Apa itu Key Opinion Leader (KOL)?
Saat ini Masyarakat luas pada umumnya sangatlah aktif dalam berinteraksi pada social media, sehingga mendorong para brand atau produk untuk membangun image atau kesan yang baik pada social media. Karena bentuk awareness yang sangat tinggi berbanding lurus dengan trafik suatu platform (dalam hal ini social media), maka mereka pun mulai berbondong-bondong untuk meningkatkan pasar yang lebih spesifik, dan terlebih lagi pada platform tersebut konsumen dapat berinteraksi langsung atau langsung dapat memberikan responnya terhadap suatu produk atau brand, oleh karena itu penggunaan influencer marketing atau juga dikenal sebagai KOL (Key Opinion Leader) kian marak untuk mempromosikan brand terkini.
Trend dunia marketing terus berubah mengikuti perkembangan zaman. Teknik pemasaran konvensional mulai ditinggalkan karena ada teknik lain yang terbukti mampu menggerakan jarum di lapangan dengan biaya yang lebih murah. Dalam hal ini, influencer sering dipilih sebagai salah satu cara marketing yang efektif.
Menurut Wikipedia, Key Opinion Leader (KOL) adalah orang atau pihak yang dipercaya memiliki pengetahuan terkait bidang tertentu dan mampu memberikan efek posistif terhadap perilaku konsumen.
Secara sederhana, kita bisa mengartikan Key Opinion Leader sebagai orang yang memiliki pengaruh kuat dalam sebuah circle.
Jika kita bekerjasama dengan mereka, harapannya campaign yang kita buat bisa diterima oleh circle dari KOL tersebut.
Berdasarkan report dari Allison+Partners Asia Influence Impact, November 2017, sebanyak 95% para netizen yang sangat antusias dengan brand tertentu ternyata mengikuti para KOL atau influencer marketing terkait dalam jejaring sosial mereka. Data ini menunjukan bahwa penggunaan KOL dapat lebih efektif mencapai target yang spesifik dibandingkan dengan penggunaan iklan konvensional seperti TVC maupun billboard. Hasilnya, saat ini para brand harus benar- benar selektif dalam memilih influencer mereka.
Sebagian dari kita masih melihat bagaimana populernya figur–figur yang terampang di berbagai billboard maupun iklan televisi. Pada masa itu, kita melihat bahwa brand ambassador merupakan satu-satunya figur yang melekat pada brand. Namun, dengan perkembangan digital yang memudahkan netizen untuk berinteraksi langsung dengan brand, bentuk periklanan konvensional seperti itu dirasa kurang efektif dalam menyentuh lapisan masyarakat secara langsung.
Pada akhirnya, sejumlah influecer marketing, seperti artis Instagram dan vlogger – sebutan bagi mereka yang sukses menarik perhatian publik di platform digital kian menjadi pilihan brand untuk menjadi medium pemasaran mereka. Influencer marketing dipercaya dapat lebih engage terhadap netizen dalam menyampaikan pesan yang lebih dapat diterima oleh publik.
Emarketer, dilain artikel juga menyebutkan hal tersebut tidak hanya terjadi di Amerika Serikat, bahkan untuk cakupan Global, sebanyak 80% dari keseluruhan sudah memiliki rencana untuk melakukan satu campaign dengan memanfaatkan influencer. Apakah itu berhasil? Pertanyaan yang bagus, untuk mengetahui apakah marketing influnecer layak atau tidak untuk dilakukan, kita bisa melihat hasil dari mereka yang sudah menerapkan. Dan fakatanya, lebih dari 80% pihak yang menggunakan strategi ini mengaku influnecer marketing adalah salah satu strategi pemasaran yang cukup efektif. Kerjasama dengan KOL terbukti mampu meningkatkan interaksi pada konten yang mereka buat yang pada akhirnya memicu terjadinya transaksi.
Beberapa ahli juga sepakat mengenai hal ini. Neilsen pada tahun 2015 memberikan statment bahwa pemasaran paling efektif adalah pemasaran yang dilakukan oleh mereka yang kita kenal dan memiliki kemampuan, sehingga timbul rasa percaya. Penerapan strategi influencer marketing kian populler seiring meningkatnya penggunaan sosial media. Bahkan sudah ada yang mempredisikan kalau pada tahun 2020 nanti, pasar influencer akan meningkat menjadi $10 miliar, tentu ini bukan angka yang kecil.
Tidak bisa dipungkiri bahwa sejak hadirnya sosial media, cara memilih Key Opinion Leader menjadi lebih mudah karena kita bisa langsung mengamati audiens atau follower dari influencer yang akan kita pilih. Dan yang lebih menggembirakannya lagi, sosial media memberikan kita pilihan untuk menggunakan influencer mikro dimana efek dari kerjasama ini jauh lebih murah namun tetap efektif.
Jenis-Jenis KOL/Influencer?
Seberapa banyak audiens yang dimiliki adalah salah satu tolak ukur yang bisa kita gunakan untuk menentukan tipe influencer.
Jika dalam sosial media, hal ini erat kaitannya dengan follower. Ada empat jenis influencer, dan berikut pembahasannya:
– Mega Influencer: ini adalah tingkat tertinggi, jumlah pengikut lebih dari satu juta, dan biasanya adalah orang terkenal. Tidak ada ada spesifikasi khusus terkait keahlian yang dimiliki, biasanya mereka hadir dali golongan dunia hiburan. Jangkauan dari mega influencer sangat luas, namun dalam hal mempengaruhi, tipe influencer ini masih kalah dengan micro influencer.
– Macro Influencer: dibawah mega ada macro influencer, banyak pihak yang menyebutkan kalau macro influencer ini adalah orang yang memiliki pengikut antara 100.000. Namun cukup sulit untuk mengkategorikan figure kedalam kategori macro atau mega influencer, karena memang tidak ada ukuran pasti.
– Micro Influencer: diurutan yang ketiga ada micro influencer yang biasanya memiliki follower antara 1.000 sampai dengan 100.000 dan memiliki kegemaran yang sama. Berbeda dari dua tipe sebelumnya, si micro influencer ini lebih terkenal karena keahlianya dibidang tertentu. Hubungan atau interaksi mereka dengan pengikutnya juga lebih baik dibandingkan dengan dua tipe sebelumnya. Karena mereka terkenal spesialis topik tertentu, tentu saja dalam hal mempengaruhi pengikutnya, mereka lebih baik.
– Nano Influencer: dan tingkatan paling bawah ada Nano Influencer, yaitu seorang yang memiliki follower antara 1.000 pengikut dan hanya terkenal dalam sebuah lingkungan kecil dia sendiri.
Nah untuk kalian yang tertarik untuk menjadi KOL, pertama-tama kalian harus bisa menentukan minat atau kesenangan kalian. Karena akan lebih mudah untuk mengembangkan dan menjalankan sesuatu jika hal itu dilakukan karena minat dan rasa suka. Setelah itu tekuni dan gali terus potensi kalian pada bidang tersebut, jalin komunikasi dua arah antara kalian dan audience (followers/subscriber) kalian. Jika kalian sudah memiliki trafik yang bagus dan terus bertambah, kalian akan mulai mendapatkan pasar kalian sendiri.