Berebut “Suara” Guru
Oleh: Hery Setyawan, M.Pd.
Sebagai pendidik kita tentunya mengenal kepopuleran istilah Vox populi vox dei sebuah istilah dalam bahasa latin jika di bahasa Indonesia kita mengenalnya dengan kalimat “suara rakyat adalah suara Tuhan”. Saat ini mendekati momentum pemilu 2024 tentu akan sangat banyak terdengar istilah tersebut. Secara harfiah tentu saja banyak yang memaknai bahwa hal tersebut sejalan dengan konsep demokrasi dari, oleh, dan untuk rakyat karena kita semua memahami dalam negara demokrasi suara rakyat yang akan menentukan hasil dari kontestasi pemilu.
Istilah suara rakyat suara Tuhan dalam perkembangannya sangat erat kaitannya dengan dunia politik. Karena kehendak rakyat yang mayoritas akan menentukan suatu proses politik begitu kuatnya suara rakyat ini maka tidak ada kekuatan lain yang bisa menandinginya. Berbagai segmen yang ada di rakyat ini memiliki kepentingan untuk saling merebut dukungan agar bisa memenangkan pemilu.
Guru adalah bagian yang tidak terpisahkan di dalam masyarakat yang secara jumlah juga cukup banyak, dengan banyaknya guru ini tentu sangat berpotensi untuk bisa “diambil suaranya” sehingga banyak dari kontestan pemilu yang mencoba mendekati dan berebut suara dari guru. Dengan berbagai program yang dibuat yang dengan janji membawa memberikan angin “surga” bagi guru apabila nantinya mau memilih salah satu dari calon yang ada.
Perhelatan pemilu 2024 tinggal hitungan bulan lagi, masing masing kontestan sudah mempersiapkan diri. Baik itu partai politik peserta pemilu maupun bakal calon presiden yang diusung oleh partai atau gabungan beberapa partai. Paling tidak ada tiga orang kandidat yang sedang ramai dibicarakan yang akan mencalonkan diri menjadi capres pada pemilu 2024.
Masing-masing sudah mulai berkampanye di berbagai tempat bahkan beberapa partai politik sudah mulai melakukan manuver saling mendukung salah satu calon sampai safari politik ke setiap daerah tidak dapat dicegah. Semua itu dilakukan agar partai dan calonnya dapat memenangkan pemilu 2024.
Hal yang menarik dari kampanye capres di mana mereka menawarkan berbagai program. Masing masing capres mulai menawarkan program nya untuk guru yang akan dilaksanakan ketika mereka terpilih menjadi presiden. Seperti yang kita ketahui kampanye adalah serangkaian upaya yang dilakukan oleh individu, kelompok, atau organisasi untuk mempromosikan atau memperjuangkan suatu tujuan tertentu kepada khalayak umum. Kampanye bisa dilakukan dalam berbagai berbagai konteks, termasuk politik, sosial, lingkungan, kesehatan, atau bisnis.
Sebagai seorang guru penulis melihat program dari bakal calon yang sudah menyatakan siap untuk mengikuti perhelatan akbar lima tahunan itu. Kita akan melihat keseriusan para bacapres dalam memajukan pendidikan di Indonesia. Berbagai program untuk memajukan dunia pendidikan saat ini. Pendidikan dalam hal ini dapat menjadi sebuah alat yang strategis untuk bisa diterima diseluruh wilayah. Bacapres yang ada pastinya kan berjanji menciptakan berbagai hal termasuk mengusung isu terkait perubahan dalam dunia pendidikan agar bisa memberikan nilai tambah bagi mereka yang berkuasa saat itu.
Perhelatan 2024 menjadi titik awal dalam kemajuan negara dalam berbagai bidang, dengan terpilihnya presiden yang akan membawa kemajuan lima tahun yang akan datang. Sebagai seorang guru sudah tentu lebih memperhatikan bacapres yang memiliki kemauan dan tekad untuk memajukan pendidikan. Sekarang tinggal kita sebagai guru mau memilih yang mana yang sesuai dengan hati.
Penulis adalah PW DKI Jakarta, Guru PPKn SMP Negeri 42 Jakarta dan CGP Angkatan 8 Jakarta Utara