Antara Kemampuan Siswa dan Perangkat Pembelajaran
Program tahunan atau yang sering disebut prota, merupakan salah satu dari beberapa perangkat pembelajaran yang harus dimiliki oleh guru yang akan mengajar di setiap tahun ajaran baru.
Prota ini bertujuan untuk memetakan materi pelajaran, yang menjadi target sampainya pembelajaran kepada siswa dalam kurun waktu tertentu yang harus dituntaskan.
Prota sendiri dirancang untuk satu tahun ajaran, yang biasanya dimulai dari bulan juli dan berakhir pada bulan juni tahun berikutnya. Didalamnya akan memuat alokasi waktu pembelajaran selama satu tahun yang disesuaikan dengan kalender pendidikan.
Nantinya, dari hari efektif yang didapat setiap bulannya, akan dihitung berapa kali ia mengajar di kelas tersebut sesuai jadwal roster pelajaran.
Maka, akan didapatlah jumlah akumulatif untuk semester ganjil berapa kali pertemuan, begitu juga untuk semester genap. Seyogyanya prota yang dibuat oleh satu guru tidaklah akan bisa sama dengan guru yang lain. Walau kedua guru tersebut memilik alokasi waktu yang sama, mata pelajaran yang sama, dan jadwal roster pelajaran yang sama.
Beberapa sebab diantaranya, siswa yang mereka hadapi berbeda. Bisa jadi siswa yang ditangani oleh salah satu guru merupakan siswa-siswa yang pintar, namun tidak begitu dengan guru yang satunya lagi.
Ilustrasinya begini, untuk menyelesaikan satu materi, guru A bisa menghabiskan hanya dua jam pelajaran pada kelasnya, karena siswa-siswanya yang pintar.
Namun guru B butuh waktu empat jam pelajaran, atau dua kali pertemuan, jika sekali pertemuannya dua jam pelajaran untuk menyelesaikan materi yang sama. Hal inilah yang menjadikan prota yang dibuat tidak bisa sama antara dua guru mata pelajaran yang sama.
Yang kedua, pastinya target menyelesaikan materi pelajaran juga tidak akan tuntas. Misalnya dalam satu tahun ada dua belas materi pelajaran, mungkin guru B hanya bisa menyelesaikannya sebanyak sepuluh materi pelajaran. Lalu, masih relevankah berkiblat pada prota?
Jika guru harus menghabiskan sekian materi dalam satu tahun, bisa jadi siswa yang kurang pintar akan melewatkan materi begitu saja. Mengapa demikian? Karena waktu yang terbatas. Dalam waktu sekian bulan guru harus sudah menyelesaikan beberapa materi sebagaimana tertuang dalam perangkat pembelajaran.
Belum lagi menghadapi siswa-siswa yang tidak lulus dalam ulangan harian. Ini tidak bisa dilewatkan begitu saja. Harus ada follow up-nya.
Lalu, bagaimana sebaiknya? Memberikan keluwesan dalam menyampaikan materi adalah solusinya. Hanya guru itu sendiri yang tahu bagaimana kondisi siswa yang dihadapinya.
Kita kembali pada tujuan awal pembelajaran adalah siswa mengerti dan paham akan materi yang disampaikan. Jika memang siswa belum sampai pada tahap tersebut, untuk apa dilanjutkan? Bukankah itu sia-sia? Hanya demi mengejar agar tuntasnya semua materi.
Penyamarataan soal ujian juga tidak berlaku. Antara kelas pasti juga akan berbeda. Soal ujian di kelas A tidak bisa disamakan untuk kelas B.
Mungkin metode penyampaian materi yang berbeda antara satu guru dengan guru lainnya. Hal ini bisa menimbulkan kesalahpahaman dalam menjawab soal. Disamping batas materi pelajaran yang berbeda. (tnp)
1 Comment
Memahami karakter siswa menjadi sebuah kemampuan seorang guru. Media pembelajaran yang sesuai dengan materi dan cocok dengan siswa harus dicoba terus menerus sampai menemukan yang paling cocok.