Filosofi Menulis
Menulis bukanlah sekedar menorehkan kata-kata yang dirangkum dalam kalimat sehingga membentuk sebuah paragraf.
Menulis juga merupakan aktivitas ruhaniah yang menjangkau dimensi transendental sebagaimana diwasiatkan oleh Ali bin Abi Thalib, yaitu “Semua orang akan mati kecuali karyanya, maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat kelak“.
Imam Al-Ghazali mengatakan “Kalau engkau bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis“.
Menulis Adalah Olah Pikir
Menulis pasti berpikir. Berpikir tentang kerunutan narasinya, pemilihan diksinya, pemilihan kata-katanya. Berpikir tentang penggunaan ejaan yang benar. Berpikir tentang keenakan keterbacaannya. Mustahil orang menulis tanpa berpikir. Semakin banyak menulis semakin banyak berpikir. Hal ini merupakan olah pikir yang pada gilirannya akan memola kita untuk mampu berpikir logis. Kata orang, banyak berpikir adalah satu cara mencegah kepikunan.
Menulis Adalah Olah Rasa
Saat menulis, perasaan kita akan ikut hadir dalam kalimat-kalimat yang ditorehkan. Apalagi jika menulis tentang objek yang berkaitan dengan kemanusiaan. Keinginan agar tulisannya menarik dan kaya warna pastilah mengolah rasa.
Menulis Adalah Berbagi
Dengan menulis kita menceritakan kepada orang lain tentang pengalaman, pengetahuan ataupun jalan pikiran kita tentang apa saja. Apapun yang kita tulis, diharapKan ada nilai-nilai positif yang dapat dipetik oleh pembacanya, meskipun itu hanya sebuah kalimat.
Menulis Adalah Seni
Kegiatan menulis juga tidak bisa dilepaskan dari unsur seni, yaitu seni merangkai kata. Kata mengandung makna yang tidak jarang bersifat konotatif. Dengan seni, rangkaian kata-kata bisa membangkitkan imaginasi berbeda di antara pembacanya. Setiap pembaca punya imaginasi masing-masing pada konten tulisan kita. (isn)
3 Comments
Subhanalloh tulisan indah menambah ckrawala dalam berliterasi
Terimakasih, ilmunya menambah wawasan untuk berliterasi yang bermakna yang akan menjadikan keabadian
inspiratif sekali.