Pemulung Yang Ber-qurban
Di tahun 2012, menjelang Idul Adha 1433 H, media ramai memberitakan tentang dua orang, suami istri yang berprofesi sebagai pemulung yang mempersembahkan dua kambing terbaik untuk hewan qurban. Mak Yati (55) dan suaminya Maman (35) sudah hidup di Jakarta selama 40 tahun. Mereka tinggal di gubuk triplek berukuran 3 x 4 m di dekat tempat sampah jalur hijau di daerah Tebet Jakarta Selatan.
Dua pemulung ini hanya berpenghasilan Rp. 25.000, – per hari, namun tekad berqurbannya sangat luar biasa. Niat mulia menunaikan perintah agama ini menembus sekat keterbatasan ekonomi mereka berdua. Mak Yati sempat ditertawakan teman-temannya saat bercerita tentang niatnya itu.
“Pada ketawa, bilang sudah pemulung, sudah tua, nggembel, ngapain qurban,” cerita Mak Yati.
Tapi Mak Yati tak peduli dan akhirnya menuntaskan niatnya untuk membeli hewan qurban. Setelah menabung selama 3 tahun, Mak Yati bisa berkurban di Tahun 2012. Dia dan suaminya membeli dua ekor kambing masing-masing berharga Rp. 1 juta dan Rp. 2 juta. Dua ekor kambing yang diserahkan oleh pasangan pemulung ini justru paling besar di antara kambing-kambing lainnya. Bahkan, Juanda (50) salah satu pengurus Masjid Al Ittiad, tempat dua pemulung ini berqurban, menangis terharu menerima dua kambing itu.
“Saya nangis, tidak kuat menahan haru,” ujar Juanda.
Rasa haru ini juga dirasakan oleh jamaah shalat Idul Adha saat mendengar pengumuman adanya hewan qurban dari pasangan pemulung lewat pengeras suara sebelum shalat ditunaikan.
Apa yang dikatakan Mak Yati saat menyerahkan hewan qurban sungguh bisa melembutkan hati kita.
“Pada bilang apa tidak sayang, mending uangnya untuk yang lain. Tapi saya pikir sekali seumur hidup masak tidak pernah qurban. Malu Cuma nunggu daging qurban,” beber Mak Yati.
Pasangan pemulung ini telah mampu membebaskan diri dari merendahkan kemampuan diri sendiri. Mereka juga telah merdeka dari lingkungan yang meremehkan untuk terus menunaikan niat dan tekadnya berqurban. Dengan tekad yang kuat, semua hambatan dan rintangan bisa dilewati. Mak Yati dan suaminya mampu mengubah anggapan yang tidak mungkin menjadi kenyataan yang mudah ditunaikan.
Fenomena kesungguhan dan tekad kuat pasangan pemulung yang mempersembahkan hewan qurban terbaik untuk berqurban merupakan teguran lembut bagi siapapun. Saya dan mungkin diantara kita tidak jarang mencari-cari alasan untuk tidak berbuat kebaikan, selalu mencari-cari uzur agar hanya mendapat tugas ringan saja atau lalai mempersiapkan diri untuk mempersiapkan karya terbaik yang bermanfaat bagi orang lain.
Tuhan menampilkan sosok Mak Yati dan Maman untuk mengingatkan manusia khususnya di Indonesia tentang pengorbanan dalam kondisi sempit dan terbatas. Dalam kondisi yang sangat terbatas, tidak ada alasan untuk mempersembahkan pengorbanan dengan kualitas terbaik demi mendapat ridla Tuhannya.
Tuhan Maha Adil. Mak Yati dan suaminya mendapat imbalannya langsung di dunia. Akhirnya Mak Yati dan suaminya mendapat perhatian dan bantuan dari pemerintah. Atas keikhlasannya berkurban, pasangan suami istri ini akan dihadiahi rumah dan diberikan pekerjaan yang layak oleh Menteri Sosial, Salim Segaf Al Jufri.
(Sumber:http://sosok.kompasiana.com)