Al-Quran Yang Tercabik

 Al-Quran Yang Tercabik

Di bagian samping rumah Kang Bejo ada satu pendopo yang sekaligus digunakan sebagai musholla keluarga. Di sudut depan kiri ada sebuah perangkat kayu yang berfungsi sebagai penyangga Al-Quran.

Dengan perangkat tersebut, apabila orang akan membaca Al-Quran tidak perlu memegangnya, cukup ditaruh di atasnya. Ada Al-Quran ditaruh diatasnya dengan halaman terbuka.

Suatu Subuh, Kang Bejo sholat di ruangan itu. Ketika rakaat pertama, Uyip – kucing kecil milik keluarga Kang Bejo – berkeliaran di sekitarnya. Umur Uyip sekitar 6 bulan, umur yang kalau dalam dunia manusia termasuk ‘sedang lucu-lucunya’. Sesekali berlari kencang dari belakang ke depan. Sesekali Uyip berguling-guling di lantai. Karena sudah terbiasa, Kang Bejo merasa tidak terganggu shalatnya dengan kehadiran Uyip di sekitarnya.

Namun, konsentrasi Kang Bejo mulai terusik ketika Uyip mendekati Al-Quran di sudut ruangan itu. Uyip mulai menunjukkan indikasi kalau dia mau membuat ulah terhadap Al-Quran itu. Kaki Uyip mulai menyentuh Al-Quran. Kekhusukan shalat Kang Bejo makin tergerus. Kang Bejo berusaha keras tetap khusuk. Bagaimanapun, selama dalam alam sadar manusia mustahil mampu menghentikan lontaran-lontaran pikiran dalam otaknya. Meskipun berusaha mati-matian untuk mengabaikan Uyip yang bertingkah di depannya, namun tetap saja ada pikiran yang bocor keluar dari konteks shalat.

Akhirnya, yang dikhawatirkan Kang Bejo terjadi. Uyip mulai memainkan Al-Quran tersebut. Beberapa detik tidak menimbulkan masalah. Uyip terus saja bermain-main dengan Al-Quran. Kali ini berakibat fatal. Kuku kaki Uyip mulai menyabik-nyabik Al-Quran. Ada satu halaman yang robek.

Kebimbangan merasuki pikiran Kang Bejo, mau meneruskan shalat atau membatalkannya untuk mengamankan Al-Quran dari ‘penjarahan’ Si Uyip. Kang Bejo tetap meneruskan shalatnya.

Selesai berdoa usai shalat, Kang Bejo penasaran, Surat apa yang tadi dicabik-cabik oleh Uyip. Jangan-jangan ada isyarat khusus dari Allah. Suratnya adalah Al-Hajj. Ayat demi ayat ditelusurinya. Tidak mudah menemukan kaitannya.

Sampailah Kang Bejo pada ayat ke 16. “Dan sesungguhnya Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki”. Yang jadi masalah petunjuk apa yang harus dipahami Kang Bejo. Apakah Allah hanya sekedar ingin mengingatkan jangan sekali-kali menelantarkan Si Uyip. Kalau itu, sepertinya bukan. Karena Si Uyip bagi Kang Bejo dan keluarga sudah dianggap anak bungsunya. Malah kalau boleh, akan dicantumkan dalam Kartu Keluarga. Pasti bukan itu. Atau Kang Bejo sedang diuji kualitas kekhusukannya ketika shalat. Ini mugkin saja.

Bolak-bolak pikiran Kang Bejo mencoba memaknai peristiwa itu. Kang Bejo tersentak luar biasa ketika sadar bahwa selama ini Al-Quran itu hanya teronggok di sudut kiri depan musholla dengan halaman terbuka. Jangankan dibaca, disentuh pun jarang. Al-Quran hanya berfungsi sebagai hiasan semata, hanya sekedar menambah atribut ‘kesalehan’ keluarga secara semu. Seolah-olah dengan menaruh Al-Quran kesalehan menjadi bertambah.

Maha Suci Allah yang Maha Pemberi Petunjuk.


  •  
Spread the love

Related post

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *