Ancaman Hukuman Jeratan UU-ITE tak Bikin Jera, peristiwa asusila kerap mendera
Sebuah lecutan untuk dunia pendidikan
*Oleh : Yudhi Kurnia,
Akhir-akhir ini jagad maya dihebohkan dengan berita asusila adegan dewasa yang dilakukan oleh dua orang menggunakan aksesoris topeng atau penutup mata. Salah satu pemeran wanitanya menggunakan pakaian adat kebaya berwarna merah. Awalnya dicurigai kejadiannya di wilayah Bali, namun terakhir baru terungkap kejadian tersebut terjadi di wilayah Surabaya.
Bagi saya “keberanian” mereka “menyebarluarluaskan” konten tersebut adalah hal yang konyol. Di era saat ini di mana penegakan hukum tentang penyalahgunaan konten informasi dan transaksi elektronika sangat masif dilakukan tentu saja konten tersebut adalah objek empuk untuk segera diciduk. Konten yang sangat meresahkan dan tentu sangat merendahkan harkat martabat bangsa.
Bangsa Indonesia dikenal dengan budaya ketimuran yang menjungjung nilai adab dan sopan santun harus luluh-lantak dengan konten yang tidak bertanggungjawab, pada akhirnya akan menghancurkan mental generasi bangsa.
Melalui kemudahan informasi saat ini, sudah bisa ditebak bahwa informasi tersebut juga sampai ke para peserta didik. Terlebih media sosial saat ini juga sangat gencar memberitakan. Hal ini sungguh mengundang kekhawatiran dari beragam kalangan, pendidik, orang tua dan juga pihak-pihak yang baik hati yang merasa resah dengan hal ini.
Sebagai orang yang bergerak di bidang pendidikan saya tergerak untuk mencoba meng-counter dengan cara sendiri. Salah satunya adalah dengan tulisan ini. Mudah-mudahan bisa dibaca oleh beragam kalangan terutama para pendidik lain, agar juga aware pada kemajuan teknologi sehingga banjir informasi yang terjadi mampu sampai kepada anak-anak bisa tetap positif.
Kita tidak tahu kenapa video tersebut dibuat, motifnya apa kita semua juga belum memahami. Kalau hanya sekadar konten iseng tentu hal itu tidak ada manfaatnya, malah dalam pandangan Islam akan menjadi dosa jariyah. Dicurigai juga hal tersebut digunakan sebagai test case apakah akan ada reaksi atau hanya dianggap biasa saja. Jika hal tersebut dianggap hal biasa terutama oleh kalangan pendidikan, maka saya beranggapan lingkupan pendidikan sudah tidak ada lagi fungsinya. Pendidikan moral sudah tidak dianggap lagi, dan ini berbahaya bagi kelangsungan hidup bangsa dan dunia.
Kemajuan teknologi, kemudahan akses informasi seolah bertarik-ulur dengan manfaat dan madhorotnya. Banyak yang sudah mengambil nilai positif akibat dari kemajuan tersebut, namun di sisi lain ada pula yang harus meregang nyawa demi konten sehingga nekad dan tega berbuat apa saja. Baru-baru ini ada seorang remaja tewas gegara membuat konten video dengan mencegat sebuah truk, pada akhirnya secara tragis tertabrak truk tersebut dan meninggal. Sungguh ironis bukan? Akibat korban ingin viral, nyawa tega untuk dipertaruhkan, ini harus dihentikan.
Budaya ikut-ikut yang viral akhir-akhir ini membuat jiwa meringis dan hati teriris. Harus ada aksi nyata, bahwa hidup remaja saat ini bukan hanya sekadar untuk konten semata. Anak bangsa harus segera diselamatkan dari budaya yang tidak berguna. Semoga catatan ini bisa dibaca semua pihak dan kalangan orang tua. YUK JAGA ANAK_ANAK KITA!
Mahasiswa S2 Manajemen Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Guru SMP Muhammadiyah 8 Bandung