*MENYINGKAP TABIR SEBUAH NILAI PENDIDIKAN*
*M. ASEP JUANDA S.Pd ( Asjun )
Bagi seorang guru, satu kata yang tidak asing lagi ditelinga adalah pendidikan. Pendidikan seringkali menjadi perbincangan dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam dunia pendidikan itu sendiri. Inilah yang seharusrnya menjadi bahan pemikiran bagi kita semua agar apa yang kita dengar mampu diwujudkan sesuai dengan harapan dalam pembukaan undang-undang dasar 1945 yakni pada alinea ke 4 yang berbunyi “ Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Kihajar Dewantara dalam falsafahnya atau semboyan yang berbunyi “Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso Tut wuri handayani,” menjadi acuan pada pendidikan di Indonesia bahkan “pedoman” tentang bagaimana guru menempatkan diri sebagai pendidik.
Ing Ngarso Sung Tulodo artinya menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan. Ing Madyo Mbangun Karso, artinya seseorang ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat. Tut Wuri Handayani, seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Semboyan Tut Wuri Handayani ini kini menjadi slogan dari Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia.
Apabila kita pahami konsep di atas maka perlahan kita akan mengerti akan makna pendidikan yang sebenarnya .Pendidikan adalah salah satu hal penting yang wajib dilakukan, baik di Indonesia ataupun luar negeri. Tujuan pendidikan sendiri adalah untuk menjadikan seseorang mempunyai kepribadian yang baik dan memiliki wawasan luas. Dan kita boleh berpendapat bahwa pendidikan adalah segala usaha dari orang tua terhadap anak-anak dengan maksud menyokong kemajuan hidupnya, maka langkah-langkah yang pasti dilalukan oleh orang tua pasti akan selalu berupaya memperoleh pendidikan tersebut baik secara formal ataupun non formal untuk anak-anaknya .
Begitu pula yang dilakukan Pemerintah dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa terus mencari terobosan atau inovasi baru dengan adanya beberapa perubahan dalam Kurikulm yang disesuaikan dengan keadaan kenajuan zaman yang terus berkembang, beberapa metode perubahan terus dilakukan mulai dari Pengembangan kurikulum di Indonesia telah dilakukan sejak tahun 1947, yang diikuti dengan perubahan atau penyempurnaan pada tahun berikutnya, yaitu: tahun 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan 2006. Kuritilas( kurikulum tiga belas ), dimana perubahan tersebut disesuiaikan dengan kondisi yang ada dalam masyarakat hingga akhirnya saat ini muncul perubahan yang menitik beratkan pada siswa sebagi subjek bukan objek lagi seperti kurikulum yang sudah ada Kurikulum itu kita kenal dengan KURIKULUM MERDEKA .
Pada surat An-Nahl: 125, Allah SWT memerintahkan umat Nabi Muhammad SAW menuju ke jalan yang benar dengan cara yang baik sesuai dengan tuntutan Islam. Siapa pun yang ingin berilmu, raihlah pendidikan dengan benar, bijak, dan dengan pengajaran yang baik. Jelas sudah bahwa kita sebagai manusia diperintahkan untuk terus belajar dan belajar dalam mendalami kehidupan , karena dengan pendidikan yang baik dan benar maka kita akan mengetahui Ilmu yang akan menuntun kita kearah masa depan yang lebih cerah lagi.
Dengan menguasai Ilmu dalam dunia Pendidikan baik Pendidikan akherat atau pendidikan dunia , janganlah sesekali ilmu yang kita peroleh untuk saling menjatuhkan atau saling mencaci , karena ilmu yang kita dapatkan bersifat sementara sesuian dengan batasan yang telah di tentukan oleh Sang Pencipta ( Allah Swt ). Bila kita tinjau kembali dalam salah satu Hadist yang di riwayatkan oleh ( HR Thabrani ) yang artinya “ Belajarlah kamu semua, dan mengajarlah kamu semua, dan hormatilah guru-gurumu, serta berlaku baiklah terhadap orang yang mengajarkanmu “dan (HR Muslim) yang artinya” Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga”.
