TEKNOLOGI SEMAKIN CEPAT, APAKAH PROFESI GURU TELAH MENEMUKAN KIAMAT?

*Oleh : Tegar Pratama

6666 ayat

tapi matematika kita cacat

6666 kalimat tapi tata bahasa sesat

Majelis Lidah Berduri – 666,6

Kita telah tamat.

Teknologi akhi-akhir ini ada pada tahap yang sangat menakjubkan. Bagaimana tidak, kita disuguhkan berbagai macam fitur yang cukup menakjubkan hingga menjadi beban bagi fikiran. Terutama bagi saya, seorang guru biasa yang terkagum-kagum melihat fitur dari Chat-bot serba bisa ChatGPT. Sekilas, mungkin kebanyakan orang melihat hal ini sebagai angin segar ditengah kekeringan pancaroba, dimana mereka berfikir bahwa akhirnya ada sebuah alat dimana kita tidak perlu lagi berfikir untuk merumuskan kata-kata. Namun, pada saat itu saya berfikir bahwa ini adalah kiamat. Sebuah akhir dari profesi yang mungkin tidak lagi dibutuhkan. Guru.

Mesin pencari serba bisa, pengetahuan melimpah ruah yang mudah didapati hanya dengan berselancar menggunakan jari, serta munculnya kecerdasan buatan yang bisa membuat apa saja tanpa keahlian yang memupuni membuat saya berfikir akan hilangnya profesi ini. Mungkin, suatu saat akan datang sebuah generasi dimana mereka bisa menulis tanpa berfikir. Sebuah masa dimana ilmu pengetahuan tidak memerlukan proses panjang untuk didapatkan. Sebuah zaman dimana guru tidak lagi diperlukan.

Hal ini bukanlah isapan jempol belaka. Saya telah mencoba beberapa eksperimen yang bisa saya lakukan kepada kecerdasan buatan ini. Beberapa percobaan yang membuat saya berfikir ya, guru sudah tamat. Ini sudah kiamat. Karena, siapa yang membutuhkan bimbingan seorang guru ketika mesin ini bisa memecahkan semua percanyaan dalam hidup kita. Mulai dari soal matematika tersulit, hingga membuat essay tentang apapun.

Berikut adalah contoh dari eksperimen yang telah saya lakukan terhadap kecerdasan buatan chatGPT

Dari contoh diatas, kita bisa melihat dengan gamblang bahwa disini mungkin siswa tidak lagi membutuhkan guru untuk membuat sebuah essay mengenai suatu hal. Contoh lain juga tidak kalah menakjubkannya seperti yang terjadi dibawah ini.

Dalam percakapan tersebut, saya mencoba bertanya tentang soal matematika paling sulit untuk siswa SMP beserta bagaimana cara untuk mengerjakannya. Sekali lagi, kecerdasan buatan ini membuat banyak orang tidak membutuhkan guru lagi. Ya, guru tidak lagi dibutuhkan, terkhusus guru yang sudah tidak mau berkembang. Mereka yang melihat perkembangan zaman adalah sebuah petaka. Bagi mereka, hari ini adalah kiamat.

Sinar masa depan yang cukup berderang

Tentu saja, nasib yang berbeda akan menimpa mereka yang terus berkembang. Dalam hal ini, guru-guru yang terus melihat teknologi sebagai alat bantu akan terus mengupayakan dan mengoptimalkan apa saja yang bisa teknologi berikan pada pembelajaran. Mereka akan terus melihat kemungkinan-kemungkinan baru dalam kemajuan teknologi ini terhadap masalah-masalah yang sebelumnya belum terpecahkan.

Bagi mereka yang seperti itu, ini adalah harapan.

Ada beberapa alasan kenapa teknologi, terutama kecerdasan buatan dapat memberikan masa depan yang lebih mudah dan cerah, bukan hanya untuk murid, melainkan juga untuk guru-gurunya.

Pertama, teknologi di dalam kelas dapat memberikan guru lebih banyak alat/bahan untuk mengajar kepada siswa. Dalam hal ini, guru dapat menemukan kemungkinan-kemungkinan pembelajaran interaktif baru berbasis teknologi, seperti menggunakan aplikasi, quiz berbasis online yang lebih praktis, juga pembuatan bahan ajar yang lebih menarik. Sebagai contoh, saya mencoba untuk meminta aplikasi kecerdasan buatan untuk membuat kalimat dengan cara penyampaian kompleks dan diperuntukan untuk dewasa, menjadi sebuah kalimat yang dapat dimengerti oleh anak SMP. Hal ini tentu saja memudahkan guru dalam menyampaikan pelajaran, tanpa takut bahasa yang digunakan tertalu sulit atau terlalu mudah.

