TAT TWAM ASI ASAS KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN DI RUANG KE TIGA
Oleh : I Made Rasta
Vidio terkait : https://guru.kemdikbud.go.id/bukti-karya/video/407197
Semangat pagi saudaraku. Di cerita satu sebelum ini, aku telah berbagi cerita praktik terkait “upanisad guru bina” sebagai konsepsi kepemimpinan pembelajaran di ruang ke tiga. Kali ini, aku menjelaskan bahwa dalam praktik kepemimpinan pembelajaran, selain konsepsi dasar, dilandaskan juga pada sebuah asas. Nah… kepemimpinan pembejaran di ruang ketiga yang dipraktikkan di SMK Negeri 1 Sawan, Buleleng Bali didasarkan pada asas tat twam asi.
Asas tat twam asi merupakan kalimat sederhana dalam bahasa sansekerta sebagai warisan budaya leluhur nusantara yang termuat di dalam kitab chandogya upanisad. Kalimat sederhana tat twam asi dimaknai secara harfiah sebagai “itu adalah kamu”.
Kata “Itu” dan “Kamu”, memiliki makna yang sangat luas. Dalam konteks kempemimpinan pembelajaran di ruang ke tiga, jika dipandang dari guru, maka kata “itu” sebagai kata tunjuk yang bermakna “murid” dan kata “kamu” bermakna “guru”. Demikian juga sebaliknya, jika dipandang dari murid, maka, kata “itu” sebagai kata tunjuk yang bermakna “guru” dan kata “kamu” bermakna “murid”.
Sebagai asas kepemimpinan pembelajaran di ruang ke tiga, kalimat, Tat twam asi, semacam mirror yang menunjukkan bahwa that you are. Hal ini akan merujuk pada suatu kesetaraan bahwa untuk membangun kedekatan dan kepercayaan guru dengan murid, murid dengan guru, sebagaimana makna konsepsi upanisad guru bina, sangat diperlukan satu filosofis mendasar, bahwa pada hakekatnya, “guru adalah murid dan murid adalah guru”. Jika dimaknai lebih mendalam, kalimat, “guru adalah murid dan murid adalah guru” maka kita menemukan koneksitas dengan asas pembelajaran quantum teaching dari buku Bobbi dePorter, bahwa pembelajaran akan efektif dan menyenangkan jika, “kita mampu membawa dunia mereka ke dunia kita, dan menghantarkan dunia kita ke dunia mereka”.
Sebagai asas kepemimpinan pembelajaran di ruang ke tiga, kalimat tat twam asi sangatlah penting untuk membangun keterhubungan guru-murid. Hal ini dikarenakan beberapa alasan mendasar yaitu, kalimat tat twam asi membawa kesadaran kita akan hubungan guru-murid yang tidak sebatas pada pendidik dan yang di didik, akan tetapi pada hakikat hubungan bhatiniah bahwa kamu adalah aku dan aku adalah kamu.
Begitu berbicara “hakikat hubungan” guru dengan murid sebagai kalimat bahwa, “aku adalah kamu dan kamu adalah aku”, kita menemukan bahwa kalimat tersebut bermakna jauh lebih mendalam dari sekedar membawa dunia kita ke dunia mereka dan menghantarkan dunia kita ke dunia mereka. Akan tetapi, dapat dimaknai tat twam asi tidak sekedar asas kepemimpinan pembelajaran di ruang ketiga, akan tetapi juga filsafat mendalam dari sebuah keterhubungan antara guru dengan murid. Dengan pemahaman bahwa hakikat hubungan murid dan guru adalah kesetaraan, maka kepercayaan murid akan bertumbuh pada guru mereka. Hal ini akan menjadikan dialog pembelajaran menemukan nilai-nilai seperti kejujuran, keterbukaan dan siap menerima apa adanya tanpa ada apanya. Dialog semacam ini, oleh Sokrates disebut sebagai dialog strong mind, yaitu dialog interaktif tentang ide-ide dan menjadi ciri khas dialog di ruang ketiga sebagai langkah “meraki” perjalanan spiritual guru-murid.
#Salam GerakanSekolahMenyenangkan