4. Inspiratif yaitu mendorong anak didik terinspirasi untuk mengembangkan pengetahuannya dan bergerak lebih baik.
Etos Guru dan Etos Murid
Etos guru adalah kesediaan untuk memberikan ilmu dan teladan yang baik. Guru yang baik adalah guru yang juga bisa berperilaku seperti murid yaitu tidak berhenti belajar untuk selalu meningkatkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya.
Etos murid adalah kesediaan untukselalu terbuka agar bisa mengakui dan belajar pada kebaikkan orang lain. Murid yang baik adalah murid yang juga bisa berperilaku seperti guru yaitu yang mau berbagi ilmu pengetahuan kepada orang lain dan bisa memberikan teladan juga.
Situasi Era Digital
1. Life style yaitu gaya hidup generasi hari ini di era digital, meliputi :
– Teknologi informasi, generasi yang sejak lahir langsung ketemu dengan teknologi canggih dan tidak pernah mengalami zaman yang tidak ada teknologi canggih.
– Eksistensi yaitu setiap orang ingin eksis, ingin tampil, harus ada dan biasanya di media sosial.
– Pop Culture, budaya yang viral dan digemari akan mudah mempengaruhi diri seseorang.
– Individual-Right yaitu kesadaran tentang hak mulai menguat. Semua orang mengetahui tentang haknya dan tidak ingin dilanggar bahkan kadang lupa dengan kewajiban
2. Abundance
– Efektifitas
– Akselerasi (lebih cepat)
– Kebebasan
– Kemandirian
– Kenyamanan
3. Disruption ( Problem / kekacauan)
– Ekstase komunikasi yaitu lebih mengutamakan eksis berkomunikasinya tanpa memperhatikan kualitas komunikasi tersebut.
– Epilepsi komunikasi yaitu situasi yang bergerak dari viral ke viral sehingga merasa kaget setiap hari. Pikiran dibuat kaget dengan berita-berita yang ada di media social
– Kedangkalan, karena derasnya informasi tidak ada lagi waktu untuk mendalami informasi yang ada.
– Kelebihan informasi, seseorang mendapatkan dan mengakses ilmu pengetahuan yang belum waktunya dikonsumsi oleh seseorang karena informasi yang ada di internet dapat dibuka tanpa batas.
– Kehilangan prioritas, seseorang tidak mengetahui mana yang harus diketahui lebih dahulu.
– Ketergantungan digital, seseorang tidak dapat dipisahkan dengan dunia digital.
– Lenyapnya dunia sosial, seseorang lebih nyaman dan asyik dengan dirinya dan lingkungannya sendiri, tidak akrab dengan teman dan lingkungan sosialnya karena sudah terbiasa dengan dunia digital.
Cara Mengajar Generasi Digital
1. Kontekstual :
– Memahami karakter dan gaya hidup anak didik sebagai generasi digital
– Menguasai dan memanfaatkan teknologi yang disukai dan digunakan oleh anak didik dengan membuat program-program yang menarik dan menyenangkan.
– Mengembangkan paradigma momong (menanamkan kemampuan), among (membiarkan potensi-potensi anak didik tumbuh) dan ngemong (membiarkan anak didik kreatif asalkan tidak melanggar nilai-nilai)
– Menanmkan karakter dan nilai-nilai kemanusiaan
– Menumbuhkan kesadaran kesadaran kritis (memfilter informasi), kreatif, dan tanggung jawab.
2. Amal Ilmiah (Learning by doing)
– Menghindari kegiatan yang monoton dan berulang pada jangka waktu yang panjang karena akan menimbulkan kebosanan pada anak didik.
– Menunjukkan hal lain atau aktifitas yang mengasyikkan selain gadget.
– Mengawal perkembangan kemampuan social skill seperti empati, memahami perasaan orang lain, juga membangun hubungan dengan orang lain
3. Dialogis
– Menciptakan nuansa non formal dalam pendidikan.
– Bagi anak didik one size never fits all, menghargai individualitas, passion dan gaya anak didik dengan membuat aturan yang tidak terlalu kaku.
– Akrab dengan anak didik secara lebih privat sehingga mereka terbuka dan kita bisa memantau isi dan muatan aktifitas dunia maya anak didik,
– Mengawal mereka untuk mencari referensi dan rujukan yang baik.
4. Inspiratif
– Mengajak anak membuat rencana, program atau rancangan yang berkaitan dengan hal-hal penting yang harus dikuasai untuk menumbuhkan sikap tanggungjawab.
– Memberi kebebasan anak didik untuk berkreasi
– Mendorong dan memunculkan rasa ingin tahu anak didik sehingga mereka termotivasi untuk mencari informasi sendiri.
– Tunjukkan bahwa mereka adalah agen penting yang bisa membawa perubahan dan kontribusi untuk dunia
Teknologi Informasi dan Pendidikan
Teknologi informasi di bidang pendidikan selalu tertinggal dari teknologi informasi di bidang bisnis, marketing dan lainnya.
Technopreneur yaitu membuat perusahaan technologi. Membuat perusahaan teknologi tentu memerlukan SDM maka untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan kegiatan-kegiatan untuk mengajari seseorang programming untuk bisa coding seperti mengajari anak-anak programing melalui kegiatan Coding Kids ProcodeCG, mengajari ibu-ibu programming melalui kegiatan Coding Mum, mengajari orang-orang yang disabilities programming melalui kegiatan Coding for Disabilities.
Teknologi informasi seperti handphone di Indonesia berjumlah dua kali lipat jumlah manusia yang ada di Indonesia.
Teknologi informasi menghancurkan batasan ruang dan waktu sehingga perlu berkompetisi dengan luar.
Teknologi informasi memunculkan Large scale artinya bisa mengajar banyak orang dalam waktu yang sama. Dahulu sebelum ada teknologi informasi di kelas hanya bisa mengajar 20-40 orang dalam satu waktu karena untuk mengajar banyak orang membutuhkan ruangan yang luas tapi dengan teknologi informasi bisa mengajar orang banyak dalam satu waktu dari berbagai tempat.
Teknologi informasi memungkinkan untuk melakukan treatment secara individual karena anak didik ada yang paham tentang pengetahuan yang disampaikan oleh guru dalam waktu satu jam dan ada juga yang baru paham setelah tiga minggu.
Teknologi informasi perlu dipelajari dan dikuasai agar seseorang dapat memanfaatkan teknologi tersebut dengan baik dan efisien.
Fatmawati, S.Pd. (SMA N 1 Sumberejo Kabupaten Tanggamus)
Tanggamus, 11 Februari 2022
Sumber : https://fatmawati.my.id/959/filosofi-pendidikan-ahmad-dahlan-dalam-perspektif-peradaban-digital
10 Comments
Tulisan yang bagus. Semoga bisa terus melahirkan karya-karya tulis yang bernas
Terimakasih pak Isnawan, mudah-mudahan ini jadi motivasi untuk terus berkarya
Tulisan ini inspiratif sekaligus memotivasi… Guru=digugu lan di tiru. Bisa di gugu jika profesional, di tiru jika memiliki karakter yang baik.. Bu Fatmawati mengkombinasikan filosofi KH. Ahmad Dahlan dengan pengajaran kekinian yang berbasis Teknologi.. dipadu dengan ragam teori pendukung dan yang terpenting aplikasi dari pengalaman Beliau sebagai guru di SMAN 1 Sumberejo. Kombinasi uraian yang apik ini mengingatkan dan menguatkan pentingnya guru (dalam tanda petik) sebagai pendidik dan pengajar untuk adaftif, kolaboratif, dan tetap teguh dengan nilai nilai dasar bagaimana manusia perlu dimanusiakan. #tetaplahbaikdan rendahhati
Tulisannya bagus, syarat muatan pendidikan dengan menggali tokoh sejarah Nasional, semoga memberikan pemahaman buat masyarakat terutama pendidik dengan mengamalkan dalam pembelajaran dalam upaya mencerdaskan anak bangsa,👍👍👍💪💪💪 selalu untuk berkarya
Terimakasih pak Pulung 🙏🙏
Semoga ini akan jadi motivasi untuk terus berkarya
Tulisan yang sangat menginspirasi Bu Fatma, terus berkarya… Good job.
Setuju buk Dengan strategi mengajar kontekstual dengan mengkaitkan pengalaman nyata , peserta didik akan lebih mudah menerima atau memahami pembelajaran
Tulisan yang bagus yang mengulas tentang cita2 dan keinginan KH Ahmad Dahlan dalam memajukan pendidikan di Indonesia.
Ternyata pemikiran beliau pas dan cocok dengan kurikulum yang diinginkan oleh pemerintah sekarang.
Intinya pendidikan karakter lebih utama atau minimal sejajar dengan pengetahuan atau ketrampilan.
Mengedepan kan pemikiran yg rasional dan berkemajuan
semoga tulisan ini banyak dibaca oleh guru-guru indonesia
Inspiratif sekali, Bu. Berharap banyak guru yang membaca ini. Awalnya dibaca, dipahami, kemudian diterapkan. Semoga pendidikan di Indonesia semakin baik. Aamiin…