Kedua, teknologi dapat memudahkan para guru dalam membuat scenario pembelajaran. Terkadang, sebagai guru kita kebingungan untuk membuat aktivitas pembelajaran yang menarik bagi siswa. Kemudian, tidak jarang juga setelah itu kita menggunakan metode ajar yang diulang-ulang terus menerus dan membosankan. Dibawah ini, saya mencoba untuk meminta kecerdasan buatan untuk memberikan beberapa ide dalam mengajarkan suatu materi dalam bahasa inggris.

Hasil yang diberikan cukup menarik, dimana saya mendapatkan beberapa ide, yang menurut saya cukup masuk akal untuk diaplikasikan kedalam suatu pembelajaran. Tentu saja, hal ini mempermudah pekerjaan guru dalam merumuskan pembelajaran, pun membuat siswa memiliki motivasi yang lebih tinggi dikarenakan pembelajaran yang tidak membosankan.

Kedua hal tersebut adalah sedikit dari banyak sekali kemungkinan yang dapat terjadi seiring berjalannya teknologi dan bisa mengatasi permasalahan-permasalahan kita hari ini.

Mungkin, benar adanya hari ini telah terjadi kiamat, terutama bagi para pendidik yang tidak mau mengikuti perkembangan zaman. Namun, tetap saja, masa depan masih lebih cerah daripada kelabu yang menyelimuti setiap fikiran orang yang merasa akan mati digerus zaman. Masa depan masih ada bagi orang-orang yang ingin terus belajar.

Bagi mereka, ini bukan akhir dunia, melainkan awal dari zaman yang bersahaja.

*/Guru SMP Muhammadiyah 8 Bandung, Mahasiswa Pasca Sarjana Bahasa Inggris UPI Bandung

Spread the love

Yudhi Kurnia

redaksi@satuguru.id

Related post

3 Comments

  • Seiring berjalannya waktu, keberadaan teknologi mulai menggeser berbagai aspek kehidupan dan profesi. Meski begitu, nyatanya teknologi hanya mampu membantu proses pembelajaran, tapi tidak bisa menggantikan peran guru. Kesadaran guru untuk mau mengembangkan diri dibutuhkan seiring perkembangan teknologi menuju sinar masa depan yang cukup benderang.
    Menyikapi hal tersebut, guru sebagai aktor utama pendidikan tidak boleh tutup mata. Guru hari ini harus lebih pintar dan cerdas dibandingkan murid-muridnya dalam menyikapi perkembangan teknologi yang semakin melesat.
    Jangan sampai seorang guru memiliki penyakit TBC (tidak bisa computer), mengingat anak didik lebih akrab dengan dunia teknologi dan komunikasi. Keterbelakangan guru dalam dunia iptek akan menjadi bumerang yang akan memengaruhi profesionalitas keguruannya.
    Yang jadi permasalahan kolektif dunia pendidikan kita saat ini adalah guru abad XX (yang lahir tahun di bawah 2000) masih gagap teknologi. Sedangkan murid yang dihadapi adalah manusia abad XXI yang tentu beda dalam asupan gizi keilmuan teknologi.
    Sederhananya, banyak anak didik kita saat ini lebih cerdas dalam dunia teknologi daripada gurunya. Kesenjangan semacam ini tidak bisa dibiarkan begitu saja agar tidak berakibat fatal dalam proses pendidikan.
    Menyikapi hal tersebut, guru tidak boleh gagap teknologi dan harus selalu berupaya memotivasi dirinya dalam dunia teknologi. Guru tidak boleh malas mengakses informasi dan teknologi jika tidak mau tertinggal.

  • Teknologi bisa disebut sebagai entitas, benda maupun tak benda yang diciptakan secara terpadu melalui perbuatan, dan pemikiran untuk mencapai suatu nilai.

    Jadi teknologi merupakan alat dan mesin yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah di dunia nyata.

    Teknologi tidak bisa membentuk karakter baik, sebagaimana sebuah pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya.

    Menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan memiliki budi pekerti yang luhur.

    Guru tetap punya peran penting yang tak bisa digantikan. Teknologi jadi sebuah media untuk mempercepat pencapaian tujuan pendidikan.

  • Tulisan yang kereen. Salah satu ciri makhluk hidup (manusia) adalah kemampuan beradaptasi. Dengan kemajuan teknologi internet (yg dibahas di sini ttg AI), sejatinya para guru harus adaptif. Dg berbagai kompleksitasnya, adaptasi yg dilakukan bisa jadi multifaset sesuai dg kemampuan adaptasi masing-masing. Sejauh mana guru bisa beradaptasi dg perkembangan teknologi tentunya berpulang kpd kesiapan guru masing-masing. Sepanjang guru (sekolah) mampu memposisikan dirinya sbg entitas yg “dianggap signifikan” oleh siswa (masyarakat), maka ia tidak akan kiamat dan tergantikan teknologi. Namun sebaliknya, jika tidak mampu “menjadi siginifikan” maka kiamat guru (sekolah) hanya tinggal menunggu waktu.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *