Buku Dengan Sampul Cacat

 Buku Dengan Sampul Cacat

Di Counter Snack, Lantai Dasar Gedung Artaloka, Jakarta.  Sambil menunggu kembalian pembelian snack, Kang Bejo melihat aneka buku dan majalah yang dipajang di rak di samping depan. Ada sebuah buku agama yang menarik hatinya. Kang Bejo berniat membelinya. Dia bolak-balik buku itu untuk lebih memastikan bahwa isinya memang layak untuk dibaca.

Ketika membolak-balik halaman buku, tanpa sengaja Kang Bejo terhenti pada halaman 35. Ternyata di halaman itu ada cacatnya yaitu robekan kecil sepanjang kurang lebih 10 sentimeter. Kang Bejo bertanya kepada petugas counter apakah masih ada stock yang lain. Buku itu tinggal satu-satunya yang ada di rak tersebut. Kang Bejo berniat membatalkan buku itu.

Kang Bejo masih berada di depan rak itu, berharap menemukan buku lain yang menarik hatinya. Tidak juga. Kang Bejo akhirnya membeli sebuah majalah berita mingguan. Setelah membayar, Kang Bejo beranjak dari tempat itu.

Sambil menunggu liftnya, Kang Bejo berpikir masih berkeinginan untuk membeli buku yang cacat tersebut. Tapi hatinya ragu karena beli buku baru koq ada cacatnya. Ah, beli di tempat lain saja. Tapi kapan? Lift masih belum sampai lantai dasar. Kang Bejo melangkah kembali ke counter snack untuk membeli buku cacat tersebut. Kang Bejo ragu-ragu. Rugi amat beli buku cacat, pikirnya. Kang Bejo berhenti sejenak mempertimbangkan keputusannya.

Buku yang mau di beli Kang Bejo adalah buku tentang bagaimana cara menggapai rahmat dan hidayah Allah. Di dalamnya dijelaskan bahwa rahmat dan hidayat itu harus terus menerus dimohonkan. Bahasanya ringan, penulisannya dengan gaya bertutur yang runut, pemilihan ayat dan hadistnya sangat pas. Kang Bejo benar-benar ingin membeli buku tersebut. Tapi koq cacat.

Inilah pergulatan kecil manusia yang dihadapkan pada pilihan yang sebenarnya sangat sederhana. Hanya memutuskan membeli buku atau tidak. Dan lagi, buku itu pastilah bukan satu-satunya buku yang ada di dunia, pastilah buku itu banyak dijual di toko-toko buku lain. Namanya membeli barang baru ya tanpa cacat. Apa hebatnya buku itu sampai harus dibeli saat itu juga. Apa tidak ada kesempatan lain untuk pergi ke toko buku untuk membeli buku tanpa cacat.

Tapi, kapan? Tidak mudah bagi Kang Bejo mempunyai kesempatan pergi ke toko buku. Hari-harinya dipenuhi dengan agenda-agenda bisnis yang kadang-kadang sampai menjelang larut. Di hari libur, Kang Bejo lebih memilih pergi keluar kota refreshing. Atau hanya di rumah saja, menikmati kemalasan.

Jadi? Dibeli atau tidak buku itu? Ketika masih bimbang, melintaslah seorang petugas kebersihan gedung di depan Kang Bejo dan mulai melakukan tugasnya di sekitar tempat itu. Terlihat sekilas saku kantong belakangnya sedikit lepas jahitannya. Petugas itu terlihat melaksanakan tugasnya dengan bersungguh-sungguh dan bersemangat. Wajahnya pun ceria.

Pemandangan itu sekilas tidak ada artinya sama sekali dan tidak ada hubungannya dengan kebimbangan Kang Bejo untuk membeli buku cacat. Namun, sekejap Kang Bejo menemukan benang merahnya. Robekan kantong celana petugas kebersihan tidak menguranginya untuk bekerja dengan sepenuh hati. Begitu juga dengan robekan buku itu pastilah tidak akan mengurangi makna yang terkandung di dalamnya.

Akhirnya, Kang Bejo membeli buku cacat tersebut.

(Image/Gambar: Satuguru NFT Assets)

 

Spread the love

Related post

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *