Gurupreneur di Masa Pandemi COVID19, Pilihan atau Keterpaksaan?

 Gurupreneur di Masa Pandemi COVID19, Pilihan atau Keterpaksaan?
Sumber Photo : Penulis

Oleh : Diah Pratiwi, S.S, S.Pd

Guru PAUD Aisyiyah Tegalsari, Banguntapan, Bantul, DIY

Corona Virus telah menjadi perbincangan di seluruh dunia, sejak kemunculannya di sebuah kota bernama Wuhan di China pada akhir tahun 2019. Sejak itu hingga hari ini menurut WHO virus corona telah menginfeksi sebanyak 238 juta jiwa di seluruh dunia. Sebuah kejadian yang luar biasa dan tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh kita yang hidup di abad 21 ini. 

Di Indonesia, corona virus atau yang kemudian di sebut Covid19 telah menyerang lebih dari 4 juta penduduk. Bertambahnya angka penularan virus ini telah menimbulkan kecemasan dan kekhawatiran di semua kalangan. Apalagi setelah serangan gelombang kedua pada bulan Juli-Agustus 2021 lalu, keprihatinan dan pelaksanaan PPKM di semua wilayah di Indonesia telah menimbulkan pertanyaan, dan perasaan takut bagi sebagian warga.

Tagar di rumah saja sebagai respon positif warga untuk patuh peraturan protokol kesehata atau prokes telah membuat kita terlepas dari serangan gelombang kedua. Harapan kedepan dengan tetap menjalankan prokes dan gencarnya vaksinasi Covid19 maka akan terus menurunkan laju penularan Covid19 di Indonesia. Masyarakat dihimbau untuk tinggal di rumah, aktifitas pekerjaan juga tak lepas dengan dibuatnya system WFH (Work From Home) dan WFO (Work From Office) sesuai dengan level PPKM yang diterapkan di wilayah tersebut.

Di lingkungan sekolah, siswa dan guru juga terkena imbas dari pelaksanaan system WFO dan WFH. Bahkan ada awal penyeberan Covid19 di tahun 2020 semua pembelajaran dilaksanakan secara online atau PJJ/ Pembelajaran Jarak Jauh. Dimana siswa belajar dari rumah menggunakan fasilitas online/ daring atau menggunakan tugas sebara luar jaringan/ luring melalui penugasan.

Imbas dari pelaksanaan PJJ/ pembelajaran online di sekolah swasta terutama jenjang PAUD adalah menurunkan jumlah siswa yang sekolah. Hal ini karena orang tua berpendapat bahwa sekolah PAUD bias ditunda dan mengutamakan sisi kesehatan dengan mengurangi aktifitas anak di luar rumah. Penurunan jumlah murid pada lembaga PAUD juga tentunya berpengaruh pada jumlah pemasukan operasional sekolah. Beberapa sekolah di wilayah Banguntapan, Bantul ‘hanya’ memiliki kemampuan memberikan honor guru 50% dari honor biasanya. Tentunya ini menimbulkan sebuah keprihatinan dan berpengaruh pada pendapatan ekonomi keluarga guru PAUD.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mencukupi kekurangan pendapatan keluarga, beberapa pendidik PAUD melaksanakan kegiatan ekonomi di luar jam mengajar. Waktu yang agak ‘longgar’ dimanfaatkan pendidik untuk mencari pendapatan dari sisi lain. Pendidik ini telah mengasah ketrampilan sebagai entrepreneur dimasa pendemi ini. Entrepreneur bukan berarti harus menjadi pengusaha, pedagang, maupun pebisnis. Sebenarnya, profesi apapun bisa memberi nilai tambah jika mampu menerapkan jiwa entrepreneurship didalamnya. Tidak terlepas dalam hal ini adalah guru.

Istilah gurupreneur adalah gabungan dari dua kata yaitu guru sebagai pendidik yang memiliki tugas mengajar, mendidik di sebuah lembaga pendidikan baik formal ataupun non formal. Dan kata entrepreneur yang diadopsi dari Bahasa Perancis yang berarti melakukan. Setelah diasopsi ke dalam Bahasa Indonesia enterprenur/ kewirausahaan memiliki pengertian sebuah proses dan inovasi menciptakan perubahan dengan memanfaatkan peluang dan sumber-sumber yang ada untuk menghasilkan nilai lebih bagi diri sendiri dan orang lain serta memenangkan persaingan.

Gurupreneur dapat diartikan seorang guru yang melakukan kegiatan menciptakan perubahan dan memanfaatkan peluang yang ada. Sumber dan motivasi yang ada adalah kegiatan ekonomi untuk peningkatan sumber pendapatan. Istilah enterprenuership yang dilakukan guru dapat dikecilkan artinya, yaitu guru yang melakukan kegiatan ekonomi untuk menambah sumber pendapatan diri atau keluarga. Beberapa guru PAUD di wilayah Banguntapan telah melakukan kegiatan peningkatan ekonomi/ entrepreneur diluar kegiatan mengajar. Dalam hal ini guru tersebut dapat disebut sebagai gurupreneur.

Kegiatan peningkatan ekonomi ini dilatarbelakangi oleh pendemi Covid19 yang melanda semua lini kehidupan di dunia terutama Indonesia. Honor guru yang ikut berkurang karena pendapatan lembaga sekolah yang juga menurun sebagai imbas dari epnurunan jumlah siswa, memaksa dan mengharuskan guru melakukan kegiatan peningkatan ekonomi untuk bisa tetap bertahan di masa pendemi ini. Beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain dengan:

  1. Membuka les private/ kegiatan homeschooling sederhana
  2. Berjualan online
  3. Menulis di berbagai kolom online dan offline
  4. Membuka warung sembako/ kebutuhan pokok di rumah
  5. Kegiatan produksi lainnya

Kegiatan peningkatan ekonomi yang dilakukan sejauh ini diharapkan tidak mengganggu dan membebani tugas utama sebegai guru. Seorang guru di wilayah Banguntapan menceritakan sejak pendemi Covid19 dia melakukan aktifitas ekonomi dengan berjualan online system COD/ Cash on Delivery. Kegiatan bertemu konsumen dilakukan setelah jam mengajar yaitu sore hari. Cara berjualan pun cukup dengan memasang status di whatsapp story dan menggunakan fasilitas marketplace dari Facebook. ‘Alhamdulillah, dapat membantu menutup kebutuhan sehari-hari’. Dalam sehari ia dapat melakukan 5-10 transaksi dengan keuntungan masing-masing transaksi berkisar 3.000 hingga 7.000 rupiah.

Di sisi lain, ada seorang guru di wilayah Piyungan yang sejak pandemi berjualan sembako dan barang kebutuhan sehari-hari di rumah. Dengan memanfaatkan fasilitas KUR/ Kredit Usaha Rakyat yang mudah sebagai modal, dia merubah ruang tamu menjadi warung sembako kecil-kecilan. Dagangan yang paling laris adalah galon mineral dan gas melon. Sedangkan kesediaan bahan lain adalah untuk pelengkap warung. ‘Sehari saya dapat memperoleh keuntungan bersih antara 30 ribu hingga 50 ribu Alhamdulilah sedikit banyak tetap disyukuri.

Pandemi Covid19 ini tidak boleh menyurutkan kesiapan kita sebagai guru untuk tetap memenuhi tugas yang telah menjadi panggilan hati. Dengan kegiatan gurupreneur maka ekonomi keluarga tetap berlangsung. Beberapa guru honor murni yang belum mendapatkan tunjangan profesi dari pemerintah, tentunya mendapatkan oase dan solusi dengan kegiatan gurupreneur sesuai dengan kemampuan amsing-masing. Setidaknya, ekonomi keluarga tetap dapat berjalan seimbang. Dengan berbagai keterbatasan ruang gerak, waktu, dan dana maka guru pun akhirnya bisa menjadi gurupreneur. Apabila muncul pertanyaan gurupreneur di masa pendemi Covid19 sebuah keterpaksaan atau pilihan, manakah yang akan menjadi jawaban kita?

Daftar Pustaka Online

dari https://www.enterpreneurship-terangbangsa.ac.id/artikel/pengertian-enterpreneurship-kewirausahaan/..

dari https://www.kompasiana.com/fikrinuis/56687cb0547b61980bf897a6/teacherpreneur-siapa-ta

Biodata Penulis

Biografi Singkat Penulis

Nama                 : Diah Pratiwi, S.S

Pekerjaan          : Guru PAUD Aisyiyah Tegalsari

Pendidikan  :

  1. SDN Jurugentong, Bantul
  2. SMP Negri 9 Yogyakarta
  3. SMA Negri 5 Yogyakarta
  4. Jurusan Arkeologi, Fak. Sastra, UGM
  5. Jurusan Pendidikan PAUD Program BI-Univ. Terbuka
Spread the love

Yudhi Kurnia

redaksi@satuguru.id

Related post

4 Comments

  • Sipp Bu Guru …. lanjut 👍

  • Dampak covid membuat semakin banyaknya gurupreneur, sisi positif yg diambil selain menjadi guru yg tentunya mengembangkan ilmu, menjadi entrepreneur penghasilan meningkat.

  • Guru idola dan guru yang baik, karena guru yang baik tidak pernah mengeluh. ☺️

  • 👍
    Sukses selalu tante diah

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *