Menulis itu mengasyikan

     Menulis itu mengasyikan ?? dimana asyiknya ?? mungkin pertanyaan ini kerap terlontar. Berbeda ketika kita bermain layang- layang.Terasa terlihat asyiknya bisa menerbangkan sebuah kertas di udara dan dapat dikendalikan terlebih ketika beradu dengan orang lain. Sungguh nyata asyiknya. Pun ketika kita bermain game online. Kita dihadapkan pada sebuah adu jeli, adu cepat, dan kepiawaian kita menggerakkan jari – jari .Terlihat jelas asyiknya. Lalu bagaimana dengan menulis ?

     Sebelum menulis kami mencoba melemparkan pertanyaan terkait menulis mengasyikan kepada siswa kami kelas 9 pada tanggal 10 Mei 2022, yang kebetulan mereka juga harus menyelasaikan tugas kelompok proyek STEAM berupa penulisan laporan karya tulis. Berbagai tanggapan pun kami rekam

Menulis tuh susah, enakan ngomong ngga harus mikir struktur kalau salah gampang dibenerin.

Menulis tuh.. capek..ngga ngasilin duit gede….

Menulis menurut saya …ada manfaatnya khususnya kalau kita nanti kuliah..

Saya seneng nulis ..tapi nulis cerpen…gitu.. jadi ngalir aja…ngga harus ribet ada struktur dan banyak aturan…

Kalau saya seneng nulis puisi…biasanya sih kalau lagi seneng sama cowok…

Itu sekelumit pendapat yang kami tangkap dari beberapa murid terkait menulis.

     Adapun menurut Tarigan dalam bukunya, menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis  sang penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata.

Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur ( tarigan,1986,hal 3-4).

     Seiring kemajuan zaman. Pesatnya teknologi. Terlebih di masa pandemi. Penggunaan perangkat teknologi semakin  berkembang pesat. Tidak ketinggalan dunia pendidikan pun terus memacu diri  untuk beradaptasi. Berbagai  bentuk layanan sudah berbasis digital. Dari mulai PPDB,  pembayaran uang sekolah (swasta), pembelajaran , penugasan , pemanggilan orang tua , semua dilakukan secara daring. Apakah efektif ? memang kami menyadari tidak 100 % efektif. Masih harus dilakukan sebuah penelitian terkait dengan hal itu.

     Keberadaan penggunaan teknologi ini merupakan salah satu yang menjadi kendala bagaimana kami harus mengasyikan kembali kebiasaan menulis anak. Mereka lebih cenderung asyik menonton tiktok. Asyik menonton youtube. Asyik bermain game online. Ini adalah sebuah realita di sekolah kami. Perpustakaan online  jarang disentuh. Mereka hanya sekadar membuka terus mengembalikan sebatas mengumpulkan tugas. Bagaimana solusi kami untuk kembali membuat murid-murid kami menjadikan menulis sebuah hal yang mengasyikan ? Tentu ini pekerjaan yang tidak mudah.  Perlu contoh konkret. Perlu figur penulis yang mampu menjelaskan secara sederhana menggunakan bahasa anak-anak  tentang asyiknya menulis .

     Sebagai guru bahasa Indonesia kami menyadari kurang produktif menulis. Kami menulis jika ada sesuatu di dalam batin atau pun jika ada tuntutan institusi yang harus kami kerjakan.  Secara nurani kami menyadari ada tanggungjawab moral yang belum dapat kami pertanggungjawabkan di dunia dan akhirat.  Oleh sebab itu, melalui lomba ini kami memberanikan diri untuk mengungkapkan bagaimana menulis itu sebenarnya cukup mengasyikan.

     Menulis itu benar mengasyikan.  Kami pernah merasakan keasyikan itu ketika awal mula menjadi guru sekira tahun 1994 – 2000.  Bayangkan tahun 1995 kami hanya menulis sebuah majalah intern yayasan,  bukan di media nasional diganjar Rp250.000,00.  Karena aktif mengirimkan artikel terkait pendidikan kami  mendapatkan kepercayaan pihak yayasan serta gereja untuk membantu menjadi tim redaktur dari majalah yayasan dan gereja. Itupun memiliki honor tambahan di luar gaji setiap bulan. Tapi tentunya bukan finasial semata yang kami kejar. Ada kepuasan batin ketika kita mampu menuliskan apa yang menjadi gejolak batin kita. Sebagai contoh, kami pernah menulis tentang formalitas. Sebagai guru muda  idealisme kami masih cukup tinggi. Kami merasa jengah dengan berbagai aturan di bumi Indonesia seakan semuanya serba formalitas. Baik dari penampilan, dari administrasi, dlsb. Pada zamannya  rasa-rasanya semua hal yang terkait dengan birokrasi bahkan dalam dunia pendidikan pun tak lepas dari formalitas. Maka ada ungkapan “asal bapak senang”.

     Kita dapat mengekspresikan rasa cinta kita baik kepada sang kekasih maupun kepada Sang Pencipta dengan  kata – kata. Ketika cinta kasih lahir dari nurani yang terdalam tidak mustahil kata-kata, bahkan kalimat – kalimat yang mustahil kita tulis mampu meluncur layaknya ketika kita berpidato karena dipaksa dan terpaksa  yang akhirnya mampu mengeluarkan kata-kata  tak terduga dan mampu menghipnotis para pendengar.

     Melalui tulisan, kita mampu membagikan apa yang kita miliki kepada orang lain tanpa harus kita mengenal orang tersebut. Ketika kita memiliki pergumulan terhadap siswa . Bagaimana agar anak – anak mampu mengikuti pembelajaran dengan baik ?  Bagaimana agar anak – anak tetap asyik mengikuti KBM sekalipun daring? Di samping ada kepuasan batin pembaca pun mendapatkan sesuatu yang mungkin berbeda untuk diterapkan di sekolah mereka.

    Apakah menulis harus juga membaca ? Tentunya iya. Mengapa ? Mustahil seseorang menulis, yakni mengungkapkan berbagai apa yang ia miliki hanya sekadar mengandalkan informasi yang bersifat melihat dan mendengar. Konon informasi yang melekat kuat dalam benak kita persentasi yang paling tinggi didasarkan pada kerajinan kita membaca. Tulisan yang kita baca akan lebih lama terekam di otak kita dibanding hanya sekadar menonton atau pun mendengarkan. Lewat membaca penulis dapat menemukan inspirasi baru, menambah wawasan, dan bisa menjadi bekal penting dalam memulai sebuah tulisan. Membaca dan menulis sangat bermanfaat bagi kesehatan mental dan fisik. Dan hebatnya, manfaat ini tidak dibatasi waktu. Dengan membaca akan memperbanyak kosa kata dan diksi, mengurangi strees dan depresi (blog.tempoinstitute.com).

     Dari uraian di atas dan contoh konkret benar adanya bahwa menulis itu mengasyikkan. Tapi kan harus banyak baca buku untuk bisa menulis ? Sedangkan saya kurang suka membaca (ini ungkapan siswa atau pun rekan kerja jika diminta menulis). Untuk memulai menulis modal utama hanyalah motivasi dan keinginan yang kuat. Perlu hati yang tenang. Dan pastinya memiliki ide yang baik. Tulislah apa pun yang kamu ingin tulis. Apa pun yang ada di benakmu tuliskan. Jangan takut salah, jangan takut diejek. Jangan pedulikan tulisan Anda memiliki gaya bahasa yang baik atau tidak. Ketika ide  Anda telah dirasa cukup untuk dituliskan. Baca dan rasakan. Anda pasti merasa ada yang kurang. Anda secara langsung atau tidak langsung mencoba menyunting. Baca lagi rasakan. Dan kembali Anda akan menyunting. Anda akan heran ketika tulisan tersebut kembali Anda baca. Kok bisa ya ? Untuk menambah bobot isi mau tidak mau akhirnya Anda akan membaca. Dan tanpa sadar  sikap keterbacaan Anda akan semakin baik. Lalu bagaimana selanjutnya ? Anda yang mengatakan bahwa menulis itu susah.. capek, ribet, dan sebagainya dengan sendirinya akan hilang. Dan menulis mengasyikan  benar nyata adanya.    

Edham Agus Suryanto, S.Pd.

Spread the love

Yudhi Kurnia

redaksi@satuguru.id

Related post

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *