Rejeki di balik Literasi
Sepanjang kehidupan manusia dunia literasi terus tumbuh dan berkembang. Selain budaya tutur (bicara) media pengantar ilmu salah satunya adalah dalam bentuk tulisan. Seiring waktu kegiatan tulis menulis menjadi populer, hal ini disebabkan semakin meningkatkan pengetahuan seseorang yang diiringi dengan semangat berbagi informasi melalui tulisan. Bahkan, di zaman ini menulis dijadikan sebagai sebuah profesi yang menjanjikan.
Namun, berapa penghasilan yang bisa didapatkan dari sebuah tulisan? Jawabannya tergantung zamannya. Pada zaman Rasulullah, imbalannya masih berupa pahala. Familiar dengan kisah Hasan Bin Tsabit? Beliau adalah salah satu sahabat Rasulullah yang menjadi brigade dalam perang. Yang menarik, peran beliau dalam peperangan pada jaman itu bukanlah kemampuan berkudanya, ataupun kemampuan memanahnya. Tapi kemampuan menulisnya. Kok bisa?
Sahabat dari Anshar ini ahli sekali dalam membuat syair. Ketika banyak sekali yang menjelek-jelekkan nama Rasulullah, Hasan Bin Tsabit membantai opini para musuhnya dengan syairnya. Kekuatan kata-katanya mampu mengobati hati Rasulullah dan menyalakan bara semangat para sahabat dalam berjuang. Pahala menjadi imbalannya.
Pada jaman penjajahan Belanda di Indonesia, sebuah kemampuan literasi mulai berbuah menjadi imbalan uang. Ketika itu, baca-tulis masih menjadi suatu hal yang sulit digapai. Dan seseorang yang beruntung memiliki kemampuan itu, bisa merubahnya menjadi profesi. Menjadi tukang menulis surat untuk kerabat atau sanak saudara pada masa itu, rupanya cukup untuk menghidupi kebutuhan hidup.
Mundur lagi ke belakang, kita plesir agak jauh yaitu ke Jerman, tempat lahirnya koran pertama kali pada tahun 1605. Mari berkenalan singkat dengan Johann Carolus sang penemu surat kabar. Ia awalnya adalah seorang penjual buku yang suatu hari mempunyai ide untuk menulis dan mencetak tulisan yang memuat beberapa berita saat itu. Dari situlah surat kabar tercipta, memberi wadah baru bagi para perangkai kata untuk menulis tanpa harus mengemban komitmen panjang seperti dalam penulisan buku atau novel.
Roda jaman terus bergulir, membawa kita pada jaman dimana sekarang ini, semua orang bisa menciptakan wadah tulisannya sendiri. Dimulai dari munculnya blog, saat ini semua orang bisa mempublikasikan tulisannya sedekat genggaman tangan. Belum lagi ditambah banyaknya bermunculan profesi baru seperti copywriter, content writer, dsb.
Profesi bidang penulisan ini semakin banyak diminati karena pekerjaan ini tidak mengharuskan kita berangkat ke kantor, tapi bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja.
Bagi seseorang yang memang cinta menulis, bisa dibilang sekarang ini semakin banyak pilihan ladang rejeki yang bisa dipilih. Suatu perasaaan yang membahagiakan ketika sebuah hobi menjadi pundi. (tnp)
1 Comment
Hal yang menyenangkan ketika hobi menjadi pundi…asikk