Guru adalah seorang content creator
_
Oleh : Yudhi Kurnia
Guru SMP Muhammadiyah 8 Bandung, Mahasiswa Pascasarjana Manajemen Pendidikan UAD Yogyakarta
Saat ini banyak orang yang bekerja di rumah tapi mampu menghasilkan uang lebih banyak ketimbang orang yang bekerja di luar rumah. Kemajuan teknologi internet sangat mungkin membuat orang bisa bekerja di dalam rumah dengan baik. Selain itu, serangan virus korona yang begitu menggunjang dunia membuat konsep bekerja dan belajar di rumah menjadi formal. Hal itu berkebalikan dengan konsep bekerja di masa sebelum wabah korona tiba.
Hadirnya aplikasi berbagi kreatifitas dunia maya seperti tik-tok, youtube, Instagram dan sosial media lainnya ternyata sudah mampu mendongkrak kehidupan orang-orang yang awalnya mungkin tidak beruntung. Dengan bermodalkan kreatifitas, perangkat komunikasi, kuota internet, dan aplikasi sosial media ternyata bisa menjadi salah satu sumber penghasilan bahkan sampai ke level yang terbilang “fantastis”.
Orang-orang yang “menggantungkan” hidup pada jumlah subscribe, ataupun follower ini sering kita sebut sebagai content creator atau pembuat konten video yang sering dibagikan di media berbagi video dan lain-lain. Saat ini, banyak sekali para artis dadakan yang suka wara-wiri masuk media nasional bermodalkan viral di media sosial. Kemunculan para konten kreator ini tentu diawali dari karya-karya yang bukan hanya keren akan tetapi juga intens.
Menurut cerita beberapa konten kreator sukses dengan hasil yang keren ternyata sudah banyak sekali jatuh bangun dalam membuat konsep dan juga menyebarkannya secara konsisten dan menyebarkan dengan intens. Sikap pantang menyerah mereka ternyata berbuah hasil yang membanggakan. Namun, terkadang tidak semua yang berhasil itu adalah bermanfaat dan bisa diambil oleh masyarakat secara umum.
Konten yang viral saat ini justru beberapa ada yang tidak sesuai dengan norma kemasyarakatan dan budaya ketimuran Indonesia. Bahkan, banyak konten-konten yang sebetulnya sangat memprihatinkan dan beberapa dinilai tidak mengedukasi masyarakat ke arah kebaikan.
Slogan yang penting ‘viral’ nampaknya harus ditambahkan dengan kata ‘baik’ menjadi yang penting viral dan baik. Akan tetapi yang baik itu justru jarang bahkan tidak viral. Mungkin dalam Bahasa marketnya yang baik itu tidak menjual. Sebuah pernyataan istilah jurnalistik bad news is good news mungkin berlaku dalam hal ini.
Konten, keren, dan intens menjadi tiga hal yang menyatu. Orang-orang yang bergelut pada dunia konten kreator sepertinya memahami hal tersebut. Beberapa kali terjatuh dan bangun nampaknya menjadi modal yang sangat dahsyat untuk mengantarkan ke pintu “sukses” di era sekarang ini.
Melalui konten kreator inilah saya dan tentu pendidik semua disadarkan bahwa kalangan pendidikan juga harus mempunyai saluran untuk mengekspresikan diri dalam berbagi kebaikan yang tidak terkurung ruang kelas. Niat awal untuk menjadi “kaya” dari hasil “ngonten” bisa jadi Langkah awal untuk memulai. Akan tetapi, selanjutnya harus diyakinkan bahwa “kaya” dalam pandangan pendidikan adalah bukan perkara uang ataupun keuntungan secara finansial semata. Mampu berbagi hal baik dan bisa bermanfaat untuk kemajuan Indonesia tentu menjadi suatu yang sangat berarti.
Mari, kawan-kawan pendidik semua kita mulai dengan mencoba berbagi kebaikan dengan konten-konten mencerahkan. Saat ini baru konten yang berkaitan dengan hiburan seperti nyanyi, komedi, drama-drama saja yang menjadi viral di mana di dalamnya belum tentu ada nilai kebermanfaatannya.
Berbeda dengan konten kreator lain, seorang pendidik tentu punya nilai lebih dari konten yang dibagikan karena konsepnya pasti akan bernilai kebermanfaatan. Jikapun ditiru tentu akan bermanfaat bagi penontonnya. Hayu “ngonten yang keren, dan juga intens so pasti paten”. (yk)
3 Comments
Berkarya terus untuk jejak digital seorang guru
Moal waka koment heula,, isin ieu mah suhu abdi.
sekarang ini guru dengan mudah menjadi konten kreator