PEMBELAJARAN INOVATIF DAN KREATIF

sumber : smartweek.com

Oleh: *Drajat

Pendidikan merupakan bagian terpenting dari upaya menyeluruh dan sunggug-sungguh dari pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan harkat dan martabat bangsa. Keberhasilan dalam membangun dunia pendidikan akan memberikan kontribusi besar terhadap pencapaian tujuan nasional secara keseluruhan. Berdasarkan hal tersebut, pembangunan pendidikan mencakup berbagai dimensi yang luas dan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multi makna, baik pada jalur pendidikan formal, nonformal, maupun informal. Oleh karena itu dalam konteks pembangunan nasional secara makro, pendidikan harus dilihat sebagai human investment yang mempunyai perspektif multidimensional.

Dilihat dari perspektif sosial, pendidikan diharapkan mampu melakukan transformasi sosial dalam masyarakat berdasarkan latar belakang keilmuan yang dimiliki. Dilihat dari aspek budaya, pendidikan diharapkan menjadi alat untuk membangun kesadaran kolektif (collective conscience) sebagai wahana untuk mengukuhkan ikatan budaya. Dan dalam tinjauan ekonomi pendidikan merupakan suatu upaya untuk mempersiapkan sumber daya manusia (human invesment).

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU No. 14 Tahun 2004 tentang Guru dan Dosen, merupakan landasan yang kuat dan mengikat untuk memberi perhatian yang besar pada dunia pendidikan sebagai wahana untuk mencerdaskan bangsa. Hanya bangsa yang cerdas dan berkualitas yang dapat membawa kepada kemajuan, kemerdekaan dan kesejahteraan, serta bermartabat dalam pergaulan antar bangsa secara internasional.

Upaya menciptakan kader bangsa yang berkualitas memerlukan proses pendidikan yang profesional. Guru sebagai salah satu komponen terpenting dalam pendidikan dituntut untuk memiliki kreatifitas dan inovasi dalam mengelola proses pembelajaran. Mendidik bukan hanya sekedar transformasi ilmu, tapi juga merupakan sebuah seni (art) yang dirancang dan diusahakan secara terencana dan ilmiah (scientific). Pembelajaran sebagai elemen penting dalam pendidikan haruslah berjalan secara menyenangkan sehingga peserta didik merasa nyaman dalam tiap proses pembelajaran tanpa melupakan tujuan dasar yang berbasis teoritis dan metodologis keilmuan yang kuat.

Kualitas tidak terjadi begitu saja. Ia berakar dari sebuah perencanaan, kerja keras, dan komitmen. Semakin tinggi kualitas kompetensi yang dimiliki lulusan, semakin tinggi pula tingkat kualitas yang akan dimainkan. Kualitas pembelajaran seorang guru sangat strategis, karena ia berfungsi sebagai ujung tombak terjadinya perubahan (the agent of change), dari belum bisa menjadi bisa, belum mengerti menjadi mengerti, melalui sebuah proses pembelajaran. Oleh karena itu, keberhasilan perubahan kualitas pendidikan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan kualitas pembelajaran yang didesain guru.

Guru harus mempunyai daya kreativitas dan inovasi yang tinggi dalam mendesain pembelajaran praktis disertai contoh kongkrit yang terjadi di lapangan, kemampuan mengembangkan diri dalam melukiskan pengalaman, menterjemahkan hasil bacaan, memfasilitasi diskusi dan pola pikir peserta didik serta mengungkapkan hasil refleksi dari proses pembelajaran. Bagi guru yang terbiasa mengambil jalan pintas (short cut) dalam mendesain pembelajaran, dalam tiap tingkatan pendidikan membuktikan bahwa mereka memiliki pengalaman yang minim tentang mengajar.

Pencapaian kualifikasi akademik yang tinggi jauh lebih mudah daripada menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan. Akan tetapi, tidak demikian halnya jika mengajar diasumsikan sebagai sebuah seni dan kecakapan. Tuntutan perubahan terus dalam assesment dan penilaian serta tuntutan terhadap kualitas mengajar yang telah dimulai dirasakan bersinggungan dengan sistem informasi dan teknologi.

Seorang pendidik dituntut untuk memiliki kemampuan memahami peserta didiknya agar dapat memberikan pelayanan pembelajaran secara maksimal. Pembelajaran harus dipandang sebagai suatu seni yang menuntut penguasaan kerangka teori, konsep, metode, strategi dan teknik pembelajaran. Tuntutan pelayanan pembelajaran merupakan suatu keharusan. Kadang ada guru yang menjadi sumber masalah dan kesulitan dalam proses pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Proses pembelajaran dalam kelas yang monoton akan menjadi beban psikologis bagi peserta didik, keadaan kelas yang membuat mereka menjadi asing, mencekam karena telah terjadi hubungan yang bersifat “menjajah”, bahkan tidak menutup kemungkinan proses pembelajaran menjadi beban psikologis bagi guru lantaran kelemahannya dalam kompetensi mendesain pembelajaran dan mengelola kelas secara efektif.

Sebuah course outline pembelajaran atau yang biasa dikenal dengan RPP adalah bukti objektif tertulis seorang guru terhadap mata pelajaran yang diampunya, khususnya ketika berhadapan dengan siswa di dalam proses. Selanjutnya, semua course outline yang diajarkan dalam satuan pembelajaran merupakan salah satu bukti objektif bahan assessment yang merupakan bukti akreditas seorang guru.

Dalam menyajikan materi sebuah desain pembelajaran merupakan suatu alternatif mata pelajaran secara holistik, karena ia mendesain secara berkaitan antar elemen, minimal dalam sebuah desain mata pelajaran memiliki elemen desain materi pembelajaran (content design), elemen desain kompetensi (competency design), atau tujuan pembelajaran (learning objectives), elemen desain strategi pembelajaran (instructional design) interaktif dan parsitipatif, dan  elemen  desain  evaluasi  (evaluation  design)  berdasarkan  prosedur  dan teknik evaluasi yang fair.

Dalam mendesain pembelajaran diperlukan beberapa langka strategis sehingga desain yang dibuat menjadi sistematis dan mampu mencapai tujuan akhir pendidikan nasional secara utuh. Langkah yang dapat ditempuh diantaranya adalah:

  1. Mendesain materi pembelajaran dalam bentuk peta konsep, concept map
  2. Mendesain sejumlah kompetensi atau tujuan pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran.
  3. Mendesain berbagai strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran dan kompetensi atau tujuan pembelajaran.
  4. Mendesain evaluasi pembelajaran yang mengaplikasikan prinsip dan teknik yang fair, yang sesuai dengan materi pembelajaran, kompetensi, dan strategi pembelajaran.
  5. Membuat satu outline yang dipilih secara holistik.
  6. Menyesuaikan silabus dengan kondisi sosio-kultural masyarakat setempat.
  7. Membuat rencana mangajar untuk satu sesi pertemuan secara detail.

Kemampuan seorang guru untuk mendesain pembelajaran tergantung pada kompetensi yang dimiliki sepanjang ia mampu mengembangkannya. Dan tidak menutup kemungkinan ia dapat menciptakan inovasi dan terobosan baru dalam dunia pendidikan. Tingkat pendidikan bukanlah jaminan bagi kompetensi seorang pendidik, hal itu tergantung pada pengelolaan emosional individual. Sepanjang mampu menciptakan seni dalam mengajar dan melakukan interaksi dengan peserta didik maka hasil yang diharapkan tidak mustahil akan tercapai.

Pencapaian tujuan akhir pendidikan nasional yang diharapkan tidak akan mungkin tercapai tanpa senergi dari semua elemen yang terkait dalam dunia pendidikan. Kebijakan strategis dari pemerintah juga merupakan unsur terpenting dalam keberhasilan dunia pendidikan. Semua komponen guru sebagai ujung tombak tidak mungkin mampu berbuat maksimal tanpa dukungan sarana dan prasarana dari pengambil kebijakan pada tiap wilayah dan satuan pendidikan, demikian juga dukungan masyarakat sebagai sosial kontrol merupakan aspek penting dalam mencapai tujuan bersama.

Untuk membelajarkan peserta didik sesuai dengan cara atau gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal, ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya guru (pengajar) harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi peserta didik, sifat materi bahan ajar, fasilitas media yang tersedia dan kondisi guru itu sendiri.

Model pembelajaran inovatif dan kreatif akan mampu membangun suasana yang nyaman bagi peserta didik, keberanian berpendapat, saling berargumen, dan tentunya akan memunculkan pesereta didik yang cerdas. Jangka panjangnya, mereka akan menjadi generasi yang bertanggungjawab akan dirinya, keluarga, lingkungan, serta negara. Mereka juga tidak akan merengek pekerjaan, justru menciptakan pekerjaan.

   Penulis teringat, akan kata-kata Dr. Yosal, seorang dosen sekaligus penulis senior berkelakar, “Untuk menjadi penganggur di negeri ini sulitnya minta ampun! Betapa tidak, untuk menjadi penganggur kita harus lulus dulu sarjana atau S1!”

   Mudah-mudahan kelakar ini menjadi motivasi bagi kita, bagaimana seorang guru harus adaptif terhadap perubahan. Bahwa kita mampu menjadi model puta-putri kita, memberikan solusi atas permasalahan yang ada. Tidak hanya keluh kesah, caci maki, dan mengkritisi tanpa memberikan solusi yang nyata.

   Pendek kata model pembelajaran yang inovatif dan kreatif berpulang kepada kita, maukah kita berubah? Jangan-jangan hanya sebatas di atas kertas? Pada akhirnya, peserta didik akan menilai, sudahkah setiap kegiatan belajar mengajar memberikan inspirasi? Atau malah sebaliknya, peserta didik bersyukur karena ketidakhadiran kita? Entahlah!**

*Penulis, Mahasiswa S3, baru menulis 71 buku, guru SMP N 1 Cangkuang, Kab, Bandung

Spread the love

Yudhi Kurnia

redaksi@satuguru.id

Related post

3 Comments

  • terima kasih atas informasinya

  • Izin mengomentari pak, saya Kanih Suaibah, guru Bahasa Inggris di SMAN 1 Sukakarya Kab. Belasi. Saya sangat setuju dengan apa yang sudah bapak jelaskan dalam tulisan bpak. Jika kurikulum merupakan jantungnya pendidikan maka bagi saya guru adalah jantung dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Bagaimana tidak? Jika jantung itu berhenti maka proses pembelajaranpun akan berhenti bahkan mati. Berhenti disini maksdnya adalah guru berhenti dalam belajar, berhenti dalam berinovasi, berhenti dalam kreatifitas, dsb. Guru harus terus belajar dan berinovasi untuk anak didiknya, mengembangkan model-model pembelajaran yang sudah ada sebagai bekal dalam proses pembelajaran, mengenal dn memahami karakteristik peserta didik setiap hari, melakukan refleksi dn evaluasi diri terhadap pembelajaran sehingga kita (guru) tau kekurangan dan kelebihan kita sehingga dengan mudah mengantarkan anak didik kita kepada pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, sehingga mereka merasa nyaman dan senang selama belajar dan belajarpun menjadi lebih bermakna

  • Terimakasih atas ilmu nya pak. Saya sangat setuju dengan apa yag sudah bapak tulis di artikel ini. Jika kurikulum merupakan jantung pendidikan, maka bagi saya guru merupakan jantung dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Bagaimana tidak? Jika jantung itu berhenti maka proses pembelajaranpun akan berhenti nahkan mati. Berhenti disini maksudnya adalah guru berhenti dalam belajar, berhenti dalam kreatifitas, dan sebagainya. Guru harus terus belajar dan berinovasi untuk anak didiknya, mengembangkan model-model pembelajaran yang sudah ada sebagai bekal dalam proses pembelajaran, mengenal dan memahami karakteristik peserta didik setiap hari, melakukan refleksi dan evaluasi diri terhadap pembelajaran sehingga kita (guru) tahu kekurangan dan kelebihan kita sehingga dengan mudah mengantarkan anak didik kita kepada pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, sehingga mereka merasa nyaman dan senang selama kegiatan belajar di dalam kelas dan belajarpun menjadi lebih bermakna.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *