Uang Kembalian
ari Jumat Pukul 2 siang menjelang pintu tol Tebet, Jakarta Selatan. Siang itu Kang Bejo menuju kantornya di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan. Dia sudah janji menerima tamu pukul 3 siang. Dengan asumsi bahwa hari ini dan waktu itu lalu lintasnya tidak padat, maka perhitungan Kang Bejo adalah sejam sampai di kantornya.
Seratus meter menjelang pintu tol, Kang Bejo sudah mulai mengambil jalur kanan, jalur kendaraan untuk masuk tol. Kang Bejo mengambil uang yg ada disamping kiri jok, hanya 4000 ribu rupiah, kurang seribu lima ratus.
Dia ingat di dompet ada selembar sepuluh ribu. Tetapi, ternyata tidak ada, padahal beberapa meter lagi sudah pintu tol. Kang Bejo mulai panik. Karena kalau tidak masuk tol, waktu tempuh bisa bertambah setengah jam, artinya akan terlambat setengah jam juga.
Apa boleh buat. Akhirnya, Kang Bejo urung masuk jalan tol dan terpaksa lewat jalan arteri. Sambil mengemudi dia mengingat-ingat kemana lembaran sepuluh ribu tadi. Dia ingat betul, ketika Jumatan di dompetnya ada selembar sepuluh ribu dan selembar lima ribu rupiah. Lembar lima puluh ribu dimasukkan ke kotak amal Jumatan.
Kang Bejo bermaksud mampir ke ATM agar bisa memasuki jalan tol melalui pintu tol berikutnya yaitu setelah perempatan kuningan.
Menjelang lampu lalu lintas Pancoran, Kang Bejo barulah teringat kalau dia tadi telah membeli minuman dingin seharga dua ribu. Dan teringat pula uang kembaliannya dimasukkan ke dalam kantong celananya. Benar juga, ketika Kang Bejo merogoh kantong celananya menemukan uang delapan ribu. Dengan uang diketemukannya uang itu, Kang Bejo membatalkan mampir ke ATM, toh kalau hanya untuk bayar tol cukup.
Dia sangat menyesali kelupaanya itu. Lupa yg berakibat fatal. Lupa yang bisa mempengaruhi jalan hidupnya. Tamu yang akan diterimanya termasuk penting dan berpotensi menjadi mitra bisnis yg besar. Sang tamu bisa membatalkan rencana pertemuannya, dan berarti batal juga atau paling tidak dapat menunda rencana kemitraannnya.
Dari mobilnya, Kang Bejo melihat ke arah jalan tol, lalu lintas sangat lancar. Kendaraan dapat melaju dengan kecepatan 60 km per jam.
Sementara di jalur arteri, antrean menjelang lampu merah Pancoran sudah mencapai panjang lebih kurang 200 meter. Kang Bejo mulai menyalahkan dirinya sendiri.
Setengah jam kemudian, Kang Bejo melewati perempatan Pancoran. Berbekal uang delapan ribu, Kang Bejo masuk jalan tol.
Sial, seratus meter selepas pintu tol, lalu lintas di jalan tol seolah tidak bergerak, macet. Sementara, lalu lintas di jalan arteri justru sebaliknya, lebih lancar.
Kang Bejo makin gelisah. Dengan kondisi lalu lintas seperti ini, sampai kantor bisa pukul 4, artinya terlambat satu jam dari jadwal.
Di dalam mobil yang beringsut meter demi meter, Kang Bejo hanya bisa termenung. Betapa manusia sekali lagi tidak punya daya upaya apapun untuk memastikan apa yang bakal terjadi sedetik di depannya. Betapa manusia sangat rentan dikalahkan oleh kelupaan yang sangat sepele. Betapa manusia akan limbung ketika daya ingatnya diambil beberapa saat. Manusia yang merasa serba tahu ternyata tidak berdaya ketika sebagian kecil ingatannya dibungkam. Hanya Allah-lah yang tidak pernah lupa sama sekali
(Image/Gambar: Satuguru NFT Assets)