Melatih jiwa enterpreneur melalui kegiatan Bazzar

 Melatih jiwa enterpreneur melalui kegiatan Bazzar

*Oleh : Yudhi Kurnia, M.Pd

Di dalam artikel daring situs berita Tempo menuliskan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia hanya ada 2 persen dari seluruh jumlah penduduknya. Nilai ini masih terlalu kecil jika disandarkan pada pandangan para ahli di mana secara ideal jumlah pengusaha itu seharusnya minimal 4 persen dari jumlah populasi di Indonesia, dengan jumlah tersebut diharapkan mampu mendorong perekonomian di Indonesia. Masyarakat Indonesia harus didorong untuk mampu menjadi seorang entrepreneur – atau masyarakat yang mempunyai jiwa berwirausaha yang tinggi. Akan tetapi hingga saat ini ketertarikan pada dunia usaha masih harus diupayakan agar terus bisa meningkat.

Melahirkan jiwa-jiwa pengusaha seharusnya sudah bisa dikelola di bangku-bangku sekolah. Bahkan tidak hanya itu, lingkungan keluarga semestinya sudah bisa mengajarkan konsep kemandirian dan semangat berwirausaha meskipun hal ini jarang sekali bisa dilakukan, terlebih kasih sayang orang tua hampir dikebanyakan keluarga lebih memberikan kemudahan-kemudahan pada anak-anaknya. Sangat jarang sekali orang tua yang mengajarkan untuk anak-anak mampu berwirausaha.

Melalui perkembangan pendidikan saat ini, juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang semakin pesat maka sebuah keniscayaan sekolah mampu untuk mendorong para entrepreneur muda untuk memulai kiprahnya semenjak dini.

Jika kita menyadari dengan sebaiknya, materi-materi di mata pelajaran yang ada di sekolah sudah memuat dasar-dasar untuk mampu berwirausaha. Salah satu contoh adalah mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dalam bidang ekonomi. Di dalamnya tentu memuat dasar-dasar tentang materi pembelajaran perdagangan, mata uang dan lain sebagainya.

Selain itu, khusus dalam konteks produksi maka mata pelajaran seperti Prakarya mendorong para peserta didik untuk mampu menciptakan hal-hal terkait karya inovatif baik dalam bidang kuliner, kerajinan dan juga teknologi. Dengan terintegrasinya di antara kedua mapel tersebut seharusnya bisa menghasilkan sebuah kegiatan yang membelajarkan siswa dalam aspek praktik entrepreneur.

Bahkan di dalam kurikulum saat ini, terdapat aktifitas P5 atau Program Penguatan Profil Pelajar Pancasila, pada kegiatan ini banyak sekolah yang secara massal menggelar kegiatan sekolah dengan beragam aspek kegiatan diantaranya melibatkan bidang seni, teknologi, bahkan aspek ekonomi dengan kegiatan bazzar.

Bazzar yang diadakan sekolah sekarang ini banyak diikuti oleh para pengusaha yang memang bergerak di bidang itu. Jarang sekali kita menemukan bazzar sekolah yang dikelola oleh para peserta didik dan guru-gurunya. Padahal dalam aktifitas bazzar ini para siswa diajarkan untuk mampu mengelola kegiatan perniagaan dengan baik.

Melalui kegiatan bazzar para siswa berlatih untuk bisa melakukan perencanaan dalam kegiatan bazzar mereka. Sebagai contoh, sebelum kegiatan bazzar tentunya peserta didik secara berkelompok akan menentukan kira-kira usaha apa yang akan dikerjakan dalam bazzar, pada aspek ini para siswa belajar bekerja sama. Kerja sama atau kolaborasi adalah satu hal yang amat diperlukan pada masa modern saat ini.

Setelah itu, mereka melakukan yang namanya analisis usaha apa yang mungkin dilakukan, tentunya dilakukan berdasarkan sumber daya dan kemampuan yang dimiliki. Setelah usaha ditentukan selanjutnya adalah mengumpulkan modal usaha, dalam kegiatan ini maka mereka akan berusaha untuk bisa mengumpulkan modal usaha baik secara patungan atau bisa dengan meminta bantuan orang tua, tentu saja hal ini dihitung utang kepada orang tua, setelah kegiatan usaha selesai maka para pemilik modal ini akan mendapatkan untung.

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka para siswa akan menghitung dengan cermat berapa harga dari barang ataupun benda yang mereka jual di bazzar, hal berdasarkan modal usaha dan juga upah kerja,serta aspek persaingan usaha. Setelah melakukan perhitungan dengan cermat maka ditentukan harga dari barang yang mereka jual. Di titik ini mereka belajar untuk mampu mencari keuntungan yang sebesarnya dengan rasional yang tepat.

Mari kita jadikan sekolah sebagai sebuah taman bermain dan juga belajar para peserta didik dalam mempersiapkan diri di kehidupan mereka di masa yang akan datang. Tantangan masa depan hanya bisa ditaklukan dengan persiapan yang matang di saat ini. Sekolah adalah wadah untuk mempersiapkan para generasi muda ini agar sukses di masa depan. **

*Guru SMP Muhammadiyah 8 Bandung/Alumni S2 Manajemen Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Spread the love

Yudhi Kurnia

redaksi@satuguru.id

Related post

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *