Semua guru adalah Penggerak
Semenjak diluncurkannya program “Guru Penggerak” mengantarkan ke sebuah pemahaman baru yang berkembang, bahwa selain yang mengikuti program tersebut bukanlah seorang “guru penggerak”, apakah benar demikian?
Guru penggerak merupakan program yang diluncurkan sebagai satu terobosan dari Menteri Pendidikan saat ini. Guru “khusus” mendaftarkan diri untuk menjadi guru penggerak dan selanjutnya mengikuti kegiatan training guru penggerak selama kurang lebih 6-9 bulan. Pelatihan yang diselenggarakan tersebut dilaksanakan secara daring, hal ini dilakukan karena pandemi covid-19 yang masih masif terjadi sehingga harus demikian. Menurut informasi para guru penggerak proses yang harus dilalui sangat Panjang dan katanya membuat Lelah, hanya orang-orang yang semangat baja yang berhasil lolos hingga mampu mengangkat tropi “ guru penggerak”.
“Labeling” adanya guru penggerak ternyata menyebabkan sebuah isu baru di masyarakat pendidikan bahwa ada guru yang non penggerak. Hal ini ternyata mengakibatkan guru-guru yang non-penggerak seolah menjadi minder dengan guru yang sudah menjadi guru penggerak. “Tiket” khusus yang dimiliki guru penggerak saat ini juga cukup membuat public bertanya, yakni benarkah guru penggerak bisa langsung dicalonkan menjadi kepala sekolah? Label Guru Penggerak seolah-olah menjadi kasta tertinggi saat ini.
Guru adalah manusia biasa, yang mempunyai kewajiban sama dalam hal menuntut ilmu, yakni untuk terus menuntut ilmu sampai nanti, dalam kaidah agama Islam menuntut ilmu itu wajib hingga manusia itu mati. Untuk itu, layaknya seorang murid sepanjang hayat, maka guru memiliki beragam keunikan seperti yang dimiliki para siswa pada umumnya. Bisa jadi guru yang sedang jadi murid adalah guru yang ditempa dalam ruang lingkup “program guru penggerak”, bisa jadi guru yang tidak masuk ke area (guru penggerak) tersebut sejatinya sedang sama-sama belajar hanya di ruang ringkup yang berbeda.
Guru “yang bergerak di ruang lain” tersebut bisa jadi sedang belajar dengan serius dari sebuah buku yang mengajarkan tentang bagaimana pengelolaan kelas, administrasi kelas, pembuatan video pembelajaran, atau sedang menyimak sebuah video dari pakar pendidikan anak, tentang bagaimana mengelola emosi anak. Sehingga dengan pembelajaran yang telah ia lakukan secara mandiri tersebut menempatkannya dirinya menjadi guru yang mau berkembang dan berubah? Apakah ini layak untuk disebut guru penggerak?
Semua guru adalah penggerak, penempaannya sama yakni bagaimana meningkatkan mutu diri dalam memberikan layanan pendidikan kepada para siswa yang beragam saat ini. Ketika ada kata guru, maka penggerakpun sudah otomatis mengiringi. Yakini, bahwa menjadi guru yang mau belajar dan mengajar adalah “Guru Penggerak”, siapapun itu.
Redaksi Satuguru.id
4 Comments
Teruslah menjadi guru yang mau belajar, Berkarya, berbagi dan Berbakti untuk negeri ini.
Wowww … Kereeen Mr. Bams … Suka deh dg tulisannya. Pool banget gaya menulisnya yang khas …
Terima kasih Mr. Bams telah berbagi.
Semoga saya bisa ngintil di belakang Mr. utk menjadi guru yang bergerak meski bukan penggerak … 😂
guru penggerak hanya label yang dibuat kemdikbudristek, kita semua adalah guru penggerak.
Di masyarakat, terjadi dikotomi guru penggerak dan guru ‘malas’ bergerak. Dikotomi itu muncul seketika beberapa ‘kekhususan’ diberikan kepada guru penggerak. Padahal, guru penggerak tersebut merupakan bukti nyata hasil pendidikan guru yang ‘malas’ bergerak. Semoga dengan hadirnya dikotomi tersebut, tidak menyurutkan langkah para guru yang ‘malas’ bergerak itu. Bahkan, termarjinalkan oleh kebijakan yang memunculkan dikotomi tersebut. Sangat sederhana, tetapi memiliki makna yang mendalam…luar biasa, bergerak!