Guru Tapi Teman
Menjadi guru yang disenangi sekaligus disegani murid-muridnya, sepertinya menjadi impian semua pengajar di dunia ini. Tapi justru 2 tujuan itu adalah 2 hal yang saling kontradiksi. Disenangi dan disegani. Mendapatkan kedua hal tersebut bagi seorang guru tidaklah mudah. Karena di kebanyakan kasus, seorang guru terpaksa harus memilih salah satu; disenangi, ATAU disegani.
Kenapa begitu? Karena ternyata tidak semua orang, atau dalam kasus ini, guru, memiliki kemampuan untuk mengenali batasnya. Batas untuk menjadi figur teman yang asyik, tapi sekaligus tetap selalu diingat bahwa ia harus dihormati sosok ke-guru-annya.
Yang terjadi malah, ketika seorang guru berusaha menempatkan diri sebagai seorang sosok teman yang asyik untuk murid-muridnya, tapi lupa menulis garis batasnya, sehingga murid-muridnya jadi keasyikan, terlena akan figur teman yang mereka dapatkan di depan kelas, lalu lupa akan figur gurunya.
Sebaliknya, ada yang berusaha menjadi sosok guru yang disegani murid-muridnya. Sebegitu keras ia berusaha, sampai lupa akan kebutuhan dasar murid-muridnya; diayomi dan dibimbing. Sosoknya bukan lagi disegani, melainkan ditakuti. Ditakuti benar-benar, yang membuat para muridnya malas untuk mencari bimbingan di bawah naungannya.
Lalu bagaimana caranya bagi seorang guru untuk mendapatkan kedua hal tersebut? Disenangi dan disegani?
Yang pasti tidak bisa didapatkan dengan instan. Kalau makan mie instan saja butuh proses, apalagi menjadi guru yang baik. Seperti halnya menjadi orangtua, menjadi guru yang baik butuh waktu, pengalaman, trial and error, serta pastinya kesabaran.
Walaupun tidak ada textbook, ataupun rumus, maupun bahkan formula yang pasti untuk menjadi guru yang disenangi dan disegani. Tapi mungkin ada beberapa cara yang bisa dicoba dan terbukti sudah dipraktekkan banyak guru-guru yang menjadi favorit murid-muridnya. Apa saja?
- Mengenal baik mata pelajaran yang dibawakan
Ini hal yang paling mendasar yang harus dimiliki seorang pengajar. Tapi perlu ditekankan lagi, bahwa untuk mengambil hati peserta didik, hal pertama yang harus dilakukan adalah harus terlihat sangat menguasai materi yang disampaikan. Sehingga para peserta didik akan dengan mudah menghormati gurunya.
- Membaca karakter kelas
Walaupun satu kelas terdiri dari banyak kepala dan warna kepribadian, tapi setiap kelas pasti memiliki karakternya sendiri, tergantung mayoritas yang ada di kelas tersebut. Ada kelas yang diisi oleh sebagian besar murid yang pendiam sehingga harus diberi pecutan semangat yang lebih, ada kelas yang diisi oleh mayoritas murid aktif yang harus diimbangi keaktifannya atau bahkan agak direda.
- Memahami Masing-Masing Karakter Murid
Puluhan murid yang ada di kelas, harus dikenal dan ditangani satu persatu. Bagaimana bisa? Apakah mungkin? Nah disinilah faktor waktu dan kesabaran berperan. Bertemu hampir setiap hari dalam kurun waktu beberapa jam selama beberapa tahun, jika seorang guru betul-betul memaksimalkan kesabaran dan kejeliannya dalam memahami murid-muridnya, semua tidak ada yang tidak mungkin.
- Melukis Garis Batas
Disinilah yang paling tricky. Bagaimana cara melukis garisnya? Dimana garisnya? Nah, hal ini bisa dilakukan dari awal pertama bertemu para peserta didik. Pertemuan pertama, kesan pertama, di situ semua dipertaruhkan. Bagaimana pembawaan diri seorang guru untuk menampilkan citra bahwa ia adalah seorang yang berpengetahuan luas yang pantas untuk menjadi kurir ilmu yang mumpuni, sekaligus seorang sosok pengajar yang menarik cara mengajarnya dan kepribadiannya. (tnp)
4 Comments
Saya sependapat dengan isi artikel ini. Menjadi ‘dua wajah’ dalam satu raga yang bernama guru bukanlah hal yang mudah. Paradigma lama selalu beranggapan bahwa guru adalah sosok yang diibaratkan sebagai raja yang memiliki titah, di mana titahnya wajib untuk dipatuhi. Ketika zaman semakin berkembang, paradigma lama itu menjadi runtuh. Siswa menginginkan seorang guru yang bukan berperan sebagai raja, namun juga seorang teman yang mau berjalan berdampingan dengan dirinya. Sayangnya, ketika guru berusaha untuk menjadi teman bagi siswa, siswa menjadi lupa bahwa mereka juga harus tetap memberikan rasa hormat kepada guru. Ada beberapa indikator yang menunjukkan kealpaan yang acapkali ditunjukkan oleh siswa zaman sekarang adalah 1) Siswa sering berbahasa daerah Jawa ngoko yang kurang pantas diperuntukkan bagi orang yang lebih tua; 2) Tidak memberikan kata sapaan/salam ketika bertemu; 3) Menyepelekan/abai terhadap anjuran, nasehat, dan tugas dari guru, dll. Akibatnya guru harus ada usaha yang lebih keras hanya sekedar agar siswa mau mengikuti nasehat guru. Beberapa tips yang dicantumkan oleh penulis, saya kira itu cukup membantu untuk dapat ‘menarik’ batas antara guru dan siswa. Namun menurut saya masih ada satu hal lagi yang perlu dikuasai oleh guru, yaitu guru harus bisa empan papan. Tahu kapan harus menjadi teman, dan kapan menjadi panutan.
Tya Asrining, S.Pd.
Yogyakarta
Saya setuju dengan artikel ini. Ada pepatah mengatakan; Guru adalah panutan. Itu yang sering kita dengar. Kata panutan itu menurut KBBI adalah teladan. Kata teladan ini kadang disalahartikan, sehingga guru menjaga jarak antara dirinya dengan muridnya. Berdalih tidak ingin dekat karena tabu guru dekat dengan murid, seorang guru akhirnya menjaga jarak dengan muridnya. Menjaga jarak disini adalah membatasi diri untuk bergaul. Sesuatu yang dianggap tidak etis jika guru bercanda dengan muridnya. Sesuatu yang dianggap tabu jika seorang murid bertukar pikiran bahkan curhat tentang kesulitan dirinya kepada gurunya. Ketabuan inilah yang sering murid enggan dekat dengan guru apalagi menjadi seorang teman. Seorang guru suka berburuk sangka jika murid mencoba dekat dengannya, padahal niat murid tersebut tulus dan baik, kadang diartikan sebaliknya.
Untuk itu seyogyanya kita mengubah mindset ( pola pikir) kita tentang kedekatan murid dengan gurunya. Deketan yang dimaksud di sini adalah kedekatan dalam pendidikan, kedekatan profesional, kedekatan yang berujung pada peningkatan kualitas kognitif, afektif, dan psikomotorik murid tersebut. Kekuatan pendekatan yang melahirkan masa depan cemerlang serta pemimpin yang berkualitas. Pendekatan yang diingat murid seumur hidupnya tentang sosok seorang guru yang bisa digugu dan ditiru yang bisa menjadi teladan bagi diri si murid itu sendiri dan bagi orang lain.
Saya sependapat dengan artikel ini. Menjadi seorang guru yang disenangi dan disegani memang bukan hal yang mudah didapatkan. Namun hal tersebut juga bukan hal yang tidak mungkin didapatkan walaupun memerlukan beberapa cara dan trik tertentu untuk mendapatkannya.
Hubungan antara guru dan murid tak berbeda seperti hubungan antara manusia yang satu dengan manusia lainnya yang harus dibangun, dijaga dan dirawat agar tetap baik. Untuk menjaga hubungan guru dan murid perlu komunikasi yang baik yang bisa membuat diri murid merasa dihargai, merasa diperhatikan sebagai seorang manusia. Perhatian dan penghargaan seorang guru akan menumbuhkan sikap penghargaan murid kepada seorang guru.
Guru tak segan memberikan apresiasi kepada hasil karya dan hasil belajar murid serta perilaku positif yang dilakukan oleh murid karena hal tersebut dapat memacu semangat dan dapat menumbuhkan daya kreatifitas lainnya yang lebih baik lagi. Guru juga terbuka dengan masukan dan umpan balik yang diberikan murid kepada guru karena guru juga manusia yang tak luput dari kesalahan terutama terkait dengan pembelajaran sehingga guru dapat melakukan perbaikkan dalam melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan karakter murid. Setiap orang itu adalah pembelajar termasuk juga di dalamnya guru. Belajar bisa dilakukan di mana saja, kapan saja dan dari siapa saja termasuk belajar dari murid.
Saya sependapat dengan artikel ini. Menjadi seorang guru yang disenangi dan disegani memang bukan hal yang mudah didapatkan. Namun hal tersebut juga bukan hal yang tidak mungkin didapatkan walaupun memerlukan beberapa cara dan trik tertentu untuk mendapatkannya.
Hubungan antara guru dan murid tak berbeda seperti hubungan antara manusia yang satu dengan manusia lainnya yang harus dibangun, dijaga dan dirawat agar tetap baik. Untuk menjaga hubungan guru dan murid perlu komunikasi yang baik yang bisa membuat diri murid merasa dihargai, merasa diperhatikan sebagai seorang manusia. Perhatian dan penghargaan seorang guru akan menumbuhkan sikap penghargaan murid kepada seorang guru.
Guru tak segan memberikan apresiasi kepada hasil karya dan hasil belajar murid serta perilaku positif yang dilakukan oleh murid karena hal tersebut dapat memacu semangat dan dapat menumbuhkan daya kreatifitas lainnya yang lebih baik lagi. Guru juga terbuka dengan masukan dan umpan balik yang diberikan murid kepada guru karena guru juga manusia yang tak luput dari kesalahan terutama terkait dengan pembelajaran sehingga guru dapat melakukan perbaikkan dalam melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan karakter murid. Setiap orang itu adalah pembelajar termasuk juga di dalamnya guru. Belajar bisa dilakukan di mana saja, kapan saja dan dari siapa saja termasuk belajar dari murid.
Fatmawati, S.Pd.
Tanggamus _ Lampung