Bersyukur Itu Sederhana, Meski Dunia Tak Selalu Ramah

Hari Jumat selalu terasa istimewa. Ia bukan hanya soal hari libur yang mulai mendekat, tapi juga tentang jeda sejenak untuk merenung dan bersyukur. Bagi seorang guru, jeda seperti ini seringkali langka — karena bahkan ketika jam pulang sudah lewat, pikirannya masih tersangkut pada RPP yang belum selesai, nilai yang harus diinput, atau laporan yang diminta “secepatnya”.
Mari kita jujur. Gaji guru, khususnya di sekolah negeri non-pegawai negeri, masih jauh dari kata layak. Beban administrasi kadang terasa lebih banyak daripada waktu yang benar-benar digunakan untuk mengajar dan mendampingi murid. Belum lagi jika ditambah dengan tanggung jawab sebagai wali kelas, pembina ekskul, atau bahkan petugas piket kebersihan karena petugas kebetulan tidak masuk.
Lalu, mengapa tetap bertahan?
Karena ada hal yang tak bisa dihitung dengan uang
Coba lihat kembali ke ruang kelas. Ada anak yang dulunya pemalu, kini mulai berani angkat tangan. Ada siswa yang sempat putus asa, kini mulai senyum karena merasa dimengerti. Di situlah letak kemuliaan profesi guru — bukan pada nominal gaji, tetapi pada nilai perubahan yang lahir dari ketulusan.
Syukur Bukan Berarti Menerima Ketidakadilan
Bersyukur bukan berarti diam terhadap sistem yang tidak adil. Guru tetap perlu bersuara, memperjuangkan hak, dan mencari cara agar profesi ini makin bermartabat. Tapi di sela semua perjuangan itu, syukur menjaga hati agar tidak patah. Syukur membuat langkah terasa lebih ringan meski beban masih berat.
Karena syukur bukan tentang jumlah yang kita terima, tapi tentang makna dari apa yang kita kerjakan.
Hari Jumat: Saatnya Menyiram Kembali Semangat
Di hari Jumat ini, izinkan diri untuk tenang sejenak. Tarik napas panjang. Ingat kembali alasan mengapa dulu memilih menjadi guru. Mungkin bukan karena uang. Tapi karena ingin menjadi cahaya. Dan cahaya sejati tak pernah mengeluh soal tempatnya diletakkan — entah di panggung besar, atau di lorong sekolah yang sepi.
Selamat hari Jumat, wahai guru. Semoga lelahmu jadi berkah. Dan sabarmu jadi jalan pulang. (Red)