Mang “Cilung” yang Ulet
*Yudhi Kurnia
Hari selasa sore, waktu di mana aktifitas sekolah sudah mulai rehat selepas hiruk pikuk kepulangan siswa di Komplek Perguruan Muhammadiyah Antapani Bandung, membersamai anak, saya jajan dengan tukang jajan yang ada di depan sekolah. Jajanan yang kami sorot kala itu adalah tukang “Cilung”, cilung adalah kependekan dari Aci Gulung.
Cilung atau aci gulung menjadi makanan favorit para siswa selepas pulang sekolah. Sehabis pulang sambil menunggu jemputan saya memantau banyak anak yang berkerumun membeli panganan yang terlihat sederhana dan dengan bahan yang mungkin saja umum dengan jajanan lainnya, yang terdiri dari telur, tepung, ataupun toping lainnya seperti keju dan lada.
Selama membeli saya coba berdiskusi dan melontarkan sedikit pertanyaan tentang bagaimana membuat Cilung ini. Satu jawaban yang menurut saya unik, saya belajar lebih mendalam lagi tentang makna “Ulet” dari seorang Mang-mang penjual Cilung.
Ceritanya sebelum memutuskan jualan cilung, Mang-nya melakukan riset ke tukang cilung lainnya. Saat bertanya ia tidak mendapatkan jawaban memuaskan, karena faktor persaingan usaha. Katanya, Pedagang lain yang berjualan cilung enggan membagi resep membuat cilung kepadanya.
Hal inilah yang membuat dia memutuskan untuk melakukan “try n error” pada adonan cilung yang ia hanya lihat saja. Secara bahan mungkin yang ia pahami hanyalah apa yang Nampak oleh mata, hanya saja untuk adonan inti tidak ia temukan jawabannya selain ia harus mencoba dengan beragam adonan.
Pernah ia membuat adonan dari tepung terigu, akan tetapi gagal karena adonan yang dia buat tidak bertahan lama alias mudah basi. Kemudian ia coba bahan lain yaitu tepung beras, akhirnya dengan tepung beras inilah dia bisa membuat adonan cilung yang sesuai spek yang dia inginkan.
Selain bicara terkait adonan, urutan memasak bahan pun menjadi hal yang wajib diperlukan. Jika terbalik dalam urutan memasak maka terjadi adonan menjadi tidak matang sempurna.
Ia mengatakan, seminggu “riset” dengan mencoba berkali-kali, akhirnya dengan adonan andalan yang ia dapatkan berdasarkan pengalaman menjadikan Cilung buatannya enak, dan saya merasakannya.
Terima kasih mang Cilung telah mau berbagi resep yang bagi orang lain itu adalah lahan emasnya, tapi bagi mang cilungnya itu adalah bentuk kegembiraan atas apa yang telah Allah berikan kepadanya yaitu kemampuan untuk menyerap informasi dengan baik dan diberikan semangat untuk pantang menyerah. (yk)