RAIHLAH JEMARIKU, SUPAYA KAMI TETAP KUAT DAN TEGAR
Saya sebagai seorang guru yang berada di daerah, jujur mengalami kendala. Masalah pendidikan kita masih bisa terbilang harus diperbaiki. Bahkan hal yang penting ini masih saja mengundang pro dan kontra dari beberapa kalangan politik bahkan masyarakat. Beberapa orang dari pro mengatakan bahwa pendidikan itu penting dan wajib bagi setiap orang agar menjaga kualitas sumber daya manusianya.
Potret pendidikan di pelososk memang jauh berbeda dengan di daerah perkotaan. Hal inilah yang perlu menjadi perhatian penuh dalam membenahi faktor penyebab pendidikan di Indonesia masih jauh dari kata sempurna. Sempurna hanya pada segelintir atau sekelompok tertentu saja.Mengapa pendidikan kita tidak mengalami perubahan yang signifikan terhadap kemajuan Pendidikan. Banyak penyebab yang menjadikan pendidikan di Indonesia belum merata, beberapa diantaranya adalah faktor minimnya sumber daya masyarakat (SDM), rendahnya kualitas guru, kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang untuk pendidikan, mahalnya biaya pendidikan, dan lain sebagainya. Kualitas sarana fisik pendidikan di Indonesia masih jauh dari kata sempurna. Hal ini bisa juga disebabkan oleh faktor eksternal dan internal seperti kurangnya motivasi,konsep diri, minat kemandirian belajar, sedangkan faktor eksternal seperti sarana dan prasarana, guru dan orang tua.
Memang masih terlihat dengan jelas potret pendidikan yang ada di pelosok, perlu pembenahan dalam sarana prasarana khususnya sekolah yang berada di daerah. Setiap kebijakan pasti ada yang namanya kontra atau berlawanan dengan kebijakan yang dibuat. Dan beberapa kalangan politik yang kontra mengatakan bahwa dana yang dikeluarkan cukup besar sedangkan banyak hal utama yang harus dituntaskan terlebih dahulu. Ada juga yang mengatakan bahwa pendidikan bukan yang utama melainkan kualitas skill dari seseorang yang harus diasah karena ketika di pekerjaan tidak semua pekerjaan menggunakan pelajaran seperti matematika,kimia,fisika bahkan biologi.
Membahas bahwa sumber daya manusia yang berkualitas termasuk dalam faktor krusial di era global saat ini. Hal ini lebih penting dibandingkan dengan sumber daya alam yang melimpah. Kebijakan peningkatan kualitas pendidikan diarahkan untuk mencapai kualitas pendidikan yang dijadikan dasar untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja satuan dan program pendidikan.
Pendidikan adalah hal terpenting bagi setiap negara untuk maju. Negara besar akan menempatkan pendidikan sebagai prioritas pertamanya, karena dengan pendidikan, kemiskinan rakyat di bangsa akan berubah menjadi kesejahteraan. Namun, dalam perkembangannya, pendidikan di Indonesia harus menghadapi beberapa masalah di setiap fasenya. Masalah-masalah itu hanya dapat diselesaikan dengan partisipasi dari semua kontributor dalam sistem pendidikan, seperti orang tua, guru, kepala sekolah, masyarakat, dan juga siswa itu sendiri. Dalam fase input, orang tua memiliki kontribusi besar untuk memperkenalkan nilai-nilai baik kepada anak-anak mereka. Orang tua memiliki tanggung jawab besar untuk mendidik anak-anak mereka dengan nilai-nilai kepemimpinan, sehingga mereka memiliki persiapan yang cukup untuk menjadi pemimpin kelahiran awal ketika mereka masuk ke institusi formal, yaitu sekolah. Dalam fase proses, orang tua dengan kepala sekolah dan guru, bersama-sama memperkuat siswa untuk hidup bersama dengan nilai-nilai kepemimpinan yang baik melalui budaya organisasi di sekolah.
Selain harus adanya peran pemerintah peran orang sekitar juga penting terhadap pendidikan generasi muda atau generasi emas. Jadi kita harus bisa saling bahu membahu untuk menuntaskan permasalahan pendidikan ini hal ini harus dilakukan dikarenakan pendidikan merupakan pondasi awal seseorang untuk membuka pola pikir atau pandangan terkait mana yang baik dan mana yang salah.
