Mendidik Generasi Alpha

Berbicara mengenai pendidikan, maka sosok yang muncul adalah guru, murid, dan sekolah. Sekolah sebagai rumah kedua membantu orang tua dalam hal menstransfer pengetahuan. Secara teoritis, guru membantu orang tua untuk memindahkan ilmu pengetahuan yang dikuasainya kepada peserta didik. Namun, guru juga harus dapat mendidik untuk membentuk akhlak dan kepribadian peserta didiknya, serta memperkuat karakter baik yang sudah dibentuk dari rumah.
Kata “guru” dan “pendidik” merupakan dua kata yang berbeda dan memiliki makna yang berbeda pula. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Mengajar mengandung arti memberi pelajaran, sedangkan pendidik adalah orang yang mendidik. Jadi, seseorang yang bertugas mengajar dan mendidik dapat disebut sebagai guru atau pendidik yang tentunya sudah dibekali dengan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Kompetensi di atas merupakan bekal bagi guru/pendidik dalam melaksanakan pembelajaran untuk mencapai kualitas pembelajaran yang diharapkan. Tuntutan terhadap guru/pendidik semakin tinggi, terutama dalam mengajar dan mendidik anak-anak yang disebut generasi alpha. Apa yang dimaksud dengan generasi alpha? Istilah generasi alpha diperkenalkan pertama kali oleh McCrindle, peneliti dan konsultan generasi di Australia. Generasi alpha adalah anak-anak yang lahir dari tahun 2010 sampai sekarang. Generasi alpha merupakan generasi yang paling dekat dengan teknologi. Internet dan gadget merupakan bagian dari keseharian mereka, terutama dipengaruhi oleh masa pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia.
Pandemi Covid-19 menjadikan generasi alpha dalam kehidupan sehari-hari menggunakan gadget untuk berinteraksi, termasuk untuk pembelajaran. Keterbatasan yang disebabkan oleh situasi dan kondisi yang melarang semua orang untuk bertatap muka langsung mengakibatkan segala sesuatu dilakukan secara online atau dalam jaringan (daring) melalui komputer dan internet. Selama masa pandemi Covid-19, generasi alpha melaksanakan pembelajaran di sekolah dengan menggunakan sistem daring selama kurang lebih tiga tahun. Hal ini membuat mereka sangat lihai dalam menggunakan gadget.
Generasi alpha disebut oleh sebagian orang sebagai generasi yang pintar karena mereka dilahirkan dari orang tua milenial. Generasi milenial mewariskan pengetahuan digital mereka kepada anak-anaknya sehingga generasi alpha mampu menguasai dan mengelola teknologi yang ada. Dengan demikian, generasi alpha memiliki wawasan luas karena mudah mengakses informasi yang diinginkannya. Dengan wawasan yang luas, generasi alpha tumbuh menjadi generasi yang percaya diri, kritis, dan memiliki rasa keingintahuan yang tinggi.
Tidak hanya pintar, generasi alpha juga mudah menghadapi tantangan masa depan. Penulis “Golden Years,” Deborah Carr, mengatakan bahwa generasi alpha tumbuh dalam masyarakat yang lebih beragam sehingga mereka lebih berpikiran terbuka terhadap orang-orang yang berbeda dari mereka. Hal ini memungkinkan generasi alpha lebih menerima perbedaan dan inklusifitas.
Namun, perkembangan teknologi juga berdampak negatif bagi penggunanya. Generasi alpha memiliki sisi negatif, seperti ketergantungan pada gadget, kurang bersosialisasi, kurang kreatif, dan bersikap individual. Generasi alpha juga cenderung menginginkan hal-hal yang instan dan kurang menghargai proses.
Berkaitan dengan hal ini, guru sebagai pendidik perlu lebih banyak melakukan proses pendidikan dibandingkan mengajar, karena perkembangan teknologi yang semakin pesat mengubah banyak nilai dan norma. Generasi alpha cenderung lebih mampu menambah wawasan dan pengetahuan baru, terutama jika guru memberikan penugasan yang menantang bagi mereka.
Proses untuk mengubah karakter yang cenderung negatif dapat dilakukan secara sinergis antara lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat untuk mencapai keberhasilan pendidikan secara utuh. Lingkungan keluarga merupakan sekolah pertama dan utama yang berkewajiban membentuk kepribadian dasar anak-anaknya. Sementara itu, pendidik di sekolah seharusnya menebalkan kembali apa yang telah dibentuk oleh orang tua.
Apa sajakah yang seharusnya dilakukan oleh guru dalam mendidik generasi alpha?
1. Menanamkan nilai-nilai dari kegiatan sehari-hari, seperti menanamkan sikap toleransi kepada peserta didik dan memastikan adanya saling menghargai dengan adanya keragaman di lingkungan sekolah. Keragaman di sekolah terdiri dari perbedaan suku, agama, ras, dan budaya dari masing-masing peserta didik. Tugas guru di sini adalah membantu generasi alpha tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang selalu menghargai perbedaan di mana pun mereka berada.
2. Berkomunikasi secara terbuka dan berkesinambungan, baik antar peserta didik maupun dengan orang tua sehingga tercipta lingkungan yang mendukung perkembangan peserta didik secara menyeluruh.
3. Melibatkan peserta didik dalam kegiatan sosial, memberikan kebebasan untuk membuat pilihan sehingga dapat mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan bakat, minat, dan kebutuhan peserta didik. Hal ini akan lebih mengasah kemampuan sosial dan mengembangkan sikap empati di antara peserta didik. Karakter empati yang ditanamkan oleh pendidik akan membentuk generasi alpha menjadi orang yang ramah dan memahami suka duka orang lain, memiliki kepedulian, serta menciptakan generasi yang menyenangkan bagi orang lain.
4. Menjadi role model bagi peserta didik, karena peserta didik cenderung meniru apa yang dilakukan oleh pendidik. Terlebih di kelas fase dasar/rendah, peserta didik akan mengikuti penampilan pendidik bahkan nilai-nilai moral, etika, dan integritas yang dimiliki oleh pendidik.
5. Menyediakan lingkungan kaya teks, mengingat generasi alpha cenderung lebih mengenal buku karena terbiasa dengan literasi digital. Lingkungan kaya teks dapat ditempatkan di pojok-pojok baca, majalah dinding, dan perpustakaan. Lingkungan kaya teks bertujuan untuk mengembangkan minat baca peserta didik.
6. Memastikan peserta didik membatasi penggunaan gadget di rumah serta berkoordinasi dengan orang tua untuk melakukan pengawasan dan mengalihkan kegiatan yang dilakukan di gadget ke kegiatan lain, misalnya bermain dengan teman-teman sebayanya.
Demikianlah upaya-upaya yang dilakukan oleh guru di sekolah dalam proses mengajar dan mendidik generasi alpha. Ini merupakan bentuk kontribusi dalam membentuk generasi muda yang dapat menjadi generasi emas yang berkualitas, yang hidup pada era Indonesia emas dengan menciptakan terobosan baru yang inovatif.