MENULIS ATAU MATI!
Oleh : *DRAJAT
Anda seorang pengajar, dosen atau guru? Jangan kaget jika suatu saat karir kita akan mati, jika kita tidak bisa menulis! Betapa tidak, kenaikan pangkat sebagai tanda pengajar profesional akan mentok. Toh Karya Tulis Ilmiah (KTI), Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi guru menjadi salah satu syarat wajib yang harus dilaksanakan. Belakangan ini penulis terhenyak dengan tulisan di sebuah koran harian yang mengatakan, bahwa mahasiswa kita, bahkan tidak sedikit di atasnya ketika membuat skripsi sering jalan pintas. Baik sebagai plagiat atau cukup merogoh kocek membeli di “pabrik” skripsi yang belakangan ini menjamur. Demikian juga dengan kenaikan pangkat bagi guru dan dosen, dengan apiknya simbiosis mutualisma cukup WA tolong buatkan PTK atau Jurnal!
Sangat tragis, bukan! Sementara kalau kita tengok negeri Joe Biden, sarjana tanpa tulisan alias tak pernah menulis buku di pusat-pusat pendidikan di AS dianggap tak ada apa-apanya.”All scientist are the same, until one of them write a book” (Semua ilmuwan adalah sama, sampai satu di antara mereka menulis buku).
Bagaimana dengan dunia pendidikan, khusunya guru-guru kita? Sedikitnya 342.000 dari 2,7 juta guru di Indonesia gagal menembus golongan kepangkatan IV B karena mengalami kesulitan dalam membuat karya tulis ilmiah. Mengapa guru kesulitan membuat karya tulis ilmiah? Padahal dalam melaksanakan tugasnya, guru memiliki banyak peluang yang bisa diteliti berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah. Begitu banyak permasalahan yang dihadapi guru dalam proses KBM sehingga tanpa disadari, sudah sedemikian banyak masalah yang dapat diatasi. Materi pelajaran dapat disampaikan dengan baik, sesuai dengan tujuan, sementara siswa pun dapat menerima pelajaran dengan memuaskan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permen PANRB) No 16 Tahun 2009 Tanggal 10 November 2009, maka mulai tahun 2011 bagi Guru PNS yang akan mengusulkan kenaikan pangkatnya harus memenuhi beberapa kriteria antara lain adalah kredit point yang harus didapat dalam pengembangan diri dan karya tulis. Lebih jelasnya sebagai berikut ini :
- Kenaikan pangkat dari III A ke III B guru wajib melaksanakan kegiatan pengembangan diri (Pelatihan dan Kegiatan Kolektif Guru) yang besarnya 3 angka kredit
- Kenaikan pangkat III B ke III C guru wajib melaksanakan kegiatan pengembangan diri yang besar angka kreditnya 3 dan publikasi Karya Ilmiah atau Karya Inovatif (KTI, Membuat Alat Peraga, Alat Pembelajaran, Karya Teknologi/Seni) dengan 4 angka Kredit
- Kenaikan Pangkat III C ke III D guru wajib melaksanakan kegiatan pengembangan diri yang besar kredit 3 dan publikasi Karya Ilmiah atau karya inovatif dengan 6 angka kredit
- Kenaikan Pangkat III D ke IVA guru wajib melaksanakan kegiatan pengembangan diri dengan 4 angka kredit dan Publikasi Karya Ilmiah atau Karya Inovatif dengan 8 angka kredit
- Kenaikan Pangkat IVA ke IV B guru wajib melaksanakan kegiatan pengembangan diri dengan 4 angka kredit serta Publikasi Karya Ilmiah atau Karya Inovatif dengan 12 angka kredit
- Kenaikan pangkat IV Bke IV C guru wajib melaksanakan kegiatan pengembangan diri dengan 4 angka kredit serta publikasi karya Ilmiah dengan 12 angka kredit
- Kenaikan pangkat IV C ke IV D guru wajib melaksanakan kegiatan pengembangan diri dengan 5 angka kredit serta Publikasi karya ilmiah/Inovatif dengan 14 angka kredit
- Kenaikan Pangkat IV D ke IV E guru wajib melaksanakan kegiatan pengembangan diri dengan 5 angka kredit serta publikasi karya ilmiah/inovatif dengan 20 angka kredit
Dengan demikian, jelas kalau kita tidak melakukan kegiatan menulis akan mati! Ya mati dalam keberlangsungan sebagai dosen atau guru, bukankah dengan tidak menulis karir kita tersendat? Bahkan bisa jadi berhenti statusnya sebagai guru profesional. Sungguh mengerikan bukan?
Menulis itu gampang! Kedengarannya aneh, bukan. Memang demikian keadaanya. Suatu saat penulis mempraktikkan dengan peserta didik, bagaimana kegiatan ini menjadi sesuatu yang menarik dan mengasyikkan. Sebelum mereka melaksanakan kegiatan belajar mengaar, hanya lima menit mereka setiap hari mereka menulis. Ya, menulis apa saja yang ada di dalam otak kita. Apa yang terjadi? Dalam waktu satu tahun sudah ratusan halaman yang mereka buat, dan Alhamdulillah jadilah buku karya mereka.
Lalu bagaimana dengan kita? Sungguh mudah! Tinggal bagaimana kita mau berubah. Bukankah setiap hari kita disuguhi dengan berbagai persoalan pendidikan, khusunya di dalam kelas? Seringkali peserta didik kesulitan menerima pelajaran apa yang kita sampaikan, atau kita sendiri mengalami stagnan bagaimana memberikan morivasi agar siswa tetap berkutat mengikuti pelajaran. Pendek kata sekian persoalan bisa dijadikan bahan tulisan, dalam hal ini dijadikan Penelitian Tindakan Kelas atau dikenal dengan PTK.
Yu, kita mulai bagaimana pembuatan PTK. Berikut ini sengaja penulis mengingatkan kembali tahapan yang sering kita dengar bahkan bisa jadi sudah dipraktikkan. Pertama, tahapan pra-PTK yang meliputi identifikasi masalah, analisis masalah, dan rumusan masalah, rumusan hipotesis tindakan. Tahapan pra-PTK ini sesugguhnya suatu refleksi guru terhadap permasalahan yang ada di kelasnya.
Kedua, perencanaan tindakan disusun untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan yang ditentukan dengan mempersiapkan materi/bahan ajar, rencana pengajaran yang mencakup metode/teknik mengajar, serta teknik atau instrumen observasi dan evaluasi yang akan digunakan.
Ketiga, tahap pelaksanaan tindakan yang merupakan implementasi dari semua rencana yang dibuat. Tahap yang berlangsung di dalam kelas ini adalah realisasi dari segala teori pendidikan dan teknik mengajar yang telah disiapkan sebelumnya, dengan mengacu kepada kurikulum yang berlaku. Hasilnya diharapkan berupa peningkatan efektivitas keterlibatan kolaborator untuk membantu mempertajam refleksi dan evaluasi yang dilakukan melalui pengamatan, dan teori pembelajaran yang dikuasai dan relevan.
Keempat, tahap pengamatan tindakan dilakukan dengan observasi melalui alat bantu instrumen pengamatan yang dikembangkan peneliti. Hal itu untuk mengumpulkan data tentang pelaksanaan tindakan dan rencana yang sudah dibuat.
Kelima, tahap refleksi terhadap tindakan untuk memproses data yang didapat saat melakukan pengamatan. Data yang didapat kemudian ditafsirkan, dianalisis, dan disintesis.
Tahapan ini akan membentuk sebuah siklus dan siklus tersebut bisa diulang-ulang dengan perbaikan-perbaikan yang diperlukan sampai peneliti merasa puas terhadap hasil yang dicapai dalam suatu kegiatan PTK yang dilakukan.
Dengan demikian, paling tidak kita sebagai pengajar pernah membuat Jurnal atau PTK barang satu kali. Sehingga kita tidak malu saat memberikan tugas kepadsa mahasiswa atau peserta didik. Bukankah demikian?**
Penulis, Mahasiswa S3 UNINUS, Guru SMP N 1 Cangkuang, Kab. Bandung
2 Comments
Terima kasih atas informasinya
Its ⅼike you lеaгn mү thoughts! Ⲩou appear to grasp so much about this, such as you wrote the e-book in it or something.
I think that you simply can do with some % to drive the message
house a little bit, however instead of that, this is wonderful blog.
An excellent reɑd. I wilⅼ certainly be back.