Sudah Merdekakah Pembelajaran Sastra di Sekolah?
Ketika berdiskusi dengan guru, ada sebuah tanya tentang geliat pembelajaran di sekolah. Kondisi pandemi yang melanda dunia, termasuk Indonesia, telah memaksa seluruh insan pendidikan untuk selalu berinovasi. Di awal pademi, banyak sekolah yang gelagapan dalam pembelajaran karena tidak tersedianya media untuk mengakses secara virtual. Pada akhirnya, keadaan tersebut memaksa guru, sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan, untuk melakukan inovasi, baik dalam hal penggunaan teknologi, metode pembelajaran, maupun beragam media yang digunakan dalam pembelajaran.
Kebiasaan guru dalam melakukan pembelajaran secara daring harus tetap dipertahankan. Guru sudah mencoba beragam inovasi untuk mengatasi sebuah kondisi learning loss. Meskipun dalam kenyataannya, masih ada yang menyatakan bahwa pembelajaran, khususnya sastra, seolah mati karena adanya pembelajaran virtual. Hal ini bisa saja terjadi pada siswa dan guru yang belum terbiasa menggunakan teknologi sebagai alat bantu dalam pembelajaran.
Sisi positif lainnya yang terjadi adalah pandangan yang menganggap pembelajaran sastra semakin berkembang. Ketiadaan sumber bahan ajar, seperti buku, awalnya dituding menjadi penyebab pembelajaran sastra semakin memburuk. Namun, di era keterbukaan informasi yang bisa diakses oleh siapapun, bahan ajar sastra sangat melimpah di dunia maya. Hanya saja, hal itu bergantung pada kreativitas guru dan siswa dalam menemukan dan menyerap informasi yang tepat dalam laman daring, baik itu kanal YouTube, Facebook, Instagram, maupun media sosial lainnya.
Kedua hal di atas, baik yang menganggap pembelajaran sastra merosot maupun yang menyatakan berkembang, sah-sah saja. Hal ini terjadi sesuai dengan kompetensi guru dalam kegiatan pembelajaran. Apabila kompetensi guru tidak mumpuni, teknologi dapat menghambat pembelajaran. Sebaliknya, guru yang kompetensinya sudah siap dan membekali dirinya dengan sikap kreatif dan inovatif, kondisi tersebut menjadi titik awal dalam mengangkat dan menaikkan ruh pembelajaran sastra ke dunia, baik dalam hal sumber belajar maupun peningkatan apresiasi sastra oleh kalangan masyarakat.
Apakah sikap serta merta yang dilakukan masyarakat melalui dunia virtual ini hanyalah salah satu faktor dalam menaikkan ruh pembelajaran sastra? Ya, hal tersebut hanyalah satu dari sekian banyak faktor dalam pembelajaran sastra. Faktor lainnya berkaitan dengan kebijakan pemerintah dalam memuat pembelajaran sastra dalam kurikulum sekolah. Jika diamati secara langsung, adakah pembelajaran sastra di sekolah? Pembelajaran sastra di sekolah hanyalah bagian kecil dari mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini sebenarnya membuat sebuah tanya, “Sudah merdekakah pembelajaran sastra di sekolah?”
Pembelajaran di sekolah tidak akan berhasil dengan optimal kalau guru tidak melakukan inovasi, baik dalam strategi pembelajaran maupun media pembelajarannya. Apabila inovasi tersebut sudah dilakukan, niscaya minat siswa terhadap siswa akan semakin meningkat. Pada akhirnya, pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
Kebijakan pemerintah dalam mengatur regulasi kurikulum pendidikan, khususnya bidang sastra, merupakan hal yang utama. Selain itu, ada juga faktor penting dalam perkembangan sastra di Indonesia, yakni strategi pembelajaran sastra di sekolah yang lebih terfokus pada inovasi dalam pembelajaran sastra.
Menumbuhkan minat siswa terhadap sastra dapat dimulai dengan mendekatkan sastra kepada mereka. Mulailah dengan membaca karya, baik itu puisi, cerpen, drama, maupun novel, yang bersumber dari majalah atau koran yang terbit secara aktual agar siswa dapat berinteraksi ataupun berpartisipasi secara langsung. Tak hanya itu, guru pun dapat menghadirkan beberapa karya, baik film, sinetron, ataupun lagu yang sering bersentuhan langsung dengan siswa. Hal ini tentu saja bertujuan agar siswa lebih mudah dalam mengapresiasi sebuah karya yang ada dalam lingkungan terdekat mereka.
Apabila minat siswa telah tumbuh dengan baik, konsep kesusastraan pun dapat tersampaikan melalui kegiatan bersastra. Sebagai contoh, ketika siswa berhadapan dengan karya sastra sang Maestro, ia akan langsung berinteraksi dengan karya tersebut. Kegiatan ini tentu saja termasuk ke dalam kegiatan apresiasi yang diselingi dengan penguatan konsep sastra secara utuh. Pembelajaran ini tentu saja tidak akan menjadi beban bagi siswa karena memahami konsep sastra sekaligus mengapresiasi karya sang Maestro sastra.
Pembelajaran sastra yang diambil dari karya maestro ini tentu saja dapat menambah wawasan yang luas bagi siswa. Dari sini, guru akan lebih mudah membelajarkan karya sastra yang lebih sedikit ringan daripada sebelumnya. Karya sastra ini dapat diambil dari hasil karya siswa, baik yang sudah dipublikasikan di majalah dinding sekolah, koran, majalah, maupun media daring. Perubahan yang telah dilakukan ini bertujuan agar siswa yang sudah tinggi antusismenya terhadap karya sastra dapat berhadapan langsung dengan karya yang sesungguhnya. Dalam hal ini, karya sastra hasil siswa yang ringan dan mudah diapresiasi karena biasanya tema yang diusungnya seputar permasalahan kehidupan mereka sendiri.
Sejatinya, pembelajaran sastra tidak hanya dinikmati sebagai arena hiburan saja. Ia harus bisa merefleksi dalam setiap sendi kehidupan pembacanya. Hal ini dapat ditempuh dengan cara mengaitkan nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra dengan kehidupan sehari-hari. Jika siswa sudah merasakan beragam nilai dan termanifestasi dalam kehidupannya, sastra dapat dikatakan sebagai disiplin ilmu yang dapat memperhalus budi, memperkuat moral, serta dapat menguatkan kepribadian luhur dalam kehidupan. Bahkan, hal ini dapat dikatakan bahwa pembelajaran ilmu sastra dapat membekali siswa dengan kecakapan hidup (life skill).
Untuk lebih memperkuat pemahaman siswa terhadap sastra, strategi pembelajaran pun dapat divariasikan agar lebih interaktif. Begitu juga dengan media pembelajaran yang digunakan. Sebagai contoh, seorang guru yang kreatif dapat menggunakan media pembelajaran dengan perangkat lunak Plotagon. Perangkat lunak tersebut dapat diakses secara gratis melalui playstore. Media pembelajaran yang dibuat dengan Plotagon ini berbentuk animasi. Dalam media pembelajaran berbentuk animasi ini, guru dalam menyampaikan materi ataupun membuat simulasi drama singkat. Di dalamnya dapat dibuat sesuai dengan latar yang diperlukan, tentunya hal ini dibatasi dengan latar yang disedikan secara gratis. Begitupun dengan beragam tokoh yang diperlukan dengan memodifikasi karakter rambut, wajah, dan sebagainya. Bahkan, dialog setiap tokohnya pun dapat langsung direkam sesuai dengan karakter masing-masing. Hasil setiap adegan berbentuk animasi tersebut nantinya dapat digabungkan dengan perangkat lunak lainnya, seperti Kinemaster dan Capcut.
Media pembelajaran yang dibuat dengan perangkat lunak Plotagon tersebut dapat memancing kreativitas siswa dalam pembelajaran sastra. Selain dapat menguasai kompetensi menyajikan sastra (puisi/drama), melalui media Plotagon ini, siswa dapat menguasai kompetensi lainnya, yakni membuat drama dalam bentuk animasi.
Ketika pembelajaran dilakukan dengan beragam strategi pembelajaran dan media pembelajaran yang inovatif, siswa akan mudah menyerap materi sastra. Siswa dapat melanjutkan pembelajaran dengan berdiskusi dengan teman sebangku dan antarkelompok. Hasil diskusi tersebut pada akhirnya akan dipresentasikan di hadapan siswa yang lainnya. Dalam kegiatan diskusi yang dilakukan, siswa secara tidak sadar membangun karakternya, mulai dari berpikir kritis, kreatif, kolaborasi, hingga komunikatif. Semoga …
6 Comments
Inovasi dari guru sangat penting untuk menumbuhkan minat baca, tapi yg lebih penting adalah diawali dengan guru memberikan cobto yg dapat ditelani oleh siswa, media oke, tapi teladan lebih penting
kereen pak Yudi
Betul, Bah. Keteladanan memang kunci utama dalam menumbuhkan minat siswa.
Mantap
Terima kasih
Betul sekali, Pak. Keteladanan merupakan kunci utama
Sastra ada disemua mata pelajaran. Bayangkan kalau kita menulis di komputer tak ada spasi, maka dijamin akan pusing membacanya. Walau spasi yang tak terlihat secara kasat mata, karena dia ada tapi seperti tiada. Lihatlah juga tombolnya spasi paling besar dibandingkan yang lain, tapi ngak sombong, hahaha….