SUMPAH MILENIAL, SOEMPAH PEMUDA DI ERA DIGITAL

 SUMPAH MILENIAL, SOEMPAH PEMUDA DI ERA DIGITAL

*Oleh: Isnawan Aslam

Sebentar lagi bangsa Indonesia akan menjalani rutinitas menyelenggarakan hajatan peringatan hari Sumpah Pemuda yang di tahun ini peringatan ke-95.  Kalau hanya sekedar seremoni, lebih baik tidak usah dilaksanakan. Hanya menghamburkan biaya tanpa makna yang esensial.  Lantas bagaimana kita menyikapi peristiwa Sumpah Pemuda di era digital sekarang ini?

Sejenak kita kembali menyusuri lorong waktu, kembali ke tahun 1926.  Ini penting agar kita mempunyai perspektif yang utuh. Di tahun itu, sekelompok pemuda yang mempunyai jiwa merah-putih sepakat membentuk organisasi gerakan memerdekakan Indonesia. Mereka sepakat untuk berhimpun dalam Perhimpoenan Peladjar-Peladjar Indonesia (PPPI) atau dalam bahasa Belanda disebut Indonesische Studentbond.

Menjadi Indonesia

Organisasi ini sangat berpengaruh di kalangan pelajar, mengingat para anggotanya adalah berasal dari tiga perguruan tinggi top di jaman itu, yaitu STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen – Sekolah Pendidikan Dokter Bumiputra), RHS (Rechtshoogeschool te Batavia  – Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta), dan THS (Technische Hoogeschool te Bandoeng – Sekolah Tinggi Teknik di Bandung).

Pada tahun itu juga, PPPI menginisiasi Kongres Pemuda I, yaitu pertemuan kelompok para pemuda Indonesia dalam skala nasional. Kongres dihadiri oleh wakil organisasi pemuda Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Islamieten Bond, Studerenden Minahassers, Jong Bataks Bond, dan Pemuda Kaum Theosofi.

Karena di Kongres Pemuda I belum menemukan titik terang bagaimana caranya untuk bisa lepas dari genggaman penjajah.   Para pemuda menggelar Kongres Pemuda II pada tanggal 27-28 Oktober 1928.   Di hari pertama, Kongres,  membahas soal sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan, sebagai unsur persatuan dan kesatuan rakyat Indonesia.  Baru di hari kedua, Kongres dapat merumuskan Ikrar Sumpah Pemuda yang terkenal itu.

Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.

Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.

Kami poetra dan poetri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Inti dari Sumpah Pemuda adalah Menjadi Indonesia, yaitu menunggalkan semua unsur-unsur kebangangsaan yang berbeda-beda ke dalam sebuah konsep, sistem, tatanan yang bernama Bangsa Indonesia.

Era Digital

Era digital adalah era  yang teknologi informasi dan komunikasi, terutama komputer dan internet, telah merasuki  hampir semua sendi-sendi kehidupan manusia, seperti bidang  bisnis, pendidikan, kesehatan, pemerintahan, hiburan, dan banyak lagi. Era digital ini ditandai oleh penggunaan teknologi digital untuk mengakses, menyimpan, mengolah, dan berbagi informasi.

Salah satu karakteristik utama era digital adalah makin kaburnya batas kedaulatan negara.   Menjamurnya lokapasar (marketplace) di Indonesia menggambarkan perdagangan global makin menyatu.  Kita bisa membeli sepatu yang dijajakan di New York atau di New Zealand.  Banyak digital talent orang Indonesia mengerjakan pekerjaan di luar negeri secara remote.  Kita bisa ikut kursus yang diselenggarakan oleh lembaga pedidikan luar negeri secara online.

Di era digital, Indonesia makin terpapar oleh dinamika, kondisi dan situasi yang terjadi di belahan bumi lain.  Indonesia tidak bisa ‘bersembunyi’ dari denyut nadi global yang semakin hari semakin cepat intensitas dan frekuensinya.  Indonesia tidak bisa menghindar dari invasi, apapun bentuknya, dari dunia luar. Budaya, teknologi, ekonomi, sosial, politik akan sangat dipengaruhi oleh global.

Bangsa Indonesia harus melakukan imunisasi dan vaksinasi peradaban terhadap ‘penyakit’ dan ancaman yang berpotensi membahayakan kehidupuan berbangsa dan bernegara. Jika tidak, bangsa Indonesia akan makin tergilas oleh jaman dan hanya akan menjadi penonton.  Dalam terminilogi singkat, bangsa Indonesia harus melakukan regenerasi peradaban.

Tantangannya adalah generasi milenial kita makin merasa menjadi warga global. Keindonesian mereka makin tergerus oleh geliat dunia yang makin merasuk ke sendi-sendi kehidupan rakyat.

Yang perlu dilakukan adalah dengan menyiapkan dan menggembleng generasi muda yang berakhlak mulia, cerdas, tangguh, inovatif dan kreatif.

Upaya itu dimulai dengan membuhulkan atau meniupkan ruh dan semangat yang dulu membakar jiwa pemuda Indonesia 95 tahun yang lain.  Para pemuda waktu itu punya semangat yang berapi-api untuk lepas dari penjajahan dan membentuk negara Indonesia.

Pemuda ‘jaman now’ yang lazim disebut sebagai kaum milenial perlu punya semangat yang sama- menggebunya dengan pemuda jaman dulu. Semangat untuk lepas dari penjajahan ekonomi, sosial, budaya, dan teknologi asing. Lepas atau paling tidak mengurangi ketergantungan dengan asing.  Berdiri sama tegak dengan bangsa asing. Menjadi pemain kunci di tataran global.

Sumpah Milienial

Kami putra-putri Indonesia bertekad menjadikan Indonesia adil makmur dan sejahtera

Kami putra-putri Indonesia bertekad menjadi generasi yang berakhlak mulia

Kami putra-putri Indonesia bertekad menjadikan Indonesia berjaya di dunia

*Pemerhati Pendidikan

Spread the love

Yudhi Kurnia

redaksi@satuguru.id

Related post

2 Comments

  • Sumpah Pemuda Edisi 2023 ala satuguru

  • Momen Sumpah Pemuda bisa diisi dengan kegiatan yang lebih bermanfaat seperti memberikan santunan kepada fakir miskin dan anak yatim

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *