LIKA LIKU KU DALAM MENGAJARMU (MURIDKU)
Oleh : Anggi Saputra, S.Pd.
Dunia pendidikan adalah salah satu wadah para penuntut ilmu dalam mengais ilmu. Banyak yang ingin merasakan pendidikan dengan berbagai cara. Banyak juga yang hanya ingin merasakan pendidikan, namun tidak bisa menggapainya. Ada juga yang bisa merasakan pendidikan, namun tiak mau memaksimalkan pendidikan yang bisa digapainya. Begitulah dunia pendidikan yang mempunyai cerita tersendiri.
Dunia pendidikan mempunyai cerita dan kisah-kisah yang menarik yang bisa dijadikan acuan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Begitu juga dengan kisah saya. Saya merupakan salah satu aktor pendidikan dari banyaknya aktor pendidikan yang ada di Indonesia yang telah mengenyam manis dan pahitnya menjadi seorang guru sejak tahun 2013. Setelah menamatkan pendidikan dari univeristas yang tercinta, saya langsung terjun ke dunia pendidikan dengan mempraktikkan ilmu yang didapat. Bermodalkan ilmu yang diperoleh ketika di universitas, tekad dan semangat yang ada dalam hati membuat saya terpancing dan tertarik menjadi seorang guru.
Begitu banyak kisah yang saya alami ketika menjadi seorang yang menjadi contoh untuk peserta didik tentunya. Dimulai ketika saya menjadi seorang tutor di salah satu lembaga pendidikan yang cukup terkenal di seluruh Indonesia. Saya memulai karir saya sebagai seorang tutorcukup dibilang lumayan berjalan lancar. Hari-hari saya jalani dengan mengajar bermacam ragam peserta didik jika dilihat dari status sosial, suku, adat, dan agama. Semua peserta didik dengan latar belakang yang berbeda-beda ini tentunya menjadi tantangan sendiri dalam mengahadapinya ketika proses pembelajaran berlangsung.
Pengelompokkan peserta didik dari berbagai kalangan ini sedikit banyaknya membuat cara mengajar dan menghadapinya tentu harus berbeda pula. Namun, dari banyaknya kelompok peserta didik tadi, kebanyakan dari mereka mempunyai status sosial di atas rata-rata dan juga mempunyai kemampuan belajar yang baik pula tentunya. Mengajar di sebuah lembaga belajar sangat berbeda dengan mengajar di sekolah biasa pada umumnya. Di lembaga pendidikan kita hanya dituntut untuk selalu tampil maksimal. Maksimal dalam artian selalu bisa memberikan yang terbaik dalam mengajar. Peserta didik yang diajar harus bisa dengan cepat mengerti tentang suatu materi pelajaran. Tutor di lembaga pendidikan harus harus mempunyai IQ tinggi dan diharapkan bisa langsung memberikan dampak positif pada peserta didik.
Di sebuah lembaga pendidikan tidak terlalu dituntut dalam bidang afektif. Di sana hanya mengutamakan kognitif saja. Semakin tinggi kognitif seorang tutor, maka semakin tinggi pula harapan dan tuntutan untuk peserta didik agar bisa memahami semua materi pelajaran yang diajarkan. Di lembaga pendidikan peserta didik ditempa sedemikian rupa menjadi seorang yang cerdas. Kemampuan berpikir yang kristis dalam menjawab semua pertanyaan yang sulit.
Sangat berbeda dengan mengajar di sebuah sekolah. Setelah bertahun-tahun lamanya mengabdi sebagai seorang tutor di sebuah lembaga pendidikan, akhirnya saya memutuskan untuk resign. Keputusan ini dibuat atas pertimbangan yang matang. Setelah resign, saya memutuskan untuk melamar pekerjaan menjadi seorang guru di sekolah tingkat pertama. Sekolah tingkat pertama islam yang saya dapatkan. Sangat menarik tentunya menjadi guru di sekolah tersebut. Bayangkan saja, di saat pertama kali menjadi guru di sekolah tersebut saya langsung dihadapi dengan situasi pandemi. Situasi yang tidak biasa tentunya bagi saya dan guru-guru lain pada umumnya.
Awal pandemi masuk ke Indonesia semua sistem pembelajaran di sekolah berubah secara drastis. Pembelajaran daring atau dalam jaringan mulai tersebar. Sekolah-sekolah dituntut untuk melaksanakan pembelajaran secara online. Hal ini menambah kegelisahan saya dan guru lainnya. Kenapa tidak, ini merupakan kali pertamanya untuk saya dan guru lainnya dalam mengajar. Sebelumnya saya belum pernah mengajar secara online. Mengajar secara online sangat berbeda dengan mengajar seperti biasa. Saya harus bisa menguasai IPTEK untuk mempermudah dalam mengajar daring.
Kemampuan IPTEK yang saya miliki pada dasarnya sudah ada. Hanya dibutuhkan pembiasaan dan kemampuan yang lebih lagi agar kemampuan IPTEK yang saya miliki bisa digunakan untuk mengajar peserta didik saya ketika pembelajaran daring dilaksanakan. Pembelajaran daring terlaksana sesuai dengan arahan pemerintah. Saya dengan peserta didik saling berkontribusi agar tujuan pembelajaran tercapai. Susah senang kami jalani. Terkadang rasa jenuh menghampiri peserta didik. Kebanyakan dari mereka mengeluhkan akan kuota internet yang digunakan. Mereka mengeluhkan banyaknya kuota internet yang terpakai.
Keluhan-keluhan akhirnya banyak mengahampiri setiap peserta didik. Saya merasakan hal yang sama dengan kebanyakan peserta didik. Terkadang kelelahan pada mata yang harus menatap layar monitor gadget atau PC yang digunakan saat pembelajaran daring. Hal lain yang dirasakan adalah tidak adanya interaksi secara langsung dengan peserta didik. Hai ini juga membuat rasa nyaman dalam mengajar tidak didapati. Namun, semua keluhan dan kendala yang kami hadapi saat pembelajaran daring tidak harus berlama-lama kami simpan. Semuanya harus dihadapi dan tetap mencari inovasi agar pembelajaran daring tidak lagi dirasa membosankan.
Sebagai seorang guru saya harus bisa membuat seluruh peserta didik yang saya ajar merasa nyaman dan bisa membuat mereka tertarik dengan pembelajaran. Walaupun pembelajaran yang bersifat online. Harus ada upaya yang berbeda agar mereka tertarik dengan pembelajaran daring yang dilaksanakan. Akhirnya ide yang dinantikan hadir untuk menjawab semua keluhan-keluhan tadi. Saya memberikan apresiasi kepada peserta didik. Apresiasi yang diberikan adalah berupa hadiah yang menarik. Hadiah ini diberikan kepada peserta didik yang bisa aktif dalam pembelajaran.
Ide pemberian apresiasi berupa hadiah pada peserta didik memberikan dampak yang positif dalam penanganan keluhan dalam pembelajaran daring. Hadiah yang diberikan tentunya tidak bisa langsung diambil saat pembelajaran berlangsung. Mungkin bisa diberikan di saat waktu yang lain. Pada dasarnya ide tersebut bisa membuat tujuan pembelajaran saat daring pun bisa tercapai. Masalah keluhan kuota internet pada pesera didik pun juga bisa diberikan jalan keluar. Pemerintah menyediakan kuota belajar pada seluruh peserta didik dan bahkan pada seluruh guru. Hal ini bisa mengurangi beban penggunaan kuota internet saat pembelajaran daring berlangsung di masa pandemi.
Sangat menarik tentunya kisah perjalan saya dalam mengajar peserta didik. Ada banyak cerita yang berbeda-beda di setiap perjalanan saya mengajar. Baik itu di lembaga pendidikan ataupun di sekolah yang saat ini tempat saya mengajar. Suka duka saya jalani dengan rasa bersyukur. Hal yang selalu tertanam dalam jiwa saya adalah agar selalu bisa menjadi contoh teladan yang baik untuk setiap peserta didik yang saya ajar. Menjadi seorang bisa menginspirasi peserta didik agar menjadi seorang yang melebihi saya tentunya di masa yang akan datang. Menjadi guru yang baik di sekolah atau di luar sekolah. Semoga bisa menginspirasi untuk kita semua.
19 Comments
Semoga kisah ini dapat menginspirasi para pengajar dalam menambah pengalaman dalam mengajar…
Tetap semangat dan sehat selalu para guru ku..
Mendidik….bila menjadi profesi adalah profesi yg teratas dri sisi kepentingan pengembangan peradaban…..semoga tetap Istiqomah dalam menjalankan profesi sebagai pendidik dan selalu berharap semoga pendidik yg ada di Indonesia adalah SDM2 yg terbaik dri sisi akhlak, iman , dan ilmunya…💪
Syukron jazaakumullahu khoiron ust atas tulisannya, sangat bermanfaat dan menginspirasi semoga Allah memberkahi ilmu yang telah ust ajarkan dengan susah payah tetapi ust tetap bersabar dan memperbaiki diri untuk menjadi lebih berarti. Sukses selalu ust.
Syukron jazaakumullahu khoiron ust atas tulisannya, sangat bermanfaat dan menginspirasi semoga Allah memberkahi ilmu yang telah ust ajarkan dengan susah payah tetapi ust tetap bersabar dan memperbaiki diri untuk menjadi lebih berarti. Sukses selalu ust. Kassyafah
Barakallah… pahlawan tanda tanda jasa. Terimakadih Ust Anggi.🙏🏻
Tulisan yg menarik. Terimakasih sharingnya .semoga ilmunya bisa bermanfaat bagi para siswa. Anak2 jadi semangat belajar dan termotivasi lagi
Semoga Jerih payah ust dalam menuntun peserta didik menjadi amal jariah yang bermanfaat dikala semua orang membutuhkannya tapi tak punya.
Guru ujung tombak pendidikan bangsa
Syukron jazaakumullahu Khoiron ustad atas tulisannya 🙏🙏
masya allah ustad, tulisan cerita ustad sangat menarik terus bacanya enjoy karna kata katanya mudah dipahami wkwk. semoga apa yang ustad berikan dan kerjakan selalu dalam lindungan dan rahmat allah serta menjadi amal jariyah😍
masya allah ustad, tulisan cerita ustad sangat menarik terus bacanya enjoy karna kata katanya mudah dipahami wkwk. semoga apa yang ustad berikan dan kerjakan selalu dalam lindungan dan rahmat allah😍
Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata:
إنما العلم مواهب، يُؤتيه الله من أحب من خلقه، وليس يَناله أحد بالحسَب.
*Ilmu itu anugerah dari Allah yang diberikan hanya kepada mereka yang Dia cintai, tidak bisa diwariskan atau diperoleh dari jalur keturunan.*
[Thabaqat Hanabilah, Abu Ya’la Al-Farra’ 1/179]
Semoga ustadz senantiasa Allah berikan ke ikhlas an dalam memberikan ilmunya. Aamiin ya Rabb
Terimakasih guruku telah berjuang demi mengajar dan memberikan ilmu” nya kepada kami
MasyaAllah, semoga tulisan ini memberikan pencerahan di dunia pendidikan. Aamiin
terima kasih Sharing pengalaman nya pak guru .
Bangga dan bersyukur berprofesi sebagai guru..
karena guru berada di barisan terdepan dalam membentuk calon-calon pemimpin masa depan yang berakhlakul karimah.
semoga ilmu yang diajarkan menjadi pahala jariyah
Good lah👍
Maa Shaa Allah, sangat menginspirasi
Tulisan ini sangat bermanfaat dan sungguh menginsiparasi, insyaAllah ilmu yang diberikan bermanfaat untuk semua peserta didik dimanapun berada, jazakumulloohu khoiron sudah berbagi .