Mengapa Guru Perlu Tahu Geopolitik? Karena Murid Hidup di Dunia yang Saling Sikut

Bayangkan sebuah kelas. Di depan papan tulis berdiri seorang guru IPS yang tengah menjelaskan tentang perdagangan internasional. Di belakang, beberapa siswa sibuk membuka TikTok, lainnya bercerita soal iPhone terbaru, dan satu-dua masih berpikir apakah ayahnya akan tetap bekerja di pabrik yang katanya mau tutup. Semuanya tampak biasa. Tapi jika dilihat lebih dalam, kelas itu sebenarnya sedang dikepung oleh geopolitik.
Geopolitik adalah studi tentang bagaimana letak geografis suatu negara memengaruhi kebijakan politik dan hubungan internasionalnya. Ia melihat bagaimana faktor seperti sumber daya alam, posisi strategis, kekuatan militer, hingga akses laut dan darat memengaruhi kekuasaan dan pengaruh suatu negara di panggung dunia
Kalau Dunia Lagi Ribut, Kelas pun Ikut Terdampak
Contohnya begini. Saat Amerika dan Cina perang dagang, yang terdengar di berita adalah soal tarif, larangan teknologi, dan soal siapa yang punya chip tercepat. Tapi efeknya bisa sampai ke Indonesia:
- Harga barang elektronik naik.
- Investor asing mulai mencari tempat produksi baru, termasuk ke Indonesia.
- Bahan pelajaran kita pun ikut berubah, karena tiba-tiba semua bicara soal “kedaulatan digital”, “kemandirian ekonomi”, dan “ketahanan nasional”
Lalu, Peran Guru Dimana?
Guru adalah pintu pertama murid mengenali dunia. Kalau gurunya tidak paham arah angin global, murid bisa tumbuh tanpa pegangan, hanya menjadi penonton, bahkan korban dari arus besar dunia.
Banyak yang berpikir geopolitik itu urusan orang dewasa di Senayan atau para analis di layar televisi. Padahal, guru juga perlu tahu. Tidak harus mendalam seperti diplomat, tapi cukup untuk bisa menjelaskan:
“Kenapa sekarang TikTok Shop dilarang?”
“Kenapa harga sawit naik?”
“Kenapa data pribadi itu penting?”
Dengan begitu, murid tidak hanya pintar hafalan, tapi juga tahu di mana posisi negerinya.
Menanamkan Kesadaran: Kita Harus Berdiri di Kaki Sendiri
Perang dagang Amerika dan Cina sebetulnya bukan soal barang semata. Ini soal kekuasaan. Dan Indonesia? Di tengah-tengah. Tidak ikut bertarung, tapi kena imbas. Di sinilah guru bisa masuk, menyisipkan nilai penting pada murid:
- Bahwa kita harus berdikari.
- Bahwa kedaulatan bukan cuma soal bendera, tapi juga ekonomi dan teknologi.
- Bahwa dunia ini keras, dan kita harus pintar membaca arah angin.
Agar Murid Tidak Hanya Jadi Penonton Dunia
Siswa kita akan tumbuh besar di dunia yang penuh persaingan. Kalau dari sekarang tidak diajarkan untuk paham apa yang sedang terjadi dan bagaimana bersikap, mereka akan menjadi pengguna, pembeli, konsumen—tapi tidak pernah menjadi pemilik keputusan.
Jadi, mengapa guru perlu tahu geopolitik?
Karena kelas itu bukan ruang terpisah dari dunia. Karena di balik soal ujian dan absensi, ada masa depan bangsa yang sedang dibentuk perlahan-lahan.