Ketika Wajit Cililin Menyambangi Media Sosial!

Asjun *
Siapa yang tak mengenal makanan yang bernama wajit. Ya, wajit merupakan salah satu kudapan masyarakat Cililin, Jawa barat. Sebagai salah satu makanan yang khas, wajit memiliki daya tarik yang luar biasa bagi kalangan milenial. Selain kelegitan dari wajit itu sendiri, ketertarikan generasi milenial terhadap wajit terdapat pada kemasan dan cerita di balik munculnya wajit itu. Apa lagi kalau kita sengaja mencari wajit Cililin, kalangan milenial akan tertarik dengan wisata yang melenakan di wilayah tersebut.
Wajit Cililin yang memiliki cita rasa yang unik dan bentuknya yang menarik terekspos kepada masyarakat melalui kecepatan teknologi. Sebuah video reel IG/FB tentang seorang remaja yang patah hati dan duduk menyendiri di pinggir perkebunan. Ia kemudian makan wajit Cililin dan minum minuman hangat. Ternyata, setelah itu, ia kembali bergairah menjalani kehidupannya kembali. Video ini disertai takarir (caption), ”Masalah menerpa, Wajit Cililin melekatkan solusi”.
Dari unggahan tersebut, sontak generasi milenial mengeklik dan memesan wajit Cililin. Wajit yang dulunya dianggap kampungan, seolah naik derajat menjadi makanan kalangan priayi. Padahal, kalau kita menelusuri sejarah, wajit tersebut merupakan kudapan para priayi ketika menikmati waktu-waktu luang di masanya. Seiring dengan waktu dan perubahan gaya hidup masyarakat, wajit –sebagai makanan tradisional—dianggap sebagai makanan masyarakat kalangan bawah atau proletar.
Pada umumnya, bahan pembuatan wajit adalah beras ketan, gula merah/gula aren, dan kelapa parut. Kesemuanya itu dimasak menjadi kesatuan dalam tempat wajan. Biasanya, wajit dimasak di atas bara api yang berasal dari tungku sehingga menimbulkan aroma yang khas. Hal ini tidak terkecuali bagi wajit yang berasal dari Cililin.
Wajit Cililin memiliki keunikan tersendiri. Warna wajitnya kecokelatan yang memperlihatkan rasa manis gula aren yang dibungkus daun jagung kering. Inilah salah satu kearifan masyarakat Cililin yang masih dijunjung tinggi hingga hari ini. Meskipun beragam bungkus makanan sudah menyerbu pasar Cililin, wajit Cililin tetap mempertahankan bungkus dari daun jagung kering.
Bagi para pencinta kuliner, wajit Cililin merupakan kudapan yang sangat enak dan lezat. Hal tersebut berpadu dan bercampur sehingga menciptakan rasa gurih dari makanan tersebut. Inilah yang menjadi cita rasa yang akan selamanya terjaga dari kudapan khas Cililin ini. Untuk menjadi nilai-nilai kearifan dalam cita rasa wajit Cililin ini, masyarakat melakukan inovasi terhadap makanan ini. Para pelaku industri di Cililin berupaya mewujudkan ide-ide kreatif agar makanan ini terus menjadi hidangan generasi kekinian.
Dalam perkembangannya, wajit Cililin ini memiliki beberapa varian. Ada yang masih mempertahankan orisinalitasnya, ada juga yang sudah dimodifikasi. Varian modifikasi wajit Cililin di antaranya wajit cokelat, wajit brownis, dan wajit smoothes. Varian wajit cokelat ini bisa membuat lidah semakin tidak terhenti untuk menguyah sensasinya. Saat masuk ke lidah, sensai kelapa yang krenyes-krenyes mampu meredam napsu untuk berpaling ke makanan lain. Untuk menghindari rasa bosan di mulut, cobalah jenis variasi cokelat lainnya, yaitu milk choco, milkcoffe, green tea, darkchoco, dan drak coffe yang akan membungkam kerenyahan makanan lainnya.
Varian berikutnya adalah Wajit Brownis. Varian ini muncul untuk mengimbangi makanan lainnya yang sedang heboh di kalangan milenial. Wajit brownis ini memiliki rasa cokelat dan keju. Wajit Brownis ini memiliki rasa yang tak kalah enak dengan wajit cokelat. Bahkan, rasa manis di brownis ini tidak berlebihan dan tidak membuat enek.
Inovasi produk wajit berikutnya adalah Wajit Smoothes. Waijt ini bisa menjadi bahan dasar olahan minuman Smoothes. Yang mencengangkan bagi kita, wajit smoothes ini sukses menjadi minuman wajit pertama di Indonesia. Kesuksesan ini tidak lain karena wajit smoothes ini banyak mengandung nutrisi berupa energi, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor hingga zat besi yang diperlukan tubuh. Nutrisi yang terdapat dalam wajit ini bisa mengurangi risiko penyakit jantung, menjaga kekebalan kulit, dan meningkatkan energi secara instan.
Beras ketan putih yang dikonsumsi dua kali sehari dalam 8 minggu bisa membantu mengendalikan kadar gula dalam darah pasien diabetes tipe 2. Selain itu, beras ketan yang dikonsumsi juga bisa menjaga kesehatan jantung, mencegah peradangan, dan meminimalisasi kolesterol. Kandungan kalori yang ada dalam wajit (per biji) adalah 157 kalori.
Apakah kamu percaya bahwa wajit, kudapan tradisional yang menjadi makanan kalangan priayi itu memiliki nilai filosofis? Awalnya, wajit hanya tersaji sebagai jamuan para priayi. Kemudian, makanan ini muncul dalam acara-acara pernikahan. Ternyata, kehadiran wajit dalam acara tersebut mengandung makna yang mendalam.
Apabila kita telusuri bahan pembuatannya, bahan pokok wajit adalah beras ketan. Beras ketan ini memiliki sifat lengket dan merekatkan. Hal inilah yang memunculkan makna bahwa wajit menjadi simbol dalam mempererat hubungan persaudaraan. Bahan berikutnya adalah santan. Santan memiliki makna segede paring, panyaga puntan sebagai sebuah harapan agar semua orang memiliki sikap pemaaf. Gula melambangkan harapan agar silaturahmi dan hubungan yang terbangun senantiasa dalam keadaan lebih manis, pulen, dan harmonis.
Tidak hanya bahannya, makna filosofis wajit terlihat dari penyajiannya. Penyajian wajit sebagai hantaran ataupun sajian pada acara hajatan dan pernikahan merupakan simbol harapan. Harapan agar pengantin selalu bertindak baik, memiliki hubungan erat satu sama lainnya, menjaga rumah tangga agar selalu harmonis dan langgeng.
Itulah beberapa makna filosofis wajit. Ketika makna filosofis itu terungkap disertai dengan inovasi cita rasa wajit yang mendunia, bukan mustahil hal itu menjadi tren generasi milenial. Makanan khas Cililin, Bandung Barat, Jawa Barat ini akan menjadi kudapan yang selalu bertahan di era gempuran makanan cepat saji dari luar negeri. Bukankah mempertahankan makanan tradisional dengan cara menyambangi media sosial ini dapat menjadi cara menjaga kearifan masyarakat lokal Indonesia. Jika demikian adanya, kapan terakhir Anda makan wajit Cililin yang tersedia dalam berbagai varian?
*Penikmat kuliner tradisional, Guru SMA Kemala Bhayangkari
Sumber Foto: wisatabdg.com