Kebijakan yang terus berubah-ubah hanya akan membuat kebingungan bagi para siswa dan guru, yang nantinya akan berakibat pada kualitas pembelajaran siswa itu sendiri. Pemerintah harus menetapkan sebuah kebijakan sistem pendidikan yang mendukung dan merangsang daya pikir serta kreativitas siswa. Selain itu, pendidikan karakter juga tak kalah penting untuk mendukung terciptanya SDM yang berkualitas dan berdaya saing.
Meningkatkan kualitas tenaga pendidik. para tenaga pendidik yang ada di Indonesia masih sedikit yang memiliki kualifikasi yang layak. Kualitas dari tenaga pendidik ini perlu diperhatikan, hal ini karena tenaga kependidikan sangat berperan penting dalam pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Selain itu, para tenaga kependidikan harus mampu memberdayagunakan sumber pembelajaran yang lebih beraneka ragam dan menarik bagi para siswa.
Penanaman pendidikan karakter kepada siswa. Pendidikan berupa pengetahuan memang sangatlah penting terutama di era sekarang ini. Namun, perlu diingat, pendidikan karakter juga tak kalah penting dalam kehidupan sehari-hari. Sebuah ilmu tanpa di dampingi dengan akhlak yang baik, maka sama dengan sia-sia. Sekarang ini, akhlak dari para generasi sekarang seolah mengalami kemunduran, contohnya saja banyak kasus murid terhadap gurunya yang sekarang marak terjadi. Hal ini sudah menjadi pola pikir yang salah dan bisa menjadi turun temurun jika penanaman karakter kepada siswa itu tidak diterapkan di sekolah maupun di masyarakat.
Hal yang sangat diperlukan lagi-lagi adalah masalah dana. Jika ingin melakukan pemerataan pendidikan secara menyeluruh, tentunya dibutuhkan biaya yang cukup besar. Hal lain yang menjadi penghalang adalah masalah keterjangkauan. Akses yang sulit dijangkau membuat pemerataan ini akan sulit terwujud.
Selain itu juga bisa mencetak generasi muda yang cerdas, berkualitas, dan berkompeten, dan yang paling penting adalah mempunyai daya saing dalam dunia pekerjaan sehingga tenaga kerja lokal tidak akan kalah lagi dengan tenaga asing di dalam negeri sendiri. Sehingga selain bisa memecahkan solusi pendidikan bisa juga memecahkan permasalahan kemiskinan karena kualitas sumber daya manusianya bisa bersaing di dunia kerja sehingga meminimalisir pengangguran atau kemiskinan di Indonesia.
Berdasarkan pengalaman saya mengajar di sekolah menengah atas, masih ada guru-guru yang cara mengajarnya bersifat komunikasi satu arah atau cenderung teacher-centered. Menurut saya, alasannya adalah model pembelajaran yang digunakan guru-guru tersebut tidak inovatif dan lebih didominasi oleh ceramah. Bukan berarti bahwa saya lebih baik dari mereka, tetapi itu merupakan gambaran kendala yang dihadapi guru di lapangan.
Guru ideal adalah guru yang mampu memilih model pembelajaran inovatif untuk menjadikan para siswa bersemangat mengikuti pelajaran. Melalui penerapan model pembelajaran yang inovatif ataupun penggunaan alat-alat peraga yang bervariasi, suasana belajar akan lebih bersifat student-centered.
Suatu pekerjaan akan terasa indah dan bermakna apabila dikerjakan dengan penuh semangat. Sosok guru ideal tentunya memiliki semangat dalam mengajar; tidak ada kata menyerah dalam melakukan sesuatu. Semangat adalah energi positif yang akan terus mendorong guru tersebut menjadikan para siswanya berhasil.
Semangat yang guru miliki membuat mereka melakukan segala pekerjaan dengan senang hati meskipun banyak tantangan yang harus dihadapi. Guru yang tidak memiliki semangat mengajar akan merasa pekerjaannya melelahkan dan membosankan.
Mengapa guru harus memiliki semangat mengajar? Karena guru mengajar tidak hanya satu hari, satu minggu, satu bulan, atau satu tahun. Menjadi guru adalah pekerjaan sepanjang hayat, maka itu semangat mengajar harus melekat dalam diri tiap guru.
Guru ideal adalah teladan bagi siswanya, seperti dalam ungkapan Guru digugu dan ditiru. Seorang guru harus bisa dipercaya dan menjadi contoh baik bagi siswanya. Guru adalah cermin bagi siswa untuk menerapkan nilai-nilai karakter yang baik. Untuk mewujudkan itu memang tidak mudah; perlu banyak pengorbanan, baik dari segi materi, waktu, tenaga, dan pikiran.
Menurut Santrock karakter guru yang efektif yaitu menguasai materi pelajaran dan keahlian atau keterampilan mengajar yang baik, memiliki strategi pengajaran yang baik dan didukung oleh metode penetapan tujuan, rancangan pengajaran serta manajemen kelas, dan membutuhkan komitmen dan motivasi.
Penguasaan terhadap materi, konsep, struktur dan pola pikir keilmuan yang dapat mendukung pembelajaran yang dikuasai. Penguasaan terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar setiap mata pelajaran atau bidang yang dikuasai. Melakukan pengembangan materi pembelajaran yang dikuasai dengan kreatif.
Menjadi guru yang ideal dan inovatif adalah sebuah tuntutan yang tidak bisa ditawar-tawar dan dielakkan lagi. Masa depan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kader-kader muda bangsa. Sedangkan penanggung jawab utama masa depan kader-kader muda tersebut salah satunya berada di pundak guru, karena gurulah yang langsung berinteraksi dengan peserta didik dalam membentuk kepribadian, memberikan pemahaman, menerangkan imajinasi dan cita-cita, membangkitkan semangat, dan menggerakkan kekuatan dan potensi dahsyat dari peserta didik.
Dari gurulah peserta didik membayangkan masa depannya, mencanangkan sebuah impian hidupnya, dan melihat jauh ke angkasa, terbang setinggi langit laksana anak panah yang lepas dari busurnya. Jika busurnya (dalam hal ini guru) mempunyai kekuatan besar dan visi yang jauh ke depan, maka anak panah (peserta didik) akan melesat jauh ke depan. Namun jika busurnya lemah dan tidak visioner, maka anak panah hanya melesat lemah, bahkan gagal melesat karena hilangnya kekuatan. Disinilah seorang guru dituntut menjadi busur yang kuat, dinamis, visioner, dan powerful sehingga mampu melesatkan potensi dan cita-cita peserta didik tinggi jauh ke angkasa, menjadi orang yang mampu memberikan manfaat penuh bagi kemajuan dunia.
Ketika guru yang hadir adalah mereka yang energik, interested, berwawasan luas, humoris, dan mampu menguasai kelas, maka kedatangan guru tersebut sangat dinanti peserta didiknya, karena yang keluar darinya adalah mutiara-mutiara emas yang sulit untuk diulang untuk kedua kalinya. Ia bagaikan lampu yang menyinari kegelapan, matahari yang memberikan secercah harapan, bintang yang menunjukkan impian, dan bulan purnama yang menyirami kedamaian, keindahan, dan ketenangan batin. Sebaliknya ketika guru yang masuk adalah mereka yang tidak bisa mengemas pelajaran menjadi menu yang menarik dan selalu membuat siswanya terbebani, maka kehadirannya dibenci oleh para siswa yang diekspresikan dengan banyak hal yang tidak baik, misalnya tidak memperhatikan keterangan guru, mengantuk, tidur, mengobrol dengan temannya, membuat keributan, bahkan keluar kelas.
Untuk itu agar menjadi guru ideal dan inovatif yang mampu melesatkan anak panah dengan kekuatan penuh ke angkasa, maka ada cara yang bisa menjadi renungan bersama yaitu:
1. Menguasai Materi Pelajaran secara Mendalam
Menguasai materi pelajaran adalah syarat utama menjadi guru yang ideal dan inovatif. Dengan menguasai materi, kepercayaan diri akan terbangun dengan baik, tidak ada rasa was-was, dan bimbang terhadap pertanyaan peserta didik. Ketenangan bisa diraih dan kepuasan peserta didik bisa didapatkan. Guru yang ideal dan inovatif adalah guru yang mengajar materi pelajaran yang menjadi bidang, bakat, dan spesialisasinya.
2. Mempunyai Wawasan Luas
Perubahan-perubahan yang terjadi setiap saat akibat revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi informasi dan komunikasi berjalan dalam hitungan detik. Apa yang terjadi di Amerika Serikat, Australia, Mesir, Lybia, Jepang, dan belahan planet bumi lainnya dapat diketahui pula dalam hitungan detik melalui berbagai media, seperti televisi dan internet.
Sudah seharusnya seorang guru mengikuti informasi-informasi ini, sehingga cakrawala dan pola pemikirannya menjadi luas, mendunia, dan up to date. Siswa akan bangga mempunyai guru yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas, cakrawala dan pola pemikiran yang mumpuni, dan hal-hal baru yang selalu fresh. Selalu ada hal-hal baru yang disampaikan seorang guru akan menjadi salah satu daya tarik siswa yang bisa menggugah semangatnya mengikuti pelajaran guru bersangkutan.
3. Komunikatif
Guru yang suka menyapa dan memperhatikan kondisi muridnya lebih diterima peserta didiknya dari pada guru yang egois, yang datang hanya untuk menerangkan pelajaran, setelah itu pulang. Ia tidak mau peduli persoalan anak didiknya. Yang penting ia datang mengajar sampai batas ditentukan, kemudian pulang.
Disinilah pentingnya guru berkomunikasi dengan peserta didiknya, menyapa peserta didik, menanyakan bagaimana kondisinya, capek, lemas, atau tetap semangat. Ketika guru bertanya kepada peserta didik, maka peserta didik akan merasa diperhatikan, sehingga guru dianggap bagian darinya.
4. Dialogis
Pada prinsipnya tugas guru tidak hanya mengajar, tapi juga menggali potensi terbesar peserta didiknya. Tugas ini sulit terlaksana kalau dalam mengajar, seorang guru hanya mengandalkan metode ceramah, tanpa ada ruang tanya jawab. Pikiran murid tidak berkembang, dan semangat mengembangkan materi menjadi lemah. Disinilah pentingnya tanya jawab interaktif yang melibatkan dua atau tiga arah, misalnya murid bertanya, kemudian ditanggapi oleh siswa lainnya dan terakhir guru menanggapi kembali.
5. Menggabungkan Teori dan Praktik
Peserta didik akan mudah jenuh kalau hanya dijejali dengan teori tanpa ada praktik. Praktik sangat diperlukan sebagai media menurunkan, mengendapkan, dan melekatkan pemahaman materi pada otak peserta didik. Dengan praktik, ilmu pengetahuan dapat berkembang dengan pesat. Peserta didik pun terlatih untuk menerapkan ilmu yang dipelajarinya. Dari sinilah peserta didik akan mengevaluasi pemahamannya terhadap materi yang diajarkan. Hal ini akan mendorongnya untuk mendengarkan dan berusaha memahami keterangan gurunya. Ia akan bertanya kalau belum memahami materi yang disampaikan gurunya, sehingga ketika praktik ia tidak ketinggalan dengan teman-temannya yang sudah bisa.
6. Bertahap
Belajar ilmu yang baik adalah setahap demi setahap, dari satu dua dan seterusnya. Materi yang disampaikan harus berurutan, tidak meloncat-loncat. Ketika mengajar seorang guru harus arif dan bijaksana. Jangan memberikan semua pengalaman dan ilmu kepada peserta didik dalam satu kesempatan. Berilah sedikit demi sedikit agar peserta didik bisa menerimanya dengan baik.
7. Mempunyai Variasi Pendekatan
Dalam proses belajar mengajar, seorang guru harus mempelajari banyak pendekatan pengajaran. Dengan menguasai pendekatan pengajaran yang banyak, proses belajar dan mengajar dapat berjalan secara variatif, tidak monoton dan selalu segar.
8. Tidak Memalingkan Materi Pelajaran
Dalam mengajar seorang guru harus berkonsentrasi penuh pada satu arah, satu target, dan satu tujuan yang dicanangkan, sehingga hasilnya bisa maksimal. Jangan sampai diajak berbicara jauh tentang politik yang justru menghabiskan waktu mengajar karena mengikuti selera dan kepentingan guru. Oleh sebab itu seorang guru harus membuat silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), target pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.
9. Tidak Terlalu Menekan dan Memaksa
Seorang guru harus berusaha untuk mengajar secara alami, tidak terlalu menekan dan memaksa peserta didik. Kalau memaksa dan menekan murid, efeknya tidak positif bagi perkembangan psikologinya. Guru harus bisa menyelami psikologi peserta didik, memberikan materi secara mengalir sesuai falsafah air yang mengalir secara pelan, mampu menerobos hal-hal sulit dan merobohkan hal-hal besar dengan ketekunan, kerajinan, dan kesungguhan.
Jika peserta didik diberi target terlalu tinggi, kemudian melakukan penekanan bahkan pemaksaan di luar batas kemampuan mereka, maka kegiatan belajar mengajar tidak berjalan secara menyenangkan.
10. Memiliki Selera Humor
Salah satu ciri guru ideal dan inovatif adalah berwatak dinamis, kompetitif, tapi juga memiliki selera humor. Di tengah kepenatan pikiran, keletihan fisik, dan kebosanan berpikir sifat humor dari guru sangat diperlukan. Dengan selera humor yang tinggi, seorang guru bisa memecah suasana yang menjenuhkan, menghilangkan kepenatan, dan meyegarkan pikiran peserta didik. Dalam humor ini guru tidak boleh berlebih-lebihan, apalagi sampai mengganggu konsentrasi lingkungan belajar di sekitarnya.
Menjadi guru ideal adalah impian setiap pendidik; sosoknya selalu didambakan oleh peserta didik. Guru ideal mampu menyelami hati peserta didiknya sehingga ia menjadi panutan bagi lingkungannya. Guru ideal selalu dirindukan karena mampu membangun karakter setiap peserta didiknya.
Guru ideal merupakan pengganti orang tua yang mampu memberikan pendidikan kognitif, afektif, dan psikomotorik bagi anak didiknya. Sosok yang mampu menciptakan suasana kelas lebih hidup, lebih aktif, dan menyenangkan. Guru ideal tidak akan pernah kehabisan cara untuk mentransfer ilmunya menjadi pembelajaran nyata.
Guru ideal sanggup “menghipnotis” peserta didiknya, dari yang semula murung, sedih, kurang semangat, dan malas, menjadi ceria dan mampu mencapai keinginannya. Sosok guru seperti itulah yang dirindukan oleh peserta didik. Sosok yang paham akan tanggung jawab dan profesinya, serta karakter setiap peserta didiknya.
Guru ideal tidak cukup sebatas bisa mengajar atau menjelaskan pelajaran hingga menjadi mudah dipahami. Terlalu sempit bila guru ideal diartikan sebatas keahlian profesi atau pekerjaan.
Guru ideal juga harus memiliki ciri-ciri berikut:
- Mampu menciptakan karakter pembelajaran yang mengena di hati peserta didik. Dengan demikian, pembelajaran yang kontekstual pun dapat terwujud.
- Mampu menjawab semua tantangan zaman dengan beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang semakin maju.
- Mampu disiplin dengan waktu, termasuk dalam mengaplikasikannya ke pembelajaran.
- Mampu mengendalikan emosi sehingga tidak mengganggu proses mengajar. Dengan demikian, ia dapat bijak dalam menanggapi berbagai persoalan.
- Mampu menciptakan materi pembelajaran yang memancing kreativitas dan inovasi. Dengan demikian, aktivitas belajar bukan sebatas transfer of knowledge, tetapi lebih ke pembelajaran yang bermakna (meaningful learning).
- Mampu membuat rencana pembelajaran yang dapat dilaksanakan.
Guru tidak hanya memiliki satu jenis kecerdasan, melainkan kompilasi dari berbagai bidang kecerdasan yang terpancar dari karakter dan perilakunya.
Dibutuhkan proses panjang untuk bisa menjadi guru ideal; guru harus melalui proses belajar dari banyak sumber. Guru harus bisa menata hati dan pikiran bahwa menjadi guru ideal adalah target kesuksesan seorang pendidik. Karakter guru ideal akan terbentuk setelah menjalani proses belajar yang panjang tersebut.
Guru ideal harus memiliki kecakapan akademis maupun non-akademis, seperti bidang keilmuan yang serumpun, intrakurikuler, dan ekstrakurikuler. Dengan kualifikasi pendidikan yang sesuai, ditunjang dengan pendidikan keprofesian, maka akan tercipta guru ideal yang cerdas.
Untuk bisa menjadi seorang guru ideal, seorang guru harus bisa membangun dirinya, serta mengarahkan dirinya menjadi pribadi yang sadar akan profesi dan tanggung jawab yang besar. Bangsa dan negara ini membutuhkan guru yang tidak hanya cerdas dan intelek, namun juga yang berkarakter, sehingga dapat menjadi teladan bagi peserta didiknya.
Apa ciri karakter guru yang ideal? Di era global, guru yang ideal adalah guru yang profesional dalam peranannya sebagai pendidik, pengajar, pelatih, inovator, dan motivator. Karakter guru yang ideal penting keberadaannya dalam perkembangan dan keberhasilan akademis murid. Karakteristik ini pun erat kaitannya pada kepribadian guru.
Sementara itu, kepribadian merupakan salah satu syarat inti dari elemen kompetensi guru profesional, selain kompetensi pedagogik. Kompetensi kepribadian adalah keseluruhan etika yang terpancar dari tutur kata, sikap, dan perilaku seorang guru yang mencirikan keteladanan.
Lalu, bagaimana ciri karakter guru ideal masa kini? Dalam upaya menjadi guru yang ideal dan profesional, dapat berupaya membangun dan mengasah lebih jauh dan dalam lagi.
Karakter guru yang ideal tahu bagaimana menetapkan tujuan yang jelas untuk keberhasilan belajar masing-masing murid, seluruh kelas, termasuk dirinya sendiri. Menetapkan tujuan belajar menjadi acuan dalam mengukur kinerja akademis, sekaligus memberi murid arahan yang jelas tentang cara meningkatkan kapasitas diri mereka.
Bagaimana caranya? guru dapat meninjau pemahamannya, alih-alih hanya menilai pengetahuan mereka dalam sebuah ujian. Proses ini memungkinkan untuk menjawab pertanyaan mereka dan memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang topik yang diajukan.
Kemudian, tawarkan umpan balik (feedback). Hal ini memungkinkan murid mengetahui sejauh mana kinerja dan kualitas mereka sesuai dengan harapan guru. Memberikan umpan balik yang rinci dan konstruktif demi menyatukan tujuan belajar yang berkelanjutan.
Karakter guru yang ideal hendaknya menguasai dan menjalankan kurikulum yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan adanya kurikulum di Indonesia, yang kita kenal sekarang Kurikulum Merdeka. Guru dapat mengetahui cara mengajar yang baik sesuai perkembangan pola pikir murid. Selain itu, seorang guru yang ideal juga harus menguasai materi yang diajarkan, karena materi belajar sangat berperan penting bagi peserta didik dalam mendapatkan informasi dan pengetahuan.
Materi pelajaran tidak akan membosankan jika guru juga terampil menggunakan metode pembelajaran yang beragam, tidak hanya berbentuk ceramah. Kini, dengan adanya teknologi, aktivitas belajar mengajar makin kreatif dan inovatif. Metode pengajaran yang tepat dan beragam dapat mendorong semangat murid untuk menjadi lebih giat dalam belajar.
Guru harus memiliki kemampuan komunikasi verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal berguna untuk mengidentifikasi kebutuhan murid, serta mengetahui kapan harus mendengarkan dan berbicara. Sementara, komunikasi nonverbal diterapkan dengan cara tertulis.
Selain pada murid, guru juga harus bisa berkomunikasi dengan jelas kepada orang tua murid, sesama guru, maupun masyarakat setempat. Hal ini berguna untuk turut serta memberikan arahan bagi para murid bahwa proses pelajaran tidak hanya dilakukan di lingkungan sekolah saja, tapi juga dalam hidup bermasyarakat.
Bagaimana cara berkomunikasi yang baik? Gunakan keterampilan mendengarkan secara aktif dengan cara menanggapi kebutuhan lawan bicara, baik kepada murid, sesama guru, atau orang tua murid. Sebagai guru tidak perlu malu jika kurang memahami perkataan lawan bicara, bisa meminta mereka untuk mengklarifikasi dengan cara mengubah pertanyaan atau permintaannya.
Semua yang dilakukan oleh guru akan begitu membekas dalam ingatan murid, sehingga sebagai guru sebaiknya bisa memberikan contoh atau teladan yang baik bagi mereka. Segala yang menjadi keberhasilan karakter guru tidak hanya diukur dari segi akademik, tapi juga non akademik yang berkaitan dengan kecerdasan emosional yang harus dimiliki para murid.
Caranya, guru perlu mewaspadai perilaku diri sendiri di mana pun dan kapan pun . Murid mengamati dan belajar cara bagaimana berbicara, bertindak, memperlakukan orang lain dan perilaku perkembangan lainnya dari guru di sekolah. Misalnya, menciptakan lingkungan kejujuran di kelas atau sekolah, dorong murid untuk jujur satu sama lain melalui percakapan terbuka. Memberi contoh yang baik dapat mendorong siswa untuk meneladani dan menerapkan contoh yang baik tersebut di kehidupannya.
Guru memang bertugas memberikan ilmu dan mendorong murid untuk belajar demi masa depan. Namun, bukan berarti guru bisa berhenti belajar, karena sejatinya selain memberi ajaran, guru juga harus menjadi pembelajar seumur hidup. Maka dari itu, guru juga dituntut untuk mengembangan kompetensi dirinya. Caranya dengan menyelesaikan kursus pendidikan berkelanjutan dan mengejar peluang pengembangan profesi di luar kelas, seperti mengikuti kelas online tentang teknologi pendidikan, workshop mengenai penerapan kelas yang interaktif, dan lain sebagainya.
Sekarang marak kegiatan online, semua guru bisa terlibat dalam kegiatan itu yang terpenting adalah guru mau mengembangkan kemampuannya dan selalu ingin belajar.
Sifat dan kemampuan mudah menerima perbedaan atau agreeableness harus terus dibina semua guru. Sifat ini juga mengacu pada kemampuan memahami pendapat orang lain, rendah hati, memiliki belas kasih kepada sesama, kooperatif, dapat menerima keluhan, mudah memaafkan, dan bisa dipercaya.
Karakter guru yang seperti ini juga bisa menerima murid apa adanya, termasuk memahami murid dengan berbagai problematika dan keistimewaan yang dimilikinya. Sikap menerima ini didasarkan pada keyakinan bahwa setiap murid memiliki potensi untuk dikembangkan dan memiliki hak yang sama dalam proses belajar. Seorang guru diharapkan tidak serta merta menghakimi perbuatan muridnya, tapi lebih memahami perbuatan mereka. Jika salah, maka perbaiki dengan cara-cara yang bisa mereka terima.
Karakter guru yang ideal juga harus memiliki sifat-sifat stimulatif, yakni mendorong murid untuk maju, berorientasi pada tugas, toleran, sopan, bijaksana, bisa dipercaya, fleksibel, mudah menyesuaikan diri, dan demokratis. Tidak semata mencari reputasi pribadi, guru harus bertanggung jawab terhadap kegiatan belajar murid.
Mendorong murid untuk maju bisa dilakukan dengan cara membuat pembelajaran menyenangkan yang dapat menarik minat mereka. Langkah ini dapat membantu keinginan murid untuk belajar dan bahkan memicu kreativitas, pemikiran kritis, dan kemampuan kolaboratif yang dapat mereka terapkan di luar kelas. Tentunya, langkah ini akan berdampak pada partisipasi mereka di sekolah, berprestasi lebih baik secara akademis, dan keinginan menjalani pendidikan berkelanjutan.
Jika ingin memiliki karakter guru yang baik dan ideal Anda perlu menunjukkan dan menerapkan keterampilan yang kuat dalam komunikasi, kerja tim, manajemen waktu, pemecahan masalah, dan organisasi. Karakter guru yang ideal akan menjadi teladan. Seperti ungkapan “digugu dan ditiru”, guru dapat menjadi contoh baik bagi murid-muridnya.
Mengapa Harus Menjadi guru ideal?