Hal ini yang mungkin bisa kita jadikan salah satu rujukan untuk meningkatkan Sepiritual Guru dan Siswa dalam dunia pendidikan agar kita dalam pengembangan diri mengapai semua dengan dasar ikhlas dan sabar menghadapi karakter yang beda dalam pendidikan.
Kareakter beda ini telah menjadi tantangan bagi kita dalam menghadpi perkembangan jiwa anak-anak terutama dengan pengaruh dunia digitalisasi yang serba cangih, serba instan yang kadang membuat kita sebagai pengajar merasa binggung untuk mengambil sebuah sikap terhadap anak-anak yang kita didik .
Dalam Kurikulum Merdeka inilah kita mulain belajar bahwa tuntutan materi bukan salah satu arahan atau sasaran dalam pendidikan tapi bagaimana kita bisa mengubah sebuah karaekter yang ada pada anak-anak kita , yang mungkin sesuai dengan keinginan dan kemapuan anak-anak dalam menentukan pilihan jurusan atau mata pelajaran yang disukai tampa adanya intimidasi dari pihak tertentu. Dimana dalam Kurikulum Merdeka ini kita tidak terlepas dari 6 dimensi yang perlu kita ketahhi dalam pengembangan profil Pancasila diantaranya :
1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia;
2) Mandiri;
) Bergotong-royong
4) Berkebinekaan global;
5) Bernalar kritis;
6) Kreatif.
Keenam dimensi ini perlu dilihat sebagai satu buah kesatuan yang tidak terpisahkan dalam pelaksanaannya dan ini di perkuat dengan adanya P5 adalah singkatan dari Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Projek ini merupakan bagian dari Kurikulum Merdeka. merupakan pembelajaran lintas disiplin ilmu dalam mengamati dan memikirkan solusi terhadap permasalahan dilingkungan sekitar untuk menguatkan berbagai kompetensi dalam profil pelajar Pancasi antara lain adalah untuk mengoptimalkan kemampuan siswa. P5 untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah.
Dengan adanya beberapa perubahan yang pada akhirnya saat ini kita masuk Dalam Kurikulum Merdeka barulah kita ketahui mengapa pendidikan kita tidak mengalami perubahan yang signifikan terhadap kemajuan Pendidikan . Banyak penyebab yang menjadikan pendidikan di Indonesia belum merata, beberapa diantaranya adalah faktor minimnya sumber daya masyarakat (SDM), rendahnya kualitas guru, kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang untuk pendidikan, rendahnya kualitas tenaga pengajar, mahalnya biaya pendidikan, dan lain sebagainya. Kualitas sarana fisik pendidikan di Indonesia masih jauh dari kata sempurna. Hal ini bisa juga disebabkan oleh faktor eksternal dan internal seperti kurangnya motivasi,konsep diri, minat kemandirian belajar, sedangkan faktor eksternal seperti sarana dan prasarana ,guru dan orang tua dengan Kurikulum Merdeka ini diharapkan bisa mengubah pola pikir yang ada dalam dunia pendidikan .
*Guru SMA Kemala Bhayangkari Bandung
3 Comments
Tangapan Tulisan yang ada di Satu Guru
Setelah saya mengetahui dan mencoba membaca tulisan-tulisan yang ada pada Web Satuguru saya merasa terpacu dan terinspirasi karena tulisan yang ada disatuguru agak berbeda dengan tulisan-tulisan yang ada pada web lainnya. Tulisan disatu guru banyak yang di kolaborasikan dengan nilain seperitual yang yang harus dimiliki oleh guru , karena guru bukan hanya mengajar tapi harus bisa mendidik siswa dalam suatu perubahan karakter terutama keyakianan pada sang kholik atau pencipta.
Selain itu juga dalam tulisan yang ada disatu guru bisa dijadikan sasaran bagaimana cara kita mendidik anak dan bagaimana cara kita bisa meningkatkan kualitas kita dalam memberikan pengajaran yang baik terhadap siswa, tulisan yang ada relevan sekali dengan apa yang ada pada kondidi saat ini.
Selain itu dalam web ini juga ada tulisan tentan puisi yang bisa menginspirasi bagi kita, ada curhatan guru yang mungkin bisa dijadikan modal bagi kita bgaimana harusnya kita bersikap terhadap tantangan jaman terutama dalam menghadapi masa cangihnya teknologi . Cara mendidik anak pda usia dini atau bagaimana cara mengatasi bullying di lingkungan sekolah, bagaimna cara menggunaka teknologi, samapai pada beberapa tulisan tentang kurikulum merdeka yang kesemuanya itu membuka cakrawala pandangan hidup kita agar lebih baik lagi,lebih aktif dan kreatif.
https://satuguru.id/inspirasi/literasi-spiritual-guru/menyingkap-tabir-sebuah-nilai-pendidikan/
Tanggapan pembuka : Mungkin tidak ada salahnya untuk kita mencoba kembali melirik buku-buku kurikulum Montesori, Frobel, dan Rena Tagore. Karena KHD ternyata juga mengambil dan belajar dari tokoh-tokoh kurikulum tersebut sebelum akhirnya hari ini kita mengenal istilah TRILOKA dengan prinsip-prinsip belajar TRIKON.
Sekarang ini, konsep pembelajaran modern, termasuk pembelajaran moralitas dengan menempelkan konsep-konsep dan doktrin keagamaan dan etika, tampaknya tidak memiliki pengaruh yang melahirkan prinsip permanen sebagai pembelajar sepanjang hayat sebagaimana literatur-literatur keagamaan kita. Kita cenderung menyikapi semua itu tidak berbanding lurus dengan yang seharusnya. Tujuan-tujuan pendidikan hari ini, misalnya, untuk bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan layak, atau untuk mencetak pasaran kerja yang lebih berkualitas dan kompetitif sesuai dengan tuntutan pasar dan kehidupan modern, menghasilkan orang-orang yang cerdas secara kognitif dan lain-lain, adalah tujuan-tujuan pembelajaran yang bersifat reaktif yang tidak memiliki dasar filosofis yang kuat dan bisa dipertanggung jawabkan. Pemahaman tentang kebaikan tidak lantas menjadikan kita menjadi orang baik. Prinsip dan cara belajar cenderung direduksi menjadi pengetahuan kognitip. Acap kali berhenti hanya di pengetahuan tentang kebaikan, apa itu kejujuran, kesabaran bahkan ketakwaan. Padahal, tujuan pertama dan utama dari pembelajaran (formal, informal, dan non-formal) adalah untuk menyiapkan setiap orang agar nantinya mampu hidup bersama dengan cara saling berterima secara damai dengan siapapun, yaitu agar prinsip-prinsip yang mengatur interaksinya dengan orang lain dapat menjamin keberlangsungan peradaban masyarakat sebagai institusi sosial. Kemampuan setiap orang untuk berinteraksi seperti ini adalah identitas satu-satunya yang harus seragam untuk dimiliki, sehingga muncul integritas individu (sistem individu), dan integritas kolektif (sebagai sistem sosial). Pembelajaran yang tidak menjamin adanya lulusan seperti ini adalah pembelajaran yang pada hakekatnya sedang melakukan usaha-usaha untuk memperpendek (untuk tidak mengatakan merusak) usia institusi pendidikan sebagai bagian dari sebuah sistem sosial. Sebab apapun hasil-hasil pembelajaran selain ini akhirnya akan memberikan andil terhadap disintergrasi, sehingga memperjelas kesenjangan di level individu maupun sosial, cepat atau lambat.
Pertanyaan mendasarnya adalah bagaimana cara yang paling memungkinkan setiap orang agar nilai-nilai tersebut dapat menjadi cara hidup pembelajar hari ini..? Jika semua tereduksi menjadi cara belajar sebagaimana ilmu-ilmu moderen di atas, tentunya bangsa tercerdas dan terhebat secara pengetahuan akan melahirkan orang-orang yang baik dan berakhlak..? Masihkah kita berharap perubahan dengan menggunakan cara belajar yang sama dengan pendekatan kognitif di atas untuk merubah mental bangsa..?
Siap maksih atas masukannya pak