Transparansi di MIN Pattiro Banggae, Takalar
Praktik transparansi anggaran, kegiatan dan peran serta masyarakat hasil dari pelatihan USAID PRIORITAS memantik pesatnya kemajuan MIN Pattiro Banggae, Desa Banggae, Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar. Kemajuan fisik dan prestasinya membuat sekolah ini jadi pilihan favorit sebagian besar orang tua siswa untuk anak-anaknya bersekolah.
Secara fisik, madrasah mitra USAID PRIORITAS ini tampak sangat asri dan nyaman untuk belajar. Taman-taman tertata rapi dan indah; dua kolam ikan beserta pancurannya menyegarkan lingkungan sekolah. Guru dan siswa menikmatinya karena dibuatnya sebagai sumber belajar kontekstual. Halaman bersih dengan beberapa inovasi taman baca unik, bangunan dan ruang kelas yang bercat baru dan bersih serta pagar yang mengelilingi bangunan madrasah telah membuat guru dan siswa betah dan rajin ke sekolah. “Semua terjadi karena banyaknya sumbangan masyarakat ke sekolah ini,” ujar Zulfikah, kepala sekolah MIN Pattiro Banggae saat ditemui di kantornya.
Kemajuan lainnya adalah peningkatan prestasi madarasah. “Dulu sampai tahun 2010, hanya satu piala yang ada di lemari ini. Semenjak tahun 2013, puluhan piala kami dapatkan,” ujar pak Zulfikah sambil memperlihatkan piala berjejer di lemarinya, diantaranya juara satu wiyata mandala tingkat kabupaten tahun 2015, Juara I Kompetisi Science Tingkat Madrasah se-Kabupaten Takalar mata pelajaran IPA dan juara II Matematika dua tahun berturut-turut yaitu 2014- 2015 dan lain-lain.
Lantas, bagaimana pak Zulfikah memajukan sekolahnya? “Harus kami akui secara jujur bahwa kemajuan ini terjadi setelah kami menerapkan secara konsisten pembelajaran aktif dan manajemen berbasis sekolah atas dukungan penuh dari USAID PRIORITAS,” tegasnya.
Namun, yang paling utama bagi pak Zulfikah adalah menerapkan secara sungguh-sungguh transparansi dan akuntabilitas sekolah yang didapatkan dari pelatihan. “Saya berusaha untuk merangkul masyarakat mulai dari sosialisasi program, perencanaan, eksekusi, evaluasi, bahkan pelaporan,” ujar kepala madrasah. “Tidak ada satupun anggaran baik yang rutin maupun dari masyarakat yang tidak saya laporkan kepada masyarakat,” ujarnya.
Di dinding madrasah, terpajang papan operasional kegiatan sepanjang 2 × 2 meter yang berisi perincian anggaran yang masuk di tahun kerja dan alokasi penggunaannya termasuk belanja pegawai, belanja modal dan barang. Realisasinya senantiasa dilaporkan pada rapat pertemuan dengan perwakilan orang tua, komite, pengawas dan pihak-pihak lain yang terkait. Setiap kelas diwakili oleh 10 orang tua. Mereka membahas pelaksanaan dana berjalan, kebutuhan-kebutuhan madrasah, kegiatan yang akan dilakukan dan alokasinya. Dalam eksekusi program, komite dan orang tua juga terlibat penuh, mereka membantu mengeksekusi seperti membuat taman, mengecat dan sebagainya, mengawasi dan juga ikut membuat laporan. Laporan tersebut juga dipajang di papan dekat pintu masuk sekolah, sehingga semua orang mudah mengaksesnya.
Menurut pak Zulfikah, praktik transparansi itu telah mengubah segalanya. Guru-guru menjadi termotivasi dan kreatif berinovasi dalam pembelajaran. Kerja sama dan saling menguatkan dalam hal tugas instruksioanal kian berkembang. Siswa semakin fokus dan enjoy belajar. Karya-karya siswa di setiap pembelajaran menunjukkan kalau kompetensi yang disajikan tercapai.
Selain prestasi sekolah dan peningkatan peran serta masyarakat, terbangunnya kepercayaan orang tua dan masyarakat terhadap sekolahnya merupakan dampak yang paling besar yang dia alami. Orang tua siswa berbondong-bondong mendaftarkan anaknya untuk belajar di madrasah ini. Sehingga pendaftar di sekolah lain di sekitarnya berkurang. “Kami merasa tidak enak dengan SD di sekitar kami. Orang tua siswa di lingkungan ini banyak yang memilih menyekolahkan anaknya kesini, membuat pendaftar di sekolah lain drastic berkurang,” tegasnya.
Konsistensinya menerapkan manajemen berbasis sekolah membuat pak Zulfikah semakin nyaman dalam bekerja. Menurutnya, keterbukaan menghindarkan madrasah dari fitnah, issu dan gossip tak sedap terkait penggunaan dana sekolah. “Dulu waktu belum terbuka seperti ini, kalau datang wartawan, kami mengambil jarak jauh-jauh. Namun sekarang ini, mereka malah kami rangkul untuk memberitakan semua kegiatan kami,” pungkasnya. (Sumber: http://sulsel.kemenag.go.id)