Guru ideal mampu menyelami hati peserta didiknya sehingga ia menjadi panutan bagi lingkungannya. Guru ideal selalu dirindukan karena mampu membangun karakter setiap peserta didiknya. Guru ideal merupakan pengganti orang tua yang mampu memberikan pendidikan kognitif, afektif, dan psikomotorik bagi anak didiknya.
Di tangan para guru, anak-anak bangsa dididik untuk menjadi generasi penerus yang memiliki daya saing dan berkarakter. Tantangan zaman yang terus berubah membuat para guru harus terus berbenah. Guru pada abad ke-21 bukan hanya sekadar pengajar, melainkan juga pembelajar, guru harus mau menjadi pembelajar seumur hidup bukan hanya sekadar pengajar.
Di tengah persaingan global yang semakin ketat, kualitas dan kuantitas guru di Indonesia dinilai masih belum ideal. Kualitas guru Indonesia saat ini beragam, ada yang berkualitas bagus dan ada pula yang rendah. Para guru di Indonesia harus terus dipacu untuk belajar, jika guru sudah berhenti belajar, sesungguhnya profesi guru itu sudah mati. Guru harus dipacu untuk memiliki semangat yang tinggi. Seorang guru yang sebenarnya, adalah guru yang terus belajar dan mencari hal yang baru untuk diberikan kepada murid-muridnya. Walaupun, kualitas guru tersebut juga bergantung pada kondisi wilayahnya, seperti infrastruktur, transportasi, dan telekomunikasinya. Jika listriknya jelek, ya mungkin susah mendapat guru-guru yang bagus, yang ter-update oleh informasi.
Sosok guru ideal adalah guru yang bukan hanya sebagai pengajar, melainkan juga sebagai pendidik. Pendidik berbeda dengan pengajar. kalau pendidik itu menyangkut pengembangan karakter dari peserta didik. Sayangnya, sekarang ini peran guru sebagai pendidik mulai berkurang karena banyak hal yang memengaruhi independensi guru.
Idealnya, setiap kebijakan terkait profesi guru mesti meningkatkan kompetensi dan memperkokoh fondasi karakter guru secara terintegrasi dan berkesinambungan. Hak hidup guru dicukupi dan guru didukung infrastruktur kebijakan yang kondusif terhadap pelaksanaan segenap tanggung jawabnya.
Satu tak boleh dilupa, perilaku elite pengambil kebijakan harus bisa tunjukkan keteladanan. Jika program kerja pemerintah masih berbasis proyek dan korup, apa yang bisa diharapkan guru dari sistem dan para pemimpinnya yang tak berkarakter.
Pekerjaan rumah yang harus diselesaikan adalah mengurangi kesenjangan penyebaran guru di kota dan di desa. Guru di kota jauh lebih banyak dibandingkan guru di desa, hampir 80 persen jumlah guru tersebar di kota, sisanya 20 persen di desa. Jika hal ini terus dibiarkan, maka kualitas pendidikan di Indonesia akan sangat timpang karena hanya penduduk kota saja yang mempunyai kualitas SDM handal, sedangkan penduduk desa akan terus terbelakang.
Pendidikan adalah hak setiap warga negara karena dengan memperoleh pendidikan, otomatis setiap warga negara akan mendapatkan pekerjaan. Dengan pekerjaan, masyarakat bisa produktif untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kunci pendidikan yang andal ada di tangan guru, maka dari itu pemerintah perlu membereskan kesenjangan guru baik di kota dan desa.
Saya bagian dari pengajar yang berada di daerah, memiliki harapan yang besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Negara tercinta Indonesia. Kalau guru sudah berhenti belajar, sesungguhnya profesi guru itu sudah mati. artinya jangan pernah berhenti belajar dan jangan pernah menyerah walaupun fasilitas belum memadai.
Menjadi guru ideal yang mampu menyelami hati peserta didiknya sehingga ia menjadi panutan bagi lingkungannya. Guru ideal selalu dirindukan karena mampu membangun karakter setiap peserta didiknya.
Indikator guru ideal dan inovatif penting dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam rangka mempersiapkan peserta didik yang siap bersaing dalam kompetisi terbuka di era kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sekarang dan yang akan datang.
Penulis
Sabariah, S.Pd., M.Pd.
1 Comment
[…] RAIHLAH JEMARIKU, SUPAYA KAMI TETAP KUAT DAN TEGAR – Satuguru […]