Nilai-Nilai dalam Tarian Maha Gayatri

 Nilai-Nilai dalam Tarian Maha Gayatri

Oleh : I Made Rasta

 

Tarian merupakan simbolisasi ungkapan rasa yang mendalam. Muncul dalam bentuk keindahan gerak dan asesoris yang menyiratkan nilai untuk disimak. Semua tarian terinspirasi dari nilai yang ingin disampaikan. Tari Maha Gayatri juga memiliki tujuan yang sama. Menyiratkan lima nilai kemanusiaan yang ingin disampaikan dalam simbolisasi enam penari cantik yang merupakan bagian tidak terpisah dalam kesatuan makna Maha Gayatri.

 Tari Maha Gayatri merupakan garapan tari Bali yang terinspirasi dari kisah rakyat Banua Menyali. Alkisah rakyat di desa tua Banua Menyali, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng Bali, konon di desa tersebut ada sosok raksasa yang selalu “mencuri” penari pendet yang paling belakang. Akhirnya lima tokoh desa yang terdiri dari ki pasek menyali, ki pasek bila, ki pasek bontihing, ki pasek pakisan, dan ki pasek kubutambahan menyerang Sang Raksasa, yang akhirnya Sang Raksasapun dikalahkan. Setelah dikalahkan Sang Raksasa menjelma menjadi Dewi dengan lima wajah dan berkata, bahwa jika  manusia ingin hidup tentram raharja gemah ripah loh jinawi, maka harus berpegang pada nilai-nilai dasar yang memang sudah ada dalam diri setiap manusia. Kelima nilai itu tersimbolisasi dari lima wajah sang dewi yang menggambarkan lima kecerdasan manusia. Kelima kecerdasan itu adalah  kecerdasan berpikir (satyam), kecerdasan betindak (dharmam), kecerdasan emosional (shanti), kecerdasan jiwa (prema) dan kecerdasan spiritual (amimsa)

Tari Maha Gayatri di tarikan secara berkelompok oleh enam penari. Lima penari perlambang sosok personal yang menguasai kecerdasan, dan satu penari simbolik sosok sang ego. Pada awalnya setiap penari yang menguasai kecerdasan menarikan tarian masing-masing secara personal dengan wajah cantiknya. Sang ego mulai menyusup ke dalam diri akibatnya semua penari menjadi sombong seperti raksasa. Secara personal mereka merasa paling pintar, merasa paling baik, merasa paling murah hati, merasa paling… Namun demikian, setelah KESADARAN MAHA GAYATRI terkumandang dalam kesadaran diri, maka Sang Ego tertaklukkan. Sang ego yang tertaklukkan disimbolisasi satu penari yang masih berwujud raksasa (bomantaka) diinjak bahunya oleh kaki padma Sang Dewi Maha Gayatri yang telah memurti dengan lima wajah cantiknya.

Perwujudan kelima wajah cantik Maha Gayatri melambangkan ke lima kecerdasan dengan senjata masing-masing  yang juga memberi makna simbolik, bagaimana kecerdasan terimplementasikan dalam kehidupan. Wajah pertama Maha Gayatri adalah Dewa Savitri simbolik Sathyam (Kebenaran) yaitu kecerdasan berpikir.  Tangan kanan dalam posisi namaskara yang berarti Sang Dewi sebagai pemberi berkah. Posisi tangan “namaskara” memberi makna, “Hidup adalah anugrah, syukurilah”. Tangan kiri memegang  japa mala (genitri) sebagai simbolik pengetahuan tidak pernah habis (pengetahuan abadi tanpa awal dan akhir). Genitri yang merupakan untaian manik-manik yang disatukan oleh benang menyiratkan bahwa , “Hidup adalah keterhubungan karma satu dengan karma lainnya, jalanilah”.

Wajah kedua Maha Gayatri adalah wajah Dewi Saraswati sebagai sakti Sang Pencipta (Dewa Brahma) yang melambangkan dharma (kebajikan) yaitu kecerdasan bertindak. Tangan kanan memegang gada (senjata Dewa Brahma) bermakna dalam melaksanakan dharma dibutuhkan tekad bulat dan kuat.

Senjata gada juga merupakan perlambang keperkasaaan seorang pejuang. Hal ini menyiratkan , “Hidup adalah perjuangan, berjuanglah”.  Tangan kiri memegang wina (alat seni) sebagai simbolik seni kehidupan.  Simbolisasi wina sebagai alat seni, jika dimainkan oleh orang yang memiliki skill untuk itu maka suara wina tidak saja indah terdengar, tapi juga menginspirasi dan membuai kehidupan kita. Akan tetapi jika orang yang memainkannya tidak menguasai skill bermain wina, maka suara wina tidak saja mengganggu akan tetapi bisa jadi menimbulkan suasana yang tidak mengenakkan. Hal ini bermakna bahwa, “Hidup adalah seni, berkaryalah”.

Wajah ketiga Maha Gayatri adalah wajah Dewi Sri Laksmi sebagai sakti Sang Pemelihara (Dewa Wisnu)  sebagai perklambang Shanti yaitu kecerdasan emosional. Tangan kanan Sri Laksmi memegang  kapak simbolik kekuatan yang membabat segala rintangan. Ini bermakna bahwa ,”Hidup adalah tantangan, hadapilah”. Tangan kiri memegang padi kapas simbolik kemakmuran menjadi tujuan dalam kehidupan.

Wajah keempat Maha Gayatri adalah wajah Dewi Parwati sebagai sakti Sang Pelebur (Dewa Siwa) perlambang prema (kecerdasan kejiwaan). Tangan kanan Dewi Parwati memegang kitab perlambang pengetahuan rahasia kejiwaan. Hidup adalah misteri, singkaplah. Tangan kiri memegang teratai perlambang kasih sayang.

Wajah kelima Maha Gayatri adalah wajah Dewi Maha Kali sebagai lambang ahimsa (kecerdasan spiritual). Tangan kanan Maha Kali memegang Cakra perlambang kehidupan terus berputar tanpa henti, dan tangan kiri memegang cambuk perlambang semangat diri.

Spread the love

Made Rasta

Related post

1 Comment

  • Simbolisasi yg penuh makna. Saya suka membacanya

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *