Rumah Baca dari Kandang Ayam

 Rumah Baca dari Kandang Ayam

Karno Basusesno (34) mengubah kandang ayam miliknya menjadi rumah baca agar bisa digunakan sebagai tempat belajar bagi anak-anak di sekitar rumahnya di Dusun Krajan, Desa Kedayunan, Kecamatan Kabat, Kabupaten Banyuwangi.

Sebelumnya, selama lima tahun, dia memelihara ayam bangkok untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. 

Karno bercerita bahwa dia dan istrinya sama-sama mempunyai hobi membaca. Istrinya bahkan memiliki cita-cita ingin membuat perpustakaan pribadi yang bisa dibaca oleh banyak orang. 

“Buku yang kami miliki tidak banyak. Selain itu, rumah kami juga sempit dan kecil sehingga kami kepikiran untuk mengubah kandang ayam yang ada di depan rumah untuk dijadikan rumah baca yang saya kasih nama Rumah Baca Latansa. Dalam bahasa Arab, ‘latansa’ artinya ‘jangan lupa’. Jadi, yang diharapkan, anak-anak jangan lupa membaca,” tutur Karno, Selasa (5/5/2015). 

Akhirnya, dia pun merelakan ayam peliharaannya dijual untuk membeli semen dan kayu, lalu mendirikan rumah bacanya. 

“Sebagian besar ayamnya dijual buat beli bahan-bahan ini, seperti semen, bambu, dan asbes. Saya enggak hitung berapa habisnya. Yang penting rumah bacanya jadi, dibantu sama tetangga sini,” ungkapnya sambil tertawa.

Di rumah baca tersebut, dia meletakkan bangku dan meja sederhana untuk anak-anak membaca. 

“Namanya anak-anak ya masuk keluar. Paling tidak, di sini, mereka bisa bermain-main dan membaca, enggak keliaran di jalan. Di dalam juga ada komputer yang bisa mereka gunakan untuk belajar. Saya suka kasihan melihat mereka kalau enggak ada kegiatan yang jelas,” ungkap lelaki yang berprofesi sebagai guru honorer tersebut. 

Dia juga mengaku, selain beberapa buku koleksi pribadinya, dia juga membeli beberapa buku bekas di loakan, sementara sebagian disumbang oleh beberapa temannya. 

“Saya pernah dapat puluhan buku komik bekas hanya Rp 50.000. Terus ada juga yang nyumbang. Saya bersyukur sekali. Rezeki buat anak anak di sini. Saya merasakan betapa susahnya dulu untuk membaca buku karena harganya masih relatif mahal,” ujarnya. 

Menurut ayah satu anak tersebut, anak-anak biasanya paling banyak datang pada hari Minggu. Mereka bisa seharian di rumah baca yang juga terletak dekat dengan rel kereta api tersebut. 

“Di sini, selain ada rumah baca, ada juga les gratis untuk anak-anak. Kebetulan saya sama istri kan sama-sama kerja di dunia pendidikan. Walaupun mungkin gaji kami tidak besar, kami ingin berbagi dengan cara kami. Yang kami bisa saja, yang kami lakukan. Nanti rezeki juga akan datang sendiri,” tuturnya. 

Bahkan ke depannya, dia berencana mengajak anak-anak rumah bacanya untuk berwirausaha supaya bisa membiayai kebutuhan mereka sendiri. 

“Ini sudah ada rencana mengajari anak-anak untuk membuat kerajinan yang bisa dijual. Bukan buat saya, melainkan mereka sendiri, seperti buat beli buku atau kebutuhan mereka sendiri agar mereka bisa lebih mandiri,” tuturnya. 

Dia berharap, rumah baca yang ia dirikan tersebut bisa memberikan kontribusi, walaupun kecil, untuk pendidikan anak Indonesia. 

“Anak-anaklah yang memiliki masa depan negara ini sehingga mereka berhak untuk mendapatkan pendidikan layak, dan saya bersama keluarga hanya ingin berbagi,” pungkasnya. (Sumber:Kompas.com)

Spread the love

Related post

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *