Kembali ke “Fitrah” Pendidikan
*Oleh : Yudhi Kurnia
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Arti lainnya dari pendidikan adalah proses, cara, perbuatan mendidik. Sedangkan kata fitrah diartikan dengan sifat asli, bakat, pembawaan perasaan keagamaan. Fitrah manusia secara religius adalah beriman Islam. Tegasnya, fitrah atau keadaan jiwa (ruh) asli umat manusia adalah mengakui ketuhanan Allah Swt (QS. Al-A’raf:172), meyakini syariat Islam, dan siap serta mampu mengamalkannya.
Tulisan ini terinspirasi dari momentum idul fitri yang saat ini umat muslim jalani. Selepas ramadan selama satu bulan ini tentu dihadapkan pada perayaan “kemenangan” atas upaya-upaya dalam menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Ramadan adalah bulan pendidikan atau istilah lain menyebutkan sebagai syahrut tarbiyah. Semasa melewatkan ramadan umat muslim yang melaksanakan akan ditempa dalam beragam hal terutama dalam melatih diri untuk senantiasa mampu mendekatkan diri “taqorub” kepada Allah SWT dengan kegiatan-kegiatan keagamaan diantaranya adalah dengan puasa di siang hari, membaca alquran, ibadah salat tarawih, dan ibadah lainnya.
Bagi seorang guru, ramadan adalah satu ruang untuk kontemplasi atas kegiatan-kegiatan selama menjalani profesinya. Guru selayaknya menjadikan ramadan menjadi bagian meningkatkan kompetensi diri dalam menjalani ke-guru-annya. Mengingat kesabaran dalam mendidik siswa, saya teringat kisah dari seorang Imam Syafi’I manakala mengajarkan kepada muridnya yang bernama Robi’ bin Sulaiman. Dalam kisahnya robi’ bin sulaiman ini adalah murid dari imam syafi’I yang sulit sekali menerima pelajaran, sehingga ia merasa minder. Akan tetapi dengan kesabarannya, sang imam tetap mengajarinya dengan pelan dan perlahan. Bukan hanya itu dalam kisahnya, sang imam memberikan wejangan dengan menasihati muridnya untuk terus meminta diberikan pemahaman oleh Allah SWT melalui doa-doanya.
Hingga pada akhirnya, berkah kesabaran sang imam dalam mengajar dan mendidik muridnya, serta dengan semakin dekatnya robi’ bin sulaiman kepada Allah SWT dengan rajin mendekatkan diri melalui salat dan doa-doanya, sehingga menjadikannya menjadi imam besar madzhab imam syafii. Kisah ini bisa dilihat di Kesabaran Imam Syafi’i dalam mendidik Santri – Ziarah Makam Para Wali (mustafit.blogspot.com)
Pada tulisan ini saya mencoba ingin menghadirkan penjelasan, bahwa fitrah dari pendidikan adalah hadirnya kesabaran seorang guru dalam mendidik, dan kesabaran seorang murid dalam menjalani pendidikan. Ramadan adalah wadah atau maqomnya seorang guru melatih kesabaran dan juga meningkatkan keimanan dan ketaqwaan.
Saat ini, dunia pendidikan terusik dengan peristiwa yang tidak mendidik yang hadir di tengah-tengah kita. Ada seorang murid yang tidak sopan terhadap gurunya, ada guru yang menampar dan memukul siswanya, kejadian ini terus berulang dan hadir menghiasi dinamika dunia pendidikan. Guru adalah manusia, muridnya pun demikian, sehingga sudah menjadi fitrahnya manusia untuk meminta kepada sang pemilik ilmu yakni Allah SWT, agar dijaga dan dilindungi dari beragam hal yang merugikan baik di dunia dan akhirat, untuk itu sudah menjadi kebutuhan sebelum dan selepas pembelajaran kita dianjurkan untuk berdoa. Doa adalah benteng agar apa yang menjadi upaya-upaya kita dalam pendidikan dan menjaga fitrah pendidikan itu tetap terjaga.
Kiranya momentum ramadan selama sebulan adalah tepat untuk kita kembali ke fondasi pendidikan yakni melatih dalam kesabaran. Untuk itu, guru-guru kita sering berpesan, bahwa pelatihan selama satu bulan harus terimplementasi pada kehidupan di sebelas bulan yang akan datang. Mari kita jaga diri kita, keluarga kita, dan para siswa-I kita untuk senantiasa bisa terus mendekatkan diri kepada-Nya.
Selamat hari raya idul fitri 1444 H, mohon maaf lahir dan batin.
*Guru SMP Muhammadiyah 8 Bandung, Mahasiswa S2 Manajemen Pendidikann FKIP Universitas Ahmad Dahlan
2 Comments
Tulisan tentang keprofesionalan seorang guru yang luar biasa. Berbicara tentang guru tidak akan ada habisnya. Karena berbicara tentang profesi guru sesungguhnya berbicara tentang kehidupan, adab, moralitas dan peradaban. Maka ketika Anda memilih menjadi guru maka hal pertama yang harus dibenahi adalah moralitas dan kesadaran akan tanggung jawab seorang pendidik untuk regenerasi umat.
Astukah Resti Dirindari
Sdit Attaubah Batam
Kepri
Terima kasih, Ibu Astukah.