Guru dan Penelitian
Oleh : Yudhi Kurnia, S.T.,Gr
Mahasiswa Pasca Sarjana Manajemen Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan Jogjakarta
Di sela obrolan santai dengan Kepala Sekolah saya bertanya tentang kenapa seorang dosen itu produktif sekali dalam menulis ilmiah dan hal itu berbeda dengan guru. Banyak dosen yang dituntut untuk mampu menulis ilmiah dan terbit di jurnal-jurnal ilmiah baik nasional maupun internasional. Tri dharma dosen yakni pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, serta pengabdian kepada masyarakat menjadi aktiftias yang wajib untuk dilaksanakan. Maka tak heran jika dosen sangat produktif dalam melakukan penelitian dan menghasilkan karya tulis ilmiah, tidak hanya itu wajib turut serta juga dalam proyek pengabdian kepada masyarakat. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana dengan guru?
Sejatinya, gurupun didorong untuk bisa menghasilkan karya tulis dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Karya tulis yang biasa dilaksanakan oleh guru berupa penelitian tindakan kelas atau PTK. Akan tetapi tidak semua guru mampu secara rutin melakukan penelitian tindakan kelas, hal ini terkait juga tidak adanya kewajiban tri dharma seperti yang dilakukan oleh dosen. Selain itu, jumlah jam mengajar yang disyaratkan maksimum 40 jam pelajaran oleh kementerian menjadi salah satu faktor ketiadaan waktu dan juga tenaga bagi guru untuk melakukan penelitian. Meski demikian banyak juga yang penuh dedikasi melahirkan karya tulis di sela kesibukannya.
Sebagai seorang guru saya merasakan juga kesulitan untuk bisa melahirkan karya tulis ilmiah hasil dari penelitian tindakan (kelas). Selain karena tidak ada tuntutan khusus faktor waktu dan tenaga menjadi masalah yang sulit diselesaikan manakala Sebagian besar tenaga sehari-hari banyak dihabiskan untuk beraktifitas di sekolah.
Selain faktor waktu, jumlah jam mengajar dan ketiadaan dari kewajiban untuk melahirkan karya tulis guru di sekolah, lingkungan menjadi hal lain yang mampu membentuk atmosfir kepenulisan seorang guru. Lingkungan sekolah dan guru yang sama-sama menyukai dunia kepenulisan jarang sekali ditemukan. Meski, program literasi terus digalakan namun belum menghasilkan hal yang signifikan dalam meningkatkan semangat kepenulisan ilmiah dari para guru.
Sekolah yang berkonsentrasi pada peningkatan mutu guru di dalamnya tentu mempunyai program khusus untuk meningkatkan atmosfir yang mendukung pada dunia kepenulisan ilmiah. Bisa jadi akan hadir dana khusus untuk memberikan semangat berkarya tulis bagi gurunya. Jika dalam sebuah sekolah hadir suasana yang menghadirkan semangat menulis yang tinggi, tentu sekolah tersebut akan cepat sekali maju. Hadirnya guru-guru yang mampu menulis ilmiah tentu akan meningkatkan mutu sekolah tersebut. Sebab, melalui karya tulis penelitian tindakan kelas misalnya akan muncul solusi-solusi dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sekolah, seperti permasalahan pembelajaran, kurikulum, sarana prasarana, silabi, kesiswaan ataupun hal lain yang memang berkaitan erat dengan sekolah.
Bagi sekolah yang berorientasi pada perkembangan pendidikan tentu mempunyai program-program dalam meningkatkan guru-gurunya untuk bisa menulis dan melahirkan karya tulis ilmiah secara konsisten.
Banyak dari guru-guru yang terkendala dalam aktifitas menulis, bukan karena faktor tidak mampu, akan tetapi ketiadaan waktu luang, dan tidak adanya tuntutan yang mengharuskan guru untuk menulis. Sejatinya guru itu mampu menulis ilmiah terutama, pasalnya saat ini syarat untuk menjadi guru salah satunya telah menyelesaikan kuliah jenjang S1 dimana pada jenjang ini penulisan karya tulis ilmiah menjadi syarat kelulusan. Tentu saja guru yang tidak menyelesaikan karya tulis ilmiah tersebut tidak akan lulus. Maka dari itu, menulis bagi guru itu seolah flashback ke masa lalu saat menyelesaikan kuliah dengan menulis skripsi.
Sekolah menjadi arena penelitian yang luas. Banyak hal yang ditemukan dan menuntut untuk dicarikan solusi. Kejelian guru menangkap fenomena dan mencari solusi terhadap permasalahan yang ada dengan kemampuan dan bidang yang dimiliki tentunya bisa menghasilkan karya tulisan yang dahsyat. Sayangnya, tidak banyak yang mampu mengolah permasalahan tersebut untuk dijadikan sarana penelitian.
Manajemen sekolah yang berpihak kepada peningkatan kualitas guru dalam menulis karya ilmiah tentunya sangat diharapkan. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap kualitas sekolah juga. Semakin banyak karya ilmiah yang dihasilkan akan semakin baik dalam perkembangan pendidikan khususnya di sekolah tersebut, lebih jauhnya bisa dimanfaatkan untuk kemajuan pendidikan di Indonesia.
Di akhir tulisan ini saya ingin berbagi semangat kepada semua rekan-rekan guru di manapun berada, yuk bersama bersemangat dengan terus berkarya dalam media tulisan. Karya ilmiah tentu akan mempunyai nilai lebih jika dibandingkan dengan tulisan lainnya. Meski demikian, menulis karya tulis popular untuk memantik semangat menulis karya ilmiah harus terus dilakukan. Hal ini saya jadikan sebagai brainstorm dalam memantik ide-ide baru, meski belum ada yang terwujud karya kepenulisan dari hasil penelitian. Semoga cepat terwujud.
Profil Penulis

Penulis adalah guru di SMP Muhammadiyah 8 Bandung, saat ini sedang menempuh studi Pasca Sarjana di Universitas Ahmad Dahlan Program Studi Manajemen Pendidikan. Menulis merupakan aktifitas yang dilakukan di waktu senggang dan sebagai pemantik semangat dalam beraktifitas sehari-hari di dunia kependidikan. Penulis bisa ditemui di media sosial Instagram Prabu Sinatria Anom, Facebook http://facebook.com/yudhikurnia1, Website : http://gurumotekar.my.id.
2 Comments
Semoga hadirnya SatuGuru bisa menjadi pemantik buat guru agar bisa menghasilkan karya tulis apa pun.
Semoga semakin banyak guru yang menulis karya tulis ilmiah.