Mengubah Kehidupan Remaja di Perdesaan Papua

 Mengubah Kehidupan Remaja di Perdesaan Papua

Yomi Puhiri, 12 tahun asal Jayapura, Papua, adalah murid berprestasi yang menduduki peringkat pertama di kelasnya sampai, pada suatu ketika, tekanan ekonomi memaksanya putus sekolah pada tingkat SD.

Ayah Yomi kehilangan pekerjaan saat pandemi COVID-19, dan peristiwa ini berdampak berat terhadap keluarga. Yomi harus membantu ibunya berjualan pinang di warung sederhana di tepi jalan di desa. Bungsu dari enam bersaudara, Yomi kesulitan menghadapi perubahan besar, begitu pula dalam mengungkapan pikiran dan perasaannya.

“Saya dulu agak pemalu dan merasakan banyak tekanan,” ungkap Yomi, yang mengaku latar belakang keluarga berdampak besar terhadap kepercayaan dirinya. “Tetapi, saya tahu, saya tidak boleh menyerah pada keadaan.”

Kehidupan Yomi berubah ketika ia bergabung dengan Lingkar Remaja, program yang digagas oleh UNICEF dan dirancang untuk memberikan ruang aman dan ramah anak, yang diisi dengan kegiatan positif dan pengembangan diri, bagi remaja di perdesaan Papua.

Lingkar Remaja membawa pendekatan inovatif untuk membantu remaja menghadapi masa-masa sulit, dan mengembangkan perangkat Helping Adolescents Thrive dari UNICEF-WHO. Melalui kerjasama dengan Z Zurich Foundation, UNICEF menguji coba pendekatan baru untuk mempromosikan kesehatan mental dan mencegah masalah kesehatan mental di kalangan anak remaja dan pengasuh.

Lingkar Remaja yang diikuti Yomi telah dilaksanakan sejak bulan Juli 2023 di tiga provinsi dan empat kabupaten/kota di Papua serta telah menjangkau 234 remaja dan anak muda. Pesertanya berasal dari beragam latar belakang, dengan sebagian menghadapi aneka tantangan, termasuk situasi keluarga yang tidak stabil, telah menikah, putus sekolah, atau menjadi buruh anak.

Di Lingkar Remaja, mereka dibekali kemampuan untuk menghadapi situasi sarat stres, membangun hubungan yang sehat, mempelajari keterampilan baru, dan berinteraksi positif dengan lingkungan di sekitarnya.

Anak-anak di Papua menghadapi risiko kekerasan, eksploitasi, dan masalah kesehatan mental yang lebih besar sejak pandemi COVID-19. Angka prevalansi perkawinan anak melonjak dari 11,52% pada tahun 2018 menjadi 13,21% pada tahun 2021 (Susenas). Kasus-kasus kekerasan terhadap anak pun meningkat, khususnya kekerasan seksual.

Survei nasional pada tahun 2022 mengungkap bahwa satu dari tiga remaja (34,9%) pernah mengalami masalah kesehatan mental dalam 12 bulan terakhir dan hanya 6,6% remaja dengan masalah kesehatan mental yang mengakses layanan dukungan atau konseling.

“Bergabung dengan kelompok ini menumbuhkan kepercayaan diri saya, dan saya menjadi lebih mampu berkomunikasi dan mengungkapkan pendapat serta perasaan,” ujar Yomi, yang topik favoritnya dari kegiatan Lingkar Remaja adalah topik tentang emosi dan cara mengungkapkan emosi secara positif.

“Saya juga punya kesempatan untuk bersekolah lagi. Lepas dari usia dan latar belakang keluarga, saya bertekad kembali belajar,” lanjutnya. Setelah bergabung dengan Lingkar Remaja, Yomi mengikuti kegiatan di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). “Agak berbeda dari sekolah biasa, tetapi saya tetap senang,” pungkasnya.

Angelina Ongge dari desa tetangga menyaksikan dampak baik kegiatan Lingkar Remaja terhadap putrinya yang berusia 14 tahun, Maria, terlebih dalam hal membuat Maria menjadi pribadi yang lebih berempati dan mengasihi orang lain, khususnya adik-adiknya.

“Sekarang, Maria bilang, ‘Mama, saya mau menggendong adik,’ ini perubahan besar, karena dulu dia pernah memukul adiknya akibat cemburu,” aku Angelina.

“Awalnya, dia bergabung untuk mencari teman, tetapi ternyata manfaatnya jauh lebih besar. Lingkar Remaja ikut membentuk kepribadian putri saya menjadi lebih baik,” ujar Angelina.

Aktifnya Yomi sebagai anggota Lingkar Remaja juga mengubah hidupnya. “Kepercayaan diri saya hancur ketika harus putus sekolah,” katanya. “Di tengah komunitas ini, saya punya orang-orang yang mendukung saya, sehingga saya bisa terus berkembang.” (isn)

sumber: https://www.unicef.org/indonesia/id/remaja/cerita/mengubah-kehidupan-remaja-di-perdesaan-papua

Spread the love

Papua Papua

Related post

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *