Indonesia Bisa Mengekspor Pancasila

Oleh: Isnawan Aslam
Perhatikan dunia hari ini: perang merajalela, demokrasi goyah, ekstremisme menjalar, dan jurang ketimpangan makin menganga. Negara-negara maju tak lagi menjadi acuan stabilitas. Amerika terpecah karena politik identitas, Eropa dihantui xenofobia, Timur Tengah didera konflik berkepanjangan, dan Asia menghadapi krisis lingkungan serta kemiskinan struktural.
Dunia sedang mencari pegangan baru. Ideologi-ideologi besar abad 20—kapitalisme, sosialisme, komunisme—semuanya tak lagi menjawab kompleksitas zaman. Di tengah kekosongan itulah, Indonesia sebetulnya punya satu jawaban: Pancasila.
Nilai Lokal yang Relevan Global
Pancasila bukan hanya dasar negara. Ia adalah paket nilai yang utuh dan visioner.
- Ketuhanan → mengakui ruang spiritualitas tanpa fanatisme.
- Kemanusiaan → menempatkan martabat setiap individu sebagai dasar peradaban.
- Persatuan → menjembatani keberagaman dengan harmoni.
- Demokrasi → mengedepankan musyawarah, bukan pertikaian suara mayoritas.
- Keadilan Sosial → menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab sosial.
Nilai-nilai ini tidak eksklusif milik Indonesia. Mereka adalah kebutuhan dunia hari ini. Dan tidak ada negara lain yang menyatukannya sekomprehensif Pancasila.
Saatnya Pancasila Diekspor
Kita selalu berpikir Pancasila hanya untuk konsumsi dalam negeri. Tapi bagaimana jika dunia justru membutuhkannya?
Pancasila bisa menjadi model pendidikan multikultural, etika teknologi, kerangka demokrasi dialogis, hingga basis diplomasi kemanusiaan. Ia bisa diterjemahkan ke dalam forum internasional, kurikulum global, dan standar etik korporasi multinasional.
Mengapa tidak ada “Pancasila Center for Global Ethics” di Jakarta? Mengapa tidak ada “Pancasila Dialogue” dalam G20 atau ASEAN Summit? Kita terlalu lama menyimpan harta karun di lemari, saat dunia mengetuk pintu minta pertolongan.
Soft Power
Indonesia mungkin belum menempati peringkat atas dalam kekuatan militer atau finansial. Tapi kita punya kekuatan moral yang tak dimiliki banyak negara: sebuah sistem nilai yang terbukti menjaga keberagaman dalam kedamaian.
Selama ini kita sibuk menghafalkan Pancasila. Kini saatnya kita menghidupkannya, dan lebih jauh lagi: mengilhami dunia dengannya.
Kalau dunia bisa menjual kapitalisme, liberalisme, atau komunisme sebagai ideologi global, mengapa Indonesia tidak bisa menjual Pancasila sebagai nilai universal baru?
Sudah waktunya bukan hanya kita yang butuh Pancasila, dunia juga. Pancasila adalah soft power
*) Isnawan Aslam adalah Ketua Umum Media Satuguru Indonesia

