UPANISAD GURU BINA KONSEPSI KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN DI RUANG KE TIGA

 UPANISAD GURU BINA KONSEPSI  KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN DI RUANG KE TIGA

Oleh : I Made Rasta

Vidio terkait :  https://guru.kemdikbud.go.id/bukti-karya/video/407197

Semangat pagi saudaraku. Kali ini aku bercerita satu praktik di SMK Negeri 1 Sawan Buleleng Bali terkait kepemimpinan pembelajaran. Sesuai kamus besar Bahasa Indonesia, kepemimpinan adalah kata benda yang berarti memimpin, sementara pembelajaran dimaknai sebagai proses belajar. Dengan demikian, kepemimpinan pembelajaran dimaknai sebagai memimpin proses belajar. Secara harfiah, kepemimpinan pembelajaran dapat dimaknai sebagai cara,metode atau pendekatan memimpin proses pembelajaran. Satu konsepsi kepemimpinan pembelajaran ala nusantara dikenal dengan istilah upanisad guru bina.

Upanisad guru bina  sebagai konsepsi kepemimpinan pembelajaran berlandaskan pada kearifan emosional manusia untuk membangun kedekatan siswa dengan guru atas dasar kesetaraan. Jika ditelisik, kata upanisad berasal dari bahasa sansekerta yang bermakna duduk dekat guru. Duduk dekat bertujuan terbangun kesetaraan dan kepercayaan antara guru dengan murid, sehingga komunikasi akan hangat dan akrab. Biasanya guru dan murid duduk bersama di ruang pembelajaran. Ruang ini disebut ruang ketiga. Ruang ketika hati  dan pikiran terjujur bisa saling berbicara. Komunikasi di ruang ketiga terjadi apa adanya tanpa ada apanya.

Pelaksanaan kegiatan upanisad guru bina menggunakan pendekatan sosial emosional learning  dengan strategi deep intro dan coaching , sehingga siswa merasa nyaman dan aman serta menemukan solusi dan pembelajaran terbaik dalam upaya penguatan soft skillnya.

Yang unik pelaksanaan upanisad guru bina di SMK Negeri 1 Sawan dilaksanakan secara konsisten dan penuh komitmen oleh seluruh warga sekolah. Sebagai guru bina, dari tukang kebun, satpam, tukang kebersihan, staf administrasi, guru, dan kepala sekolah. Hal ini didasarkan pada filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, bahwa semua orang adalah guru dan semua tempat adalah sekolah. Setiap guru bina mendampingi siswa binaan rata-rata 5-15 anak. Dengan demikian dialog di ruang ketiga menjadi efefktif dan tepat guna. Mereka berdialog tentang ide dan juga solusi atas kendala pembelajaran yang dihadapi setiap personal. “Sangat seru dan mengasyikkan”, demikian celoteh satu siswa bina yang sempat penulis ajak ngobrol.

Dampak luas dari program ini sangat dirasakan oleh siswa, dimana siswa merasa aman dan nyaman di sekolah, serta terbangun kesadaran personal  berupa kesadaran diri dan kemampuan memanajemen diri, serta kompetensi sosial dan kemampuan membangun reaksi positif, sehingga siswa dapat mengambil keputusan bertanggung jawab. Dampak luas dari program upanisad guru bina juga sangat dirasakan oleh orang tua siswa, sebagaimana laporan dari tim konselor melalui evaluasi dan refleksi program kegiatan, di dapat bahwa 80% orang tua siswa merasakan dampak positif kegiatan ini di mana anak mereka mengalami perubahan signifikan dalam kesadaran diri dan manejemen dirinya, serta 20% merasakan kegiatan ini cukup berdampak positif pada soft skill  anak mereka.

Spread the love

Made Rasta

Related post